Setidaknya ada enam kelompok umat manusia yang masih ngotot membela Anies-Sandi meskipun dari segi pengalaman mengelola pemerintahan “nol jumbo”. Jumbonya lebih besar ketimbang gajah gendut hamil tua dan dientup tawon.
Padahal, dilihat dari segi apapun, Ahok-Djarot jelas yang lebih kredibel, berkualitas, mumpuni, dan kaya pengalaman dalam mengelola tata-pemerintahan. Ahok sudah malang-melintang sejak dari Balitung. Djarot sudah dua periode memimpin Blitar dan sukses. Anies-Sandi mana? Anies pernah jadi menteri sebentar terus dipecat Pak Jokowi he he. Sandi, pengalaman apa?
Berikut daftar cheerleader Anies-Sandi:
Pertama, kelompok manusia penghayal alias “kaum imajiner” yang suka berandai-andai Jakarta akan menjadi lebih oke-oce di masa depan. Mereka terbuai dengan mantra-mantra bualan dan program-program futuristik “gombal mukiyo” Anies-Sandi.
Baca:
- Pastor Gilbert: Rita Pendukung Anies-Sandi Bukan Pendeta, Bohong Itu Dosa
- Membongkar Rencana Makar Ikhwanul Muslimin: Eep dan PKS Duri dalam Daging (Bagian-2)
Kedua, kelompok frustasi. Mereka gagal total menyiapkan “jago internal idaman” yang “saleh”, “islami”, tapi populis alias “laku di pasar.” Karena gagal dan frustasi, akhirnya terpaksa deh mendukung Anies. Ibarat pepatah: “Tak ada onta, kuda poni pun jadi” he he.
Ketiga, kelompok sakit hati. Mereka ini barisan anti-Ahok sejak dahulu kala yang ngumpul bersatu-padu untuk melawan Ahok. Mereka ini berasal dari beragam propesi, etnis, dan agama (politisi, pengusaha, makelar proyek, preman, koruptor, Cina, Jawa, Kristen, Muslim, pokoknya banyak deh).
Keempat, kelompok pemburu surga atau “surga hunter”. Mereka yang sudah kebelet ingin masuk surga dan berkencan dengan bidadara dan bidadari. Tak perduli konsep “surga” itu milik Hindu atau bukan, pokoknya yang penting masuk surga mak nyuusss. Bagi mereka, milih Anies adalah “tiket” untuk masuk surga (DP 0% lagi he he)
Kelima, kelompok yang sedang kesurupan “jin pilkada”. Karena sedang “kesurupan” mereka menyeruduk kesana-kemari. Yang penting bukan “si tapir-aseng” Ahok he he.
Keenam, kelompok yang sedang “teler” sehingga tidak bisa membedakan mana telur dan “telek” ayam he he.
Ini pendapatku, kalian juga boleh berpendapat. Beda pendapat dan pendapatan kan biasa he he
H. Sumanto Al Qurtuby, dosen di King Fahd University for Petroleum and Gas, Arab Saudi.
(gerpol)