Sehari sebelum pencoblosan, saya membaca sebuah tulisan dengan judul “Saya dibayar Anies Baswedan” dari Juru Bicara salah satu Paslon Gubernur dan Wagub DKI Jakarta. Tulisan yang bagus itu dimulai dari alasan beliau tidak pernah dan tidak mau memilih Pak Ahok sampai pemaparan mengenai keinginan beliau untuk mencari pemimpin yang mau bekerja untuk SEMUA warga Jakarta, yang mempunyai gagasan, yang tahu caranya berhadapan dengan warganya sendiri, yang mungkin beliau rasa dapat ditemukan pada sesosok Anies Baswedan.
Secara singkat saya dapat katakan: tidaklah mungkin bisa mencari pemimpin yang bisa memuaskan SEMUA pihak, gagasan tanpa realisasi adalah nol besar, tapi kalau mau tahu caranya berhadapan dengan seorang Gubernur DKI, mungkin beliau bisa coba mengantri di Balai Kota tiap paginya :).
- 9 Alasan Kuat Tidak Memilih Anies-Sandi
- Komisaris BTN: Program DP Rumah 0% Anies-Sandi Tidak Mendidik Warga
- Masih Ingat, Ini Jahatnya Anies Melecehkan AHY
- Curhatan Pendukung AHY yang Dikerjain Anies
- Terungkap Cara Licik Anies Mencuri Suara AHY
Ibukota memang jauh lebih kejam dari ibu tiri, tapi setidaknya kita masih punya “orang tua” yang mau memelihara kita. “Orang tua” yang tentunya jauh lebih baik dari pada “Om-om”. Tanpa basa-basi, berikut adalah 10 alasan untuk tidak memilih kedua om tersebut:
Warning
Tulisan di bawah mengandung kampanye negatif terhadap Paslon Anies – Sandi, yang ga kuat iman, jangan lanjut bacanya ya…
1. Terlalu Baper
Di acara Debat pertama Pilkada, ketika Pak Ahok keceplosan kata dosen, esoknya Pak Anies langsung mengatakan bahwa ucapan tersebut membuat dosen dan guru tersinggung. Penafsiran yang salah rasanya kalau kalimat Pak Ahok dianggap menjelekkan profesi dosen dan guru, karena memang tugas dosen dan gurulah memberikan bekal berupa teori kepada muridnya, mengenai penerapannya ya tetap harus dilakukan oleh individunya masing-masing.
Seharusnya, Pak Anies ga perlu baper sampai segitunya, logika diatas perasaan. Asal bapak tahu saja, lebih sadis tulisan di media sosial dan perkataan mahasiswa-mahasiswa di kantin kampus kalau ngomongin dosennya dari pada perkataan Pak Ahok itu. Hehe.. Terus Pak Anies, mau tanya, kenapa akun twitterku masih diblock? #tanyapadatembok
2. Kurang Kompak
Kalau kurang kompak sedikit mungkin masih bisa dimaklumi, tapi yang ini bedanya terlampau jauh, satu mau ke utara, yang satu mau ke tenggara. Sang Cagub bercita-cita untuk menutup prostitusi secara tegas sedangkan Cawagub yang kabarnya pernah meminta Dewi Persik untuk membuka bajunya itu, menginginkan tempat hiburan malam berkonsep Syariah.
Lanjut, dalam Debat Kandidat Pemimpin Jakarta di Rosi, Pak Sandi pernah bilang bahwa yang harus menciptakan lapangan pekerjaan adalah dunia usaha, namun pada acara Debat resmi Pertama oleh KPU, Pak Anies yang pintar berkata-kata itu menyatakan ingin menciptakan “kolam”, seakan-akan ingin menyandingkan diri dalam jajaran pembuat peribahasa. Aduh, Om, peribahasa sudah bagus kok ya dipelintir? Menurut saya sih Pak Sandi yang benar, dunia usahalah yang seharusnya membuat lapangan kerja, sedangkan pemerintah -sesuai yang dibilang Pak Ahok- bertugas memberi kail bagi warganya agar bisa mandiri nantinya. Kalau dalam kedua hal ini mereka saja sudah tidak sejalan, bagaimana kelanjutannya?
3. Tidak Menguasai Jakarta
Kesalahan Pak Ahok menurut Pak Anies adalah tajam ke bawah tapi tumpul ke atas karena tidak berani menutup Alexis. Ada apa dengan Alexis? Saya pun ingin mengutip pernyataan dari rekan Pak Anies untuk menjawab pertanyaan tersebut. Menurut FPI -yang katanya bahan pelajarannya lebih berat dari sekolah S2- Alexis itu hotel, dan FPI tidak pernah menggerebek hotel karena di hotel Alexis ada keluarga yg menginap bersama anak anak. Mungkin Pak Anies seharusnya belajar kepada FPI jika ingin mengetahui keadaan Jakarta lebih dalam.
Lagian maksud Pak Anies dengan tajam ke bawah tapi tumpul ke atas itu apa ya? Maunya tajam ke atas dan ke bawah, berarti tutup prostitusi dan tetap menggusur atau tumpul ke atas dan ke bawah? Jadi Alexis tidak ditutup dan tidak ada penggusuran? Yang manapun, kedua pilihan itu ga akan sejalan dengan program Pak Anies yang ingin menutup prostitusi tapi anti menggusur.
4. Hampir Selalu Salah Data
(tidak perlu dibahas karena bisa dilihat sendiri di setiap acara debat)
5. Kurang Pintar Berhitung dan Visioner yang Tanggung
Sama seperti halnya rumah apung karya AHY, menurut saya, gagasan DP Rumah 0% itu bukan tidak mungkin terjadi ke depannya, hanya saja kurang realistis untuk keadaan saat ini.
Pertama, program tersebut diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi warga DKI untuk mempunyai rumah. Pertanyaannya, warga DKI yang mana? Kalau sasarannya rakyat kecil, maka rasanya agak mustahil, warga rusun yang diwajibkan membayar 5 – 10 rb perhari saja sulit, apalagi mencicil rumah? Terus kalau memang untuk rakyat kecil saja, bagaimana nasib kalangan menengah? Apakah mereka tidak berhak untuk mempunyai rumah di Jakarta juga? Padahal mereka warga Jakarta juga. Dari masalah peruntukan saja sudah bisa menimbulkan kesenjangan dan masalah baru.
Kedua, katakanlah program tersebut terpaksa dijalankan, maka Bank DKI harus mempersiapkan modal yang sangat besar, belum lagi kemungkinan timbulnya kredit macet sangat besar. Apakah keuangan Bank DKI sudah cukup kuat untuk itu?
Masih banyak sebenarnya celah dalam program ini, tapi ya sudahlah, biar saja rakyat yang menilai sendiri.
6. Membodohi masyarakat
Tidak puas dengan kekurangan mereka dalam berhitung, mereka tampaknya ingin membodohi masyarakat dengan menggembar-gemborkan bahwa pihak mereka anti gusur. Berikut adalah kutipan yang saya ambil dari website resmi Jakarta Maju Bersama:
“Mengapa penggusuran menjadi momok bagi warga Jakarta? Baik menduduki tanah orang, tanah negara, maupun tanah hak milik sendiri? Penggusuran adalah terminologi yang mungkin tepat bagi orang atau sekelompok orang yang menduduki tanah bukan miliknya. Namun dalam konteks penggusuran orang atau sekelompok orang, terhadap tanah miliknya sendiri karena terkait rencana penataan kota, istilah yang tepat adalah Peremajaan Kota atau sering disebut Urban Renewal.”
Berulang kali saya membaca kalimat terakhir untuk meyakinkan diri bahwa pengertian yang saya ambil tidak salah. Tapi berulang kali pula kesimpulan yang saya dapat adalah Urban Renewal itu adalah nama lain dari penggusuran. Ada yang bisa bantu untuk menjelaskan kalau memang pengertian saya salah?
7. Tidak Adil
Pak Anies dan Pak Sandi selalu meyakinkan pendukung dan calon pendukungnya mengenai keberpihakan mereka terhadap rakyat kecil, padahal rakyat Jakarta itu terdiri dari berbagai macam SARA dan golongan. Janganlah seperti kasus mobil vs motor, dimana motor selalu menang dan mobil selalu kalah, karena benar haruslah benar dan salah ya tetap salah. Tingkatan sosial seseorang tidak bisa menjadi pembenaran atas kesalahannya.
8. Pintar Menyontek
Ga puas dengan fungsi ctrl + c, ctrl + v dan mungkin malu kalau ketawan menyontek sama persis program Ahok- Djarot maka digunakanlah kata sakti plus untuk menciptakan produk Kartu Jakarta Pintar(KJP) Plus . Ibaratnya kalau zaman kuliah dulu, pasangan Anies- Sandi ini adalah mahasiswa yang paling jago presentasi makalah tapi ga pernah hadir kalau diajak kerja kelompok, jadi hanya merubah font dan judul, biar kelihatan lebih keren dan beda padahal esensinya sama. Ngeselin kan ya orang begini? Yang kerja tugas kita, yang dapat nilai dia… Tapi ya sudahlah, namanya juga ingin jadi Gubernur.
9. Tipe Konseptual
Ada lagi yang hampir saja dicontek oleh Paslon 3 tapi sayang tidak ada peminatnya, yaitu pengadaan gala dinner sebagai cara penggalangan dana kampanye. Kita tentu pernah mendengar betapa banyak rupiah yang diraup Pak Ahok ketika mengadakan gala dinner , harga tiketnya saja bisa mencapai puluhan juta. Maka, Pak Sandi yang mengaku sangat berpengalaman dalam hal penggalangan dana di dunia usaha pun ingin menirunya. Malangnya, gagasan tersebut tidak disambut baik, acara makan bersama yang rencananya akan diselenggarakan sebelum Hari Raya Natal dan diadakan di hotel bintang tiga pun tak pernah terdengar realisasinya.
Agak kasihan sebenarnya kalau berbicara mengenai Cawagub ini, mulai dari kisahnya yang ingin bikin
stand-up comedy tapi ga lucu dan ga ada yang ketawa (ini asli Bapak Sandi sendiri yang ngomong, silakan cek di sumber tulisan saya dibawah) sampai ide untuk membuat kelas motivasi dan kelas wirausaha berbayar, semuanya ga laku, makanya akhirnya dibuat gratis, minimal ada orang yang datang lah.
Inilah yang saya maksudkan gagasan tanpa realisasi itu sama saja bohong, mereka sudah bermimpi untuk menggalang dana melalui ini – itu, tapi tidak bisa mewujudkannya, ya jadinya seperti tong kosong nyaring bunyinya.
10. Hampir selalu menggunakan pendidikan dan OK OCE untuk menangani permasalahan di Jakarta
Wajar rasanya kalau setiap jawaban mereka selalu disambungkan ke pendidikan dan ekonomi (baca: OK OCE), karena memang kedua hal tersebut adalah daerah kekuasaan mereka alias their area of expertise . Sayangnya, masalah Jakarta itu luas dan kompleks, tidak bisa mengatasinya hanya dengan gagasan semata, apalagi gagasannya hanya selebar daun kelor. Tidaklah perlu menguasai semua permasalahan, tapi setidaknya sebagai calon pemimpin, mereka harus mengerti konsep-konsep dasar sehingga tidak bisa dikadali oleh bawahan nantinya.
Demikian penjabaran dari 10 alasan untuk tidak memilih Anies – Sandi, ada yang mau nambahin?
P.S. Tulisan ini dibuat bukan untuk membantah atau menanggapi tulisan Kak Pandji ya #sayamahsiapaatuh. Hanya kumpulan uneg-uneg yang tersalurkan melalui tulisan.
***
Penulis : FRANSISCA VIONNY
____
(seword/gerpol)