7 Mitos dan Fakta tentang Gaya Kepemimpinan Ahok-Djarot

498766
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
BaDja

Berikut Tujuh Mitos dan Fakta kepemimpinan Ahok Djarot yang sering dianggap kontroversi di publik.

1. Mitos: Ahok bermulut “kasar”.

Fakta: Ini referensi lama. Meskipun Ahok sudah menjelaskan kekasarannya hanya untuk para begal anggaran, koruptor dan PNS yang nakal. Namun faktanya Ahok berkomitmen mengoreksi diri dan hasilnya bisa dilihat di Debat Final Pilkada Mata Najwa bahwa beliau tidak mengeluarkan kata-kata menyerang lawannya. Tetapi lebih fokus pada fakta dan data perkembangan program-program yang dijalankan oleh petahana.

2. Mitos: Ahok Tidak Santun

Fakta: Santun dalam Kamus Bahasa Indonesia artinya; 1) halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sabar dan tenang; sopan; 2 penuh rasa belas kasihan; suka menolong. Sebagai Gubernur setiap pagi Ahok melayani keluhan warga di Balai Kota. KJP, KJS, RPTRA, TransCare, Layanan Ketuk Pintu, Bedah Rumah dan infrastruktur hadir di Jakarta, tentu karena Ahok memiliki karakter santun yaitu suka menolong dan penuh belas kasihan kepada yang lemah dan miskin.

3. Mitos: Ahok-Djarot Tidak merangkul semua pihak

Fakta: Ahok merangkul pihak-pihak yang sejalan dengan visi dan misi dia untuk membangun Pemerintahan yang Bersih, Transparan dan Profesional. Tentu saja Ahok tidak merangkul koruptor, pemalas dan kelompok-kelompok garis keras, sehingga DKI Jakarta punya cukup uang untuk membangun dan mengadministrasi keadilan sosial.

4. Mitos: Ahok-Djarot tidak punya perencanaan matang

Fakta: Pengurangan daerah banjir dari 2000 titik menjadi 80 titik. Penurunan angka putus sekolah di bawah 0.5%,

5. Mitos: Ahok-Djarot tidak membela orang miskin

Fakta: KJP, KJS telah dirasakan oleh ratusan ribuan warga Jakarta. RPTRA, Rusunawa, Transcare untuk disabilitas dan lansia, program daging murah, dan masih banyak lagi. Tidak mungkin semua program ini hadir tanpa adanya keberpihakan dari Ahok-Djarot

6. Mitos: Ahok-Djarot tidak partisipatif dan melibatkan publik.

Fakta: Partisipasi digital seperti E-Budgeting dan E-Musrembang adalah upaya untuk membuka partisipasi lebih luas lagi. Terutama pada perempuan, disabilitas dan kelompok minoritas lain yang sering terhambat partisipasinya karena stigma. Termasuk Qlue juga model partisipasi publik untuk memastikan birokrasi benar-benar bekerja dengan baik dan efektif.

7. Mitos: Ahok Dharot tidak sensitif gender

Fakta: KJP membuka kesempatan siswa putri menyelesaikan sekolah mereka tanpa halangan kemiskinan. KJS telah banyak menyelamatkan perempuan melahirkan dengan selamat, termasuk pemberian vaksin kanker servik. Rusunawa memberikan lingkungan sehat, air bersih, dan akses terhindar dari kejahatan seksual. TransCare memenuhi hak dasar bagi disabilitas dan lansia.

Perempuan Peduli Kota Jakarta

Baca Juga Update Sidang Ahok:

(gerpol)