Agar Annisa Pohan Tidak Jadi Ani Yudhoyono

1206682
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Ternyata Annisa Pohan tidak jauh berbeda dengan Ani Yudhoyono kala berada di ranah media sosial. Seperti misalnya ia yang menanggapi dengan pedas status Path seorang temannya, yang bahkan tidak menyebut nama atau pun memberi tag pada Annisa dalam status tersebut. Komentar Annisa ini diangap subjektif oleh netizen karena ia hanya melihat Agus sebagai suaminya, bukan sebagai calon pemimpin DKI Jakarta.

Penulis: Anissa Lohan

Debat kemarin malam menyisakan debu peperangan di dunia maya yang belum tuntas barang satu hingga dua malam ke depan. Sejumlah meme, seperangkat kutipan, pelbagai pujian dan makian saling dilontarkan. Perang Hashtag karena debat masih berlangsung hingga sore ini. Apalagi alasannya selain membela junjungan yang dipuja agar memenangkan perang wacana di social media.

Namun di tengah-tengah kebisingan, ada perbincangan menarik yang terkutip di media sosial path. Dalam sebuah postingan yg tersebar hingga menjadi viral, rupa-rupanya istri salah seorang paslon tengah murka. Siapa lagi kalau bukan istri AHY, Annnisa Pohan. Namun sejatinya apa pasal sehingga Annisa Pohan melontarkan amukan?

(baca: Annisa Pohan Ngamuk di Path, Gara-Gara AHY Dikritik Setelah Debat)

Sederhana, rupanya karena salah seorang rekan di path mengutarkan pendapat pribadi perihal debat cagub tadi malam. Menurut rekan Annisa Pohan, penampilan anak sulung SBY itu sok tau dan tidak praktikal untuk diterapkan. Entah mengapa hal ini memicu Pohan melakukan serangan personal. Ini kalimatnya “Anda pengamat dadakan? Sengaja biar gw baca ya? Sangat tidak beretika”

Akun Deehan yang memposting sang anak sulung (AHY) sebagai sosok yang tidak pratikal untuk menyelesaikan problem ibukota itu pun membalas. Begini balasannya “Sorry Nis, Lo temen gw, masalah aspirasi gw apa is NONE of your business. Kalau keberatan, maaf, But gw sih , lo istrinya siapa ga ngaruh, gw temennya sama lo, bukan berarti harus setuju slalu sama lo. No need bilang etika atau tidak. Gue tidak pernah judge  lo ber etika atau tidak. THAT IS INSULTING”

Annisa Pohan masih saja belum bisa menerima kenyataan. Menurutnya postingan kerabatnya itu jelas-jelas penghinaan pada sang suami tercinta. Saking kesalnya, Istri Agus harimurti Yudhoyono itu bahkan mengutarakan lebih baik Deehan membuat postingannya tak terlihat oleh seorang Annnisa Pohan. Bagi Annisa Pohan “Keluarga gw, itu ursan gw”

Melihat Annisa Pohan yang begitu menggebu-gebu “melawan” kerabat sendiri karena sebuah pernyataan politik, kita rasanya tergelitik untuk mengkritik. Pertama, apa salahnya mengatakan ketidaksetujuan terhadap calon pemimpin politik dengan penilaian idenya tidak realistis (tidak praktikal)? Kedua, Apa hak seorang Annisa Pohan melarang orang – yang bahkan dalam hal ini adalah kerabatnya sendiri – melontarkan komentar politik di dunia maya? Ketiga, bagaimana bisa pernyataan politik semacam “idenya tidak praktikal” lantas dipersepsikan menghina personal suami?

Dari kejadian ini, memperkuat dugaan bahwa Cikeas membuat sanak saudara dalam utopia klasik bernama feodalisme. Melarang orang berbicara – padahal bukan hoax – karena semata tak sejalan dengan pandangan personal mengindikasikan bahwa orang semacam itu tak terbiasa hidup dalam tradisi masyarakat yang egaliter. Annisa Pohan merasa barangkali dirinya hidup dalam kehidupan para bangsawan yang tak mau menolerir perbedaan pandangan.

Pernyataan Annisa Pohan ini mengingatkan kita beberapa tahun lalu pada mantan ibu negara yang marah-marah di Instagram karena dikritik dan sindir belaka. Namun, yang tak kalah menarik untuk diperhatikan juga dilakukan cagub nomor 2 sebelum “prahara path”. Suami Annisa Pohan rupanya menolak mendengar suara yang berseberangan di akun Instagram dan youtube selama kampanye. Caranya? Menutup komentar di kedua akun itu.

(baca: Ih Ngeri… Nyokap AHY Ngamuk, Gara-Gara AHY Dibilang Takut Debat)

Anda bayangkan bagaimana jika orang-orang macam ini kembali menjadi pelayan rakyat? Alih-alih menjadi pelayan, mereka mungkin kian merasa bahwa mereka adalah manusia special yang perlu perlakuan khusus. Tidak berhenti di sana, mereka tidak akan mau mendengar suara di seberang jalan.  Setiap kritik dianggap sebagai serangan personal. Ya sebagaimana kelakuan Annisa Pohan di path pasca debat. Annisa Pohan tidak menunjukan sama sekali kelakuan seorang demokrat yang siap hidup berdampingan dengan rakyat.

Annisa Pohan tidak siap untuk mendengar keluh kesah rakyat yang kadang jika didengar memang tidak nikmat. Dan barangkali memang, Annisa Pohan merupakan gambaran utuh bagaimana cara berlaku dinasti yang berkuasa di partai Demokrat.

Agaknya, dalam hal ini, Annisa pohan harus mengaji pada kesabaran dan kerendahan hati dari istri calon petahana. Istri Basuki tjahaja Purnama tidak pernah menggunjing di sosial media, meski suami diteriaki kafir, penista agama, dictator dan sebagainya. Ibu Veronica tampak selalu senyum menebar kasih pada para pecinta dan penghina. Sosok seorang demokrat sejati, meski kerap dicaci atas tudingan pada suami yang kerap memang hoax belaka.