Mengutip sabda Nabi Muhammad Saw.
“Jika susatu kepemimpinan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah waktu kehancurannya”.
Hadis ini menjelaskan tentang betapa pentingnya suatu kepemimpinan dijabat oleh ahlinya, artinya seorang ahli dalam hal kepemimpinan berdasarkan latar belakang pengalaman dan track record pada saat menjadi pemimpin.
Pada pilkada DKI 2017, Cagub dengan nomor urut 1 Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY dinilai memang memiliki pengalaman secara politik praktis yang sangat nol, karena karir yang selama ini AHY jalani hanya sebagai perwira menengah TNI Angkatan Darat.
Selama hidup sampai menempuh karir di TNI AD memang relatif banyak menuai prestasi bidang akademik yang menjadikan kebanggaan bagi dirinya sendiri. Dengan alasan telah mengantongi segudang prestasi akademik, bukan berarti bisa termasuk standar kriteria ideal dan layak untuk menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta, terlebih jika AHY terpilih menjadi Gubernur di pilkada 2017.
Mengingat alasan AHY maju di Pilkada 2017, ujarnya “ingin mengabdi untuk masyarakat Jakarta”. Padahal, jika kita cermati dengan akal sehat, tentu semua karir yang digeluti, terlebih AHY seorang PNS di TNI AD dimana hidupnya sudah dijamin oleh Negara, merupakan bagian dari sebuah pengabdian nyata yang mempunyai ruang lingkup luas, bukan hanya untuk DKI Jakarta melainkan Bangsa dan Negara tanpa harus menanggalkan baju kebesarannya.
Lalu, apakah cukup dengan modal pengalaman sebagai Perwira bisa memimpin Jakarta? Tentu tidak, karena ayahnya lebih dominan memperkenalkan AHY ke dunia militer. Tercatat dalam perjalanan hidupnya, AHY adalah seorang militer yang mempunyai wawasan luas, nilai akademik diatas rata-rata dan tidak sama sekali terjun di organisasi politik maupun ormas. Data-data diatas menjadi bukti, bahwa AHY lebih pantas menjadi seorang pendidik ketimbang jadi Gubernur DKI Jakarta.
Di sisi lain, AHY memiliki usia paling muda dibandinkan dengan Cagub lainnya. Usia muda AHY bukan patokan bisa memimpin, meskipun AHY memperkenalkan prestasi-prestasi yang dimiliki sebagai pemicu mengambil kepercayaan rakyat untuk memilihnya, namun soal memimpin tidak melihat usia muda atau tua, akan tetapi melihat dari pengalaman dan pencapaian sebagai nilai jualnya. Memimpin Ibukota dengan jumlah penduduk jutaan berbeda dengan memimpin para anggota TNI, karena Jakarta adalah Ibukota Indonesia bukan pasukan khusus Tentara.
Sudah terbukti jelas bahwa untuk saat ini sosok AHY bukanlah Pemimpin yang bisa diharapkan oleh warga DKI Jakarta. AHY tidak memiliki karir politik sebagaimana mestinya dunia yang hendak dihadapi ini justru harus banyak menyimpan dan memiliki amunisi pengetahuan serta praktek pertarungan di medan politik, melainkan AHY hanya bermodalkan prestasi akademik, Perwira militer dan mengandalkan pamour ayahnya sebagai mantan presiden 2004-2014. Tapi itu semua bukan modal dasar melainkan sebatas kebanggaan pribadi dan keluarga.
Oleh karena itu, ucapan Nabi Saw. Lambat laun seiring berjalannya waktu akan terbukti jika dipimpin oleh seseorang yang tidak berpengalaman dan bukan ahlinya dalam mengatur DKI Jakarta secara universal.
http://www.qureta.com/post/ahy-minus-pengalaman