Di Jatipadang kampanye Ahok kembali dihadang oleh orang yang mengaku ketua FPI. Dengan bangganya dia menyebut sebagai ketua ormas itu dalam penghadangannya.
Seorang warga asli wilayah itu justru membela Ajok. “Saya warga asli sini. Saya malah setuju Pak Ahok kesini untuk menjelaskan programnya,” ujar seorang lelaki yang terekam video kejadian.
Di Jakpus, ketua FPI yang menghadang kampanye Ahok juga kini buron setelah aksinya dilaporkan ke polisi. UU memang mengancam siapa saja yang menghalang-halangi kampanye dengan ancaman pidana.
Kita tidak tahu, apakah ketua FPI di Jatipadang juga nanti akan dilaporkan.
Jauh sebelum jadi Gubernur, FPI memang sudah memusuhi Ahok. Saat Jokowi terpilih jadi presiden, FPI menggelar protes agar Ahok tidak dilantik sebagai Gubernur. Padahal kenaikan Ahok sebagai Gubernur juga perintah UU.
Karena tidak digubris, FPI akhirnya melantik Gubernur versinya sendiri. Ini adalah satu-satunya Gubernur abal-abal yang pernah ada di Indonesia. Dilantik dan diakui oleh sekelompok orang.
FPi juga menuntut Ahok dipenjara karena kasus Sumber Waras. Meski KPK mengatakan tidak ada pelanggaran pidana, tuntutan itu tidak pernah surut. Buat FPI, ada atau tidaknya pelanggaran, tidak penting. Yang penting Ahok dipenjara. Mirip memasukkan kucing ke dalam kandang. Tidak perlu ada alasan.
Yang membuat laporan pidato Ahok yang diesit Buni Yani ke polisi juga orang FPI. Yang gencar memobilisasi masa untuk demo-demo besar di Jakarta adalah FPI. Bahkan saksi-saksi yang akan dihadirkan dalam sidang pengadilan hampir semuanya terafiliasi dengan FPI.
Dalam beberapa kali cuitannya, FPI secara terang-terangan mendukung Cagub lain. Meski tampaknya cuitan itu dianulir. Tapi benang merah dari semuanya tidak bisa dihapus. Keterkaitannya kok, telanjang banget.
Jadi posisi sebetulnya Ahok melawan FPI, yang keuntungannya dipetik oleh politisi karbitan. Itulah kenyataanya. Ahok sedang berhadapan melawan organisasi yang kemana-mana kerap bikin kegaduhan. Bahkan sering tampil overacting, merasa posisinya seperti berada di atas negara.
FPI bisa melakukan sweeping di mall, bisa mencela kepercayaan umat lain, bisa menghancurkan toko, bisa mengancam Bupati. FPI bisa menekan aparat hukum dengan mengerahkan massa.
Pengurus FPI bisa menyiram muka seorang pembicara yang sedang tayang langsung di TV, dengan secangkir kopi. Bahkan yang tidak pernah saya lupa, Rizieq Shihab bisa melecehkan Gus Dur di layar TV.
Kita tidak ingin ada sekelompok orang yang merasa bebas berbuat sekehendak jatinya sendiri. Merasa bebas menginjak orang lain. Dalam posisi Ahok melawan FPI, sebagai warga negara yang punya akal sehat, saya tahu harus berada di pihak yang mana.
Eko K