Al-Khaththath alias Gatot Dulu Pernah Ingin Dirikan Khilafah, Gagal Total, Jadi Caleg PBB, Gagal Lagi

1728
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Gatot Saptono alias M Al-Khathath (duduk paling kiri) bersama tokoh-tokoh GNPF, Bachtiar Nasir, Zaitun Rasmin dll mendukung Anies dan Sandi

Muhammad Al-Khaththath alias Gatot Saptono, gembong FUI dan Aksi 313 yang ditangkap polisi terbongkar dulunya ingin mendirikan Khilafah Islam di Indonesia. Tidak main-main, Gatot Saptono pernah menjadi Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mengharamkan demokrasi, pemilu, UUD 45, Pancasila dan ingin membubarkan NKRI menjadi Khilafah Islamiyah di Indonesia.

(baca: Ternyata Al-Khaththath Komandan FUI dan Aksi 313 yang Ditangkap Polisi Pendukung Anies dan Teroris)

Gatot dididik dalam organisasi Hizbut Tahrir. Dalam organisasi ini dia mengubah namanya dari Gatot Saptono menjadi Muhammad Al-Khaththath. Dia merasa nama pemberian orang tuanya itu tidak ngarab, maka dicarilah yang mirip-mirip dengan Gatot yakni Al-Khaththath yang dalam bahasa Arab artinya juru tulis.

Pria kelahiran Pasuruan 12 Juni 1964 ini tidak pernah memiliki latar belakang pendidikan agama. Ia menyelasaikan studi di Program Ilmu dan Teknologi Benih Jurusan Budidaya Pertanian Faperta Institut Pertanian Bogor (IPB). Belajar Islam dari ustadz-ustadz dadakan di kampus dan dari buku-buku terjemahan.

Selanjutnya Al-Khaththath alias Gatot Saptono menjadi Ketua Umum DPP HTI 2002-2004. Namun menurut informasi Gerilyawan Al-Khaththath dipecat gara-gara masalah keuangan yang tidak transparan. Namun ada sumber informasi yang mengatakan, Al-Khaththath puts asa dengan perjuangan Hizbut Tahrir yang tidak berhasil menegakkan Khilafah di Indonesia.

Akhirnya ia menjadi caleg nomor 1 Dapil Jakarta III dari PBB. Dalam daftar caleg, tercantum nama aslinya: Gatot Saptono.

(baca: Al-Khaththath Alias Gatot Komandan FUI dan Aksi 313 Ditangkap di Kamar 123 Hotel Mewah Kempinski)

Pemilu, Khaththath menjelaskan, adalah soal memilih wakil rakyat. Umat Islam wajib memilih wakil rakyat yang Islam dan bervisi menegakkan syariah. Menjelang Pemilu 2004, kata Khaththath, ia dan Ismail Yusanto, juru bicara HTI, pernah ditawari masuk PKS, PBR, dan PBB. Tawaran itu didiskusikan dan diteruskan kepada Amir HT Internasional. Dijawab, kalau ada calon yang mau mengubah demokrasi menjadi sistem syariah, boleh dipilih. Jika tokoh HTI mau jadi caleg, harus dengan parpol sendiri: HTI mesti jadi parpol.

Muncul rencana, HTI akan diumumkan jadi parpol, tahun 2007. Tapi terjadi kontroversi internal. Rencana pun gagal. HTI hanya terdaftar sebagai ormas. Tahun 2009, Khaththath pernah ditawari untuk menjadi caleg PBB. Tapi saat itu ia fokus jadi Sekjen Forum Umat Islam (FUI). “Niat saya bukan jadi anggota DPR. Saya ingin dakwah memperjuangkan syariah,” katanya. Mantan anggota HTI lain yang jadi caleg PBB adalah Sudadi di Dapil Sumatera Utara I nomor urut 5 seperti yang dikutip dari Majalah Gatra.

Pernyataan Al-Khaththath alias Gatot itu seperti menjilat ludahnya sendiri, karena saat menjadi Ketua Umum DPP HTI dulu, Gatot mengkafirkan demokrasi dan menyebut Pemilu sebagai sistem kufur. Maka, dengan ikut Pemilu, Gatot sudah memakan fatwanya sendiri menjadi orang kafir.

(baca: Dari Perda Syariah ke NKRI Bersyariah)

Menjadi Caleg PBB, Gatot sesuai dengan namanya: Gatot: gagal total. Mungkin karena dia anggap namanya tidak datangkan hoki, dia mengubah namanya. Padahal Panglima TNI juga bernama Gatot, yang arti aslinya adalah orang yang berotot. Kalau Gatot Saptono artinya memang orang yang gagal total, yang sekarang masuk penjara polisi. (gerpol)