Amerika dan Ikhwanul Muslimin dalam Konspirasi Menggulingkan Jokowi (Membongkar Makar Ikwanul Muslimin Bagian-7)

1003738
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Eep Saefulloh Fatah (duduk kedua dari kiri) tertutup tangan tokoh Wahabi Zaitun Rasmin, bersama Anies Baswedan, Sandiaga Uno dan Bakhtiar Nasir (GNPF-MUI), Al-Khaththath, Sekjen FUI

Amerika dan Ikhwanul Muslimin Konspirasi Menggulingkan Jokowi

Penolakan Angkatan Bersenjata Jerman terhadap Hitler untuk bergabung dalam dinas kemiliteran, menyisakan sakit hati yang mendalam di diri Adolf Hitler. Namun tidak ada menyangka, tubuh kecilnya dengan kemampuan orasi cukup baik itu mampu mengecoh gerakan buruh Jerman dan mengantarkan NAZI menjadi partai pemenang Pemilu. Tidak ada yang menduga Pemilu 1933 yang demokratis dijadikan pintu masuk Hitler untuk menjerumuskan seluruh daratan Eropa ke dalam Perang Dunia Kedua.

Baca: Membongkar Rencana Makar Ikhwanul Muslimin: Eep Sang Boneka (Bagian-1)

Begitulah organisasi yang rapih bekerja dibawah tanah dan muncul memanfaatkan situasi ketika ruang politik tersedia dan masyarakat terjebak dalam kondisi saling mencurigai satu dengan yang lain. Sumber informasi terdekat dan juga titik konsentrasi massa telah dikuasai tim Anies dan PKS dengan mengendarai isu “menolak Menshalatkan jenazah bagi mereka yang mendukung Pemimpin Kafir.” Mengingat apa yang terjadi pada Hitler dan Jerman, tidak sulit memahami mengapa perubahan drastis terjadi pada diri Anies. Api kemarahan yang terus menerus disirami minyak membuat Anies menjadi gelap mata.

Anies telah menjadi boneka Eep, demikian juga Eep sudah menjadi boneka kaum Takfiri Wahabi dari Ikhwanul Muslimin sejak lama. Kini tinggal melengkapinya dengan senjata. Tidak ada kudeta tanpa menguasai faksi angkatan bersenjata. Pengalaman ini sudah sukses diuji coba pada rangkaian kudeta di Jazirah Arab, yang dikenal dengan peristiwa Arab Spring. Makin menipisnya produksi minyak dan gas, semakin membaiknya ekonomi Rusia, serta berakhirnya sanksi internasional terhadap Iran, diperparah dengan krisis yang melanda Eropa. Kekuatan ekonomi dunia mulai berpindah ke tangan China. Indonesia sebagai negara besar yang menguasai selat Malaka sebagai selat strategis yang memungkinkan perdagangan Barat dan Selatan terjadi, malah semakin maju dalam hal demokrasi dan kehidupan umat beragama.

Baca: Membongkar Rencana Makar Ikhwanul Muslimin: Eep dan PKS Duri dalam Daging (Bagian-2)

Pilpres 2014 yang mengantarkan Jokowi ke kursi Presiden, bagaikan mimpi buruk bagi Amerika. Jokowi adalah seorang yang dilahirkan oleh Soekarno. Presiden Pertama RI yang mereka jatuhkan melalui sebuah konspirasi yang berlangsung dalam era perang dingin 1960an. Peristiwa itu bahkan masih menyisakan luka hingga hari ini. Kalau saja Eep bersama Minoritas Kreatifnya bisa menyadari, betapa kerusakan seperti itu bisa berakibat luka yang sangat panjang, tentu mereka akan mengambil sikap seperti Prabowo, opisis namun menempatkan kepantingan Bangsa dan Negara diposisi paling utama.

Tahun 1965 tragedi berdarah yang memakan korban 1 juta nyawa melayang tanpa pengadilan, benar-benar membuat kita terpenjara dibawah rejim militer selama 32 tahun. Justru dimasa bangsa ini sedang berusaha sembuh dan bangkit, Eep dating membawa konsep politik purba dengan menggunakan masjid sebagai basis pemenangan politik melawan Ahok. Namun mereka tidak sendiri, naiknya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dengan menyingkirkan Hillary Clinton, membawa angin segar bagi Hary Tanoe. Orang yang sudah menjalin hubungan bisnis dengan jaringan bisnis yang dimiliki Trump. Banyak orang heran dengan ambisi politik yang sedang dimainkan oleh Hary Tanoe bersama Perindo.

Baca: Membongkar Makar Ikhwanul Muslimin: Eep Kuda Troya PKS Mengalahkan Jokowi-JK (Bagian-3)

Ambisi politiknya mulai menyala ketika menerima tawaran Surya Paloh membesarkan Nasdem, namun sebagaimana Prabowo, Surya Paloh juga adalah seorang Nasionalis sejati, tidak berlangsung lama, pendiri Nasdem itu lalu mengusir Hary Tanoe keluar dari partainya. Seperti orang yang dikejar target tertentu, HT tidak menunggu lama, setelah mendeklarasikan PERINDO, HT menjalin kontak dengan Wiranto, tidak lama berselang HT berlabuh di HANURA dengan posisi sebagai Ketua BAPILU dan mulai mengkampanyekan Wiranto-HT sebagai pasangan Capre-Cawapres pada Pemilu 2014. Konon itu adalah harga transaksi yang harus diteken oleh Wiranto jika ingin HT bergabung dengan HANURA.

Apa lacur, bandul politik berkata lain, HANURA harus menerima kenyataan pahit sebagai partai dengan perolehan suara terendah pada Pileg 2014. Sasaran kemarahan internal dialamatkan kepada Hary Tanoe. Menjelang Pilpres, HT mencoba memaksakan agar Hanura mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, namun Wiranto diam-diam sudah menjalin komunikasi politik dengan Surya Paloh dan Megawati. Tanpa sepengetahuan HT, Wiranto mengumumkan dukungan HANURA pada Jokowi-JK. Itu menjadi akhir hubungan HT dengan Wiranto. Setelah memastikan bahwa kubu Prabowo-Hatta membutuhkan dukungannya, HT lalu mundur dari HANURA.

Baca: Membongkar Makar Ikhwanul Muslimin: PKS dan Eep Meninggalkan Jokowi, Menyingkirkan Sandi (Bagian-4)

Bukannya jera berpolitik, HT malah merombak Ormasnya menjadi Partai. Kekalahan Prabowo dalam Pilpres semakin membentuk mental politiknya. Tentu ini dimungkinkan karena dukungan finansial yang besar dari kerajaan bisnis yang dibangunnya. Kabarnya HT banyak memborong property milik Bakrie yang terbelit hutang, juga mengulurkan tangan pada Hasyim untuk mendapatkan pinjaman atau dengan menjual sahamnya kepada Hary Tanoe. HT adalah macan bursa saham, dia sangat piawai dalam bermain di pasar uang. Namun untuk apa kekuasaan politik baginya? Bukankah kekayaannya sudah membuat dirinya bisa membeli politik dengan mudah?

Baca: PKS dan Eep: Menggandeng HT, Mengkhianati Prabowo (Membongkar Makar Ikwanul Muslimin Bagian-5)

Tidak seorang pun yang tahu motif pastinya, namun dengan semakin dekat dengan kekuasaan, HT bisa mendapatkan informasi lebih awal dibandingkan pengusaha yang jauh dan hanya dijadikan sapi perah para politisi. HT tampaknya ingin membangun bisnisnya dengan menekan tingkat resiko yang biasanya muncul karena ketidakpastian yang diakibatkan dari factor sosial dan politik. Apalagi Trump sang Presiden Negara paling berkuasa di dunia adalah mitra bisnisnya.

Belajar dari pengalaman bersama Surya Paloh dan WIranto, serta juga dulu dengan SBY. Sulit untuk berbagi kekuasaan dengan seorang patriot dan nasionalis. Pada saat itulah tawaran PKS bersama Anies datang. HT tentu tahu dirinya sulit menjadi Presiden jika melalui Pemilu langsung. Dia harus rela menjadi orang nomer dua, itu sudah tidak lagi penting baginya. Apalagi televise yang dikuasainya membuat siapapun akan bergantung padanya. Pernikahanpun terjadi.  PERINDO mendeklarasikan dukungannya kepada Anies-Sandi.

Baca: HTI Menyulut Api Kebencian di Jantung Republik (Membongkar Makar Ikhwanul Muslimin Bagian-6)

HT secara khusus menyampaikan pesan dukungan Amerika Serikat dengan menyebut bahwa salam Bersama Tiga Jari milik Anis-Sandi mirip salam Trump. HT juga meramalkan kemenangan Anies-Sandi akan serupa dengan kemenagan Trump di Amerika Sertikat.

HT tidak setengah-setengah mendukung Anies-Sandi, terkhusus sebenarnya mendukung PKS dalam menjalankan skenario Partau FIS yang dicontek oleh Eep untuk mengalahkan Ahok. Suatu ketika, salah satu televisi HT pernah menyiarkan secara langsung Sholat Subuh bersama yang dilakukan GNPF yang diwarnai orasi kebencian. HT jelas memperlihatkan ketidaksukaannya kepada Ahok dan mendukung Anies Basdewan. Tindakan HT mengakomodasi GNPF dapat dibaca bahwa HT ingin menunjukkan kepada orang-orang, termasuk kepada Donald Trump bahwa dia bisa “memakai” siapa saja di Indonesia, karena dia punya media dan harta, dan sekarang dia punya Donald Trump.

Dari kabar media dapat dibaca, Trump memiliki dua investasi besar di Indonesia, yakni proyek pembangunan Trump International Hotel & Tower Bali dan Trump International Hotel & Tower Lido di Bogor, Jawa Barat. Untuk kedua proyeknya itu, Trump membangun kerja sama dengan HT. Bahkan, menurut kantor berita Associated Press ( AP), ada kemungkinan kerajaan bisnis HT bakal dari proxy bisnis Donald Trump di Indonesia.

Alkisah, AP melaporkan bahwa hubungan HT dengan Trump dimulai tiga tahun lalu. Saat itu MNC mencari mitra bisnis yang bisa mengoperasikan resort mewah di Bali dan di beberapa tempat di Jakarta. Trump Organisation mengambiil peluang tersebut dan bersedia mengelola hotel, lapangan golf dan country club yang dibangun MNC dengan biaya sekitar 700 juta dollar. Proyek ini menurut HT adalah pengembangan lebih lanjut ekspansi bisnis perusahaanya. Setelah Donald Trump menjadi presiden, HT mengatakan akan banyak berhubungan dengan dua anak lelaki Trump yakni Don dan Eric.

Ahok dan Jokowi bersama jajaran Polri dan TNI harus menghadapi dua musuh sekaligus. Kekuatan Asing dari Benua Amerika dan Kekuata Asing dari Jazirah Arab yang dikendalikan oleh Ikhwanul Muslimin. Kini tinggal menunggu sikap Prabowo Subianto setelah dirinya membaca lengkap skenario yang dsirancang langsung dari dapur politiknya. Tentu Prabowo sedang menghitung kekuatan politiknya, namun yang paling penting harus diingat oleh Anies, Eep dan HT serta PKS adalah bahwa seorang Prabowo Subianto adalah patriot bangsa, yang tidak akan pernah rela mengganti merahnya darah, dan putihnya kehormatan dengan warna lain. Burung Garuda Gerindra adalah Garuda yang tegak menantang masa keemasan. Beda dengan Garuda dalam logo PERINDO yang bisa berpaling kapanpun tindakan itu dibutuhkan untuk kepentingan bisnisnya.

Abdulbaki Sahrowi, Pengamat Politik Asia dan Timur Tengah, tinggal di Paris

(bersambung) (gerpol)