Anies Ketakutan dan Cuci Tangan, Minta Spanduk Tolak Sholatkan Jenazah Diturunkan ke Pendukungnya

499830
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter

Spanduk-spanduk yang tergantung di mesjid-mesjid berisi pelarangan mensholatkan jenazah pendukung Ahok. Meski dikecam namun pada awalnya belum ditanggapi serius, mungkin karena banyak yang yakin bahwa semua itu sekedar gertakan. Namun ternyata penolakan itu benar-benar terjadi, dan ada juga yang diancam untuk memilih Anies-Sandi jika tidak mau maka jenazah tidak disholatkan.

Timses Anies Politisir Jenazah

Publik kaget ketika ancaman tersebut benar-benar dilaksanakan, dan kecaman berdatangan melalui media sosial. salah satunya dari akun Facebook Emmy Hafild juga dari para penulis seword yang salah satunya adalah saya sendiri (Beginikah Perilaku Pendukung Anies? Memaksa Hingga Menteror?). Menuai kecaman dari berbagai kelangan akhirnya Anies meminta agar spanduk-spanduk yang menjadi sumber kekacauan ini diturunkan. Ujaran tersebut disampaikan melalui akun twitternya

“Mari kita jaga pilkada damai dan bebas ancaman,” tulis Anies lewat akun Twitter-nya yang terverifikasi @aniesbaswedan Ada 3 poin penting yang disampaikan dia, termasuk soal adanya penolakan mensalatkan jenazah umat Islam yang mendukung calon nonmuslim. Berikut pernyataan lengkap Anies.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah Pilkada DKI Jakarta telah memasuki putaran kedua. Putaran pertama telah kita semua lalui. Namun dalam gegap gempita putaran kedua ini, kita perlu tetap menjaga persatuan serta menunaikan kewajiban dan hak kita dengan baik.

Sejak kampanye putaran pertama, kita dengar berbagai cerita di masyarakat tentang eksploitasi kemiskinan dengan ancaman pemberhentian program KJP, program PPSU dan program-program lain.

Beberapa waktu belakangan ini kita juga mendengar berita terkait ancaman penolakan shalat jenazah terhadap individu yang tidak memilih calon muslim.

Aksi mengancam bisa menghasilkan reaksi mengancam pula. Menjawab ancaman dengan ancaman seperti ini, walau atas inisiatif pribadi secara independen, bisa membuat suasana jadi makin tidak sehat. Ancaman telah membuat warga memberikan suara karena rasa takut, reaksi ancaman juga akan membuat warga memilih bukan karena harapan perubahan. Setiap ancaman diluncurkan, muncul reaksi ancaman balik. Semua ini harus segera dihentikan.

Meskipun partai politik pengusung Anies-Sandi, tim kampanye Anies-Sandi maupun relawan tidak pernah membuat spanduk ancaman dan tidak menganjurkan namun kami tetap perlu menyampaikan beberapa butir seruan sebagai berikut:

1. Menyerukan pada semua agar menghentikan segala bentuk ancaman kepada warga, apalagi ancaman yang mengeksploitasi kemiskinan warga, dengan ancaman penghentian program-program bantuan untuk rakyat bila petahana tidak dipilih lagi. Ancaman ini dapat memicu keresahan dan dapat memancing reaksi kemarahan.

2. Menyerukan kepada warga untuk tetap menunaikan seluruh ketentuan hukum dan setiap kewajiban terhadap jenazah; serta menurunkan spanduk ancaman penolakan shalat jenazah.

3. Kepada seluruh relawan pendukung pasangan Anies-Sandi, saya minta agar para relawan bersama dengan warga dan para tokoh/ulama untuk turun tangan dan terlibat langsung membantu apabila ada yang mengalami kesulitan dalam pengurusan jenazah bagi tiap warga yang memerlukan.

Akhir kata, mari kita kembali mengingat bahwa Insya Allah masih ada kehidupan bersama sesudah tanggal 19 April 2017 nanti. Persahabatan, persaudaraan, pertetanggaan dan kerja sama masih harus terus berlanjut.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Anies Baswedan

Dari pernyataan diatas dapat kita ambil tiga point pentingnya, pertama Anies melarang pendukungnya melakukan ancaman, kedua untuk tetap mensholatkan jenazah dan ketiga meminta pendukungnya membantu pengurusan jenazah.

Baca:

Walau terasa terlambat sekali sampai netizen harus berteriak-teriak dulu hingga akhirnya ada pernyataan pelarangan dari Anies-Sandi. Seharusnya jika Anies memang tidak suka terhadap cara-cara seperti ini, ia bisa melarangnya sejak dulu sebelum terjadi kasus dan menjadi viral. Meskipun ia menyangkal bahwa spanduk tersebut tidak dibuat oleh kubunya tapi jika ada niat baik dan menjunjung demokrasi, seharusnya sejak berminggu-minggu yang lalu dia melarang aksi ancaman penolakan tersebut. Bukan setelah jatuh korban kemudian dikecam beramai-ramai oleh netizen baru melarang aksi ancaman tersebut. Mungkin itu lebih karena ketakutan kehilangan suara daripada menjunjung demokrasi.

Kita lihat saja kedepan, apakah pernyataan Anies Baswedan tersebut akan dituruti oleh para pendukungnya? Saya sih agak sangsi mengingat hasil survey terakhir dari Median, pemilih Anies itu 55% hanya karena faktor agama bukan karena Anies Baswedan-nya. Artinya, siapapun yang ditaruh di pasangan calon no 3, pasti akan didukung minimal oleh 55% tersebut. Coba aja ganti Anies dengan saya, pasti tetap saja banyak yang milih apalagi jelas-jelas saya lebih ganteng dari Anies.

Gusti Yusuf

(seword/gerpol)