Anies, Sudahi Provokasimu!

502325
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Anies Rizieq untuk Jakarta Bersyariah

Kita kembali dikejutkan oleh berita hari ini, bahwa Cawagub DKI Jakarta H. Djarot Saiful Hidayat diusir oleh takmir dan jamaah Masjid Al-tiq Tebet Jakarta Selatan saat usai melakukan ibadah Shalat Jumat tadi siang (14 April 2017). Takmir masjid berpidato begitu provokatifnya dengan menggunakan mikrofon sambil berteriak mengatakan,”Mereka yang memimilih pemimpin seorang Nasrani atau Yahudi itu orang munafik”.

Apakah harus sekasar itu takmir masjid dan jamaahnya memperlakukan orang yang tak bersalah apa-apa, bahkan beliau adalah salah seorang calon pemimpinnya, sudah pernah pergi ke tanah suci untuk beribadah haji –yang calon pesaingnya yang muslim pun kedua-duanya (Anies-Sandi) belum pernah beribadah haji ke tanah suci–, dan mendatangi masjid bukan untuk kampanye tapi untuk sholat Jumat. Mengapa beliau harus diusir dari masjid? Memangnya yang membangun masjid itu siapa?.

Kalau ingin memperoleh simpati orang lain agar memilih calon yang kalian sukai, jangan sekali-kali kedepankan gigi rahang, amarah dan kebencian yang diluar kewajaran, karena itu tanda kalian sedang bermasalah dengan diri kalian sendiri. Islam diterima di Nusantara tidak melalui provokasi, hujatan yang membabi buta, namun melalui cara-cara damai yang menggugah nurani kesadaran manusia.

Saya sangat heran sekali semenjak Raja Ngibul itu nyalonin jadi gubernur, keharmonisan warga DKI Jakarta jadi nyaris hancur. Ia yang seharusnya tampil prima sebagai salah satu tokoh intelektual terkemuka, ternyata malah gemar menstimulus provokasi yang memunculkan segudang masalah baru di Jakarta dan nyaris di seluruh Nusantara kita. Dan masyarakat agaknya semakin menyadari siapa dia, setelah dalam debat terakhir Pilkada DKI Putaran II Basuki membungkam mulutnya saat Basuki menyatakan:”Saya tak menemukan jawaban dari Pak Anies, saya hanya melihat Pak Anies hanya beretorika saja sejak tadi”. Makjlebbbbb…

Sudahlah, sudahi saja provokasi ini semua, kembalikan masjid pada fungsinya sebagai tempat ibadah, bukan sebagai tempat menjaring suara untuk kemenangan Pilkada. Para calon pemilih Basuki-Djarot itu orang-orang rasional dari berbagai latar belakang agamanya. Mereka tidak menyukai provokasi, tidak menyukai para politisi yang gemar menjadikan agama sebagai barang dagangan untuk meraih keuntungan memperoleh suara. Mereka ini lebih senang diam, tapi ketika sudah menentukan pilihan, suaranya sangat mematikan pihak lawan. Semakin kalian intimidasi mereka, semakin kokoh dan teguh pendiriannya.

Para pendukung Basuki-Djarot itu cermin asli pemilih Indonesia, yang dalam sejarahnya tak pernah dapat dikalahkan oleh kelompok-kelompok intoleran atau ekstrim. Itu karena watak asli Penduduk Indonesia adalah ramah tamah dan gemar hidup berdampingan dengan para pemeluk agama lain serta dengan warga keturunan Bangsa lain.

Cobalah pelajari sejarah Indonesia tempo dulu, di daerah Pesisir Pantai Utara Jawa, Gresik, Tuban, Lamongan, Rembang dlsb. misalnya, Warga Asli Indonesia sudah terbiasa hidup rukun dengan orang Tiongkok, Arab dlsb. Mereka juga sudah terbiasa hidup rukun dengan orang yang beragama Hindu, Budha, Konghuchu, Islam, Kristen, Katolik dlsb. Dan itu sudah berjalan berabad-abad hingga sekarang. Olehnya berusaha membenturkan pribumi dan non pribumi, Islam dan non Islam adalah suatu tindakan amoral dan juga tanda bahwa kalian itu tuna sejarah…(SHE).

Bandung, 14 April 2017.

Saiful Huda Ems (SHE).