Anies Rasyid Baswedan, adalah nama yang sudah sangat tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.
Anies dikenal sebagai seorang akademisi yang pernah memimpin Universitas Paramadina, kampus yang didirikan oleh seorang pembaharu Nurcholis Madjid. Anies juga dikenal pernah menduduki kursi Menteri pendidikan dan kebudayaan RI di bawah pimpinan Presiden Jokowi. Dan belakangan Anies dikenal sebagai salah satu calon Gubernur Ibu kota Negara.
Namun siapakah Anies ini sebenarnya? apakah orang yang sangat pandai meramu kata menjadi kalimat yang cukup meyakinkan orang ini adalah orang yang perkataan dan tindakanya sejalan?
Dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta,Setidaknya ada empat macam politisi yang penulis lihat.
Pertama, Politisi Sejati, Politisi macam ini percaya bahwa aturan dan norma yang dibuat pemerintah harus merefleksikan prinsip tertentu. Prinsip ini bisa berupa liberal atau konservatif, kapitalis atau sosialis. Politisi macam ini percaya bahwa yang ia emaban adalah tugas untuk negara, yaitu melayani kepentingan publik sebaik yang ia mampu.
Kedua, Politisi Gila Kekuasaan, politisi macam ini tidak memiliki prinsip apapun. Yang ia pikirkan hanyalah meraih kekuasaan pribadi dan kekayaan. Ia bisa bermuka dua agar tetap dianggap berkuasa. Bagi politis semacam ini pemerintah hanyalah sekadar instrumen untuk kepentingan pribadi.
Ketiga, Politisi Kutu Loncat, politisi macam ini tidak memiliki prinsip apapun. Secara moral perduli akan apapun selain rayuan manis agar memihak kepentingan orang lain. Ia sangat suka akan fasilitas negara dan selalu lupa akibat tindakan yang ia lakukan.
Dan keempat, Politisi Karbitan, Politisi semacam ini tidak melayani kepentingan masyarakat ataupun meraih kekuasaan. Ia tidak sama sekali paham sistem demokrasi pemerintah tapi juga tidak bisa merubahnya. Sehingga ia berpura-pura melayani masyarakat agar dapat terllihat sepertinya mengubah sistem pemerintah.
Dalam pandangan penulis Anies basewedan masuk dalam jenis politisi kedua, kenapa? mari kita simak rekam jejak Anies dari awal mula dia naik sebagai Rektor Universitas Paramadina.
(baca: Pilkada DKI Membongkar Kedok Politisi dan Moralis)
Menurut keterangan dari Mohammad Monib, salah satu orang yang melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Anies Baswedan naik sebagai Rektor Paramadina dan juga orang yang bukan baru kemarin sore mengenal Anies.
Monib menuturkan, ternyata terpilihnya Anies Baswedan sebagai Rektor tidak melalui proses pemilihan yang sehat, Anies dipilih dalam kualifikasi remang-remang dalam struktur yayasan yang tak berjalan sehat. Pihak yang menolaknya pun tidak sedikit. Bahkan Penolakan paling keras dari istri almarhum Cak Nur, pendiri dari Paramadina. Menurutnya, Anies tidak legitimate sebagai rektor.
Bahkan dalam perjalannya sebagai rektor Anies melakukan praktik nepotisme dalam strukur rektorat yang disebut oleh Monib dengan praktek ‘Koncoisme’, hanya berselang seminggu pasca pelantikan, Anies mengangkut teman-temannya sebagai Purek 1, Purek 3 & kepala biro.
Anies kemudian melepas Jabatanya sebagai Rektor Paramadina setelah dilantik sebagai Menteri pendidikan dan kebudayaan oleh Presiden Jokowi, akan tetapi belum genap dua tahun menjabat, Anies didepak dari kabinet kerja Pakde.
(baca: Pencitraan Anies Baswedan dan Buruknya Birokrasi Kemendiknas)
Menurut Pramono Anung, Anies dipecat karena kinerjanya yang tidak sesuai ekspektasi Presiden, padahal dalam berbicara dan menjabarkan konsep Anies begitu luar biasa, namun ternyata mulutnya tak sesuai dengan tingkahnya. Tak hanya itu, Anies juga dinilai telah melenceng dari visi dan misi dari Presiden Jokowi.
Namun ternyta nafsu ingin berkuasa dari Anies Baswedan tidak pernah padam, kini Anies menjilat ludahnya sendiri dengan bersatu dengan orang yang pernah dia tentang dan katai antek Orba kala Pemilu 2014 lalu, dengan dukungan Prabowo Subianto bersama partai Gerindra, Anies dipasangkan dengan seorang pengusaha yang juga buta politik Sandiaga Uno sebagai Cagub dan Cawagub dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
Namun publik ternyata sudah terlalu mengenal siapa Anies, pemecatanya sebagai Menteri menjadi salah satu nilai ukur bagi warga DKI, banyak yang berkata ‘Jadi Menteri aja dipecat, gimana mau mimpin Jakrta’ . Dikubu Islamis radikal, Anies malah terlanjur dikenal sebagai seorang tokoh liberal gegara Ia pernah menjabat Rektor kampus yang dianggap sarang liberal.
Angka buncit dalam survei dan polling nampaknya cukup membuat Anies panik, hingga seperti biasa, demi mewujudkan nafsu kekuasaanya, Anies rela berbuat apa saja. Mulai dari kampanye hitam, membual kesana sini hingga akhirnya ‘Melacur’ ke Petamburan.
Anies pertama kali datang ke markas para preman bersurban ini pada Minggu 1/1/2017, dalam pertemuan itu Anies kembali membual, mengeluarkan kemampuanya dalam membaca ‘mantra’ pencitraan. Anies berusaha meyakinkan Rizieq Shihab CS bahwa dia bukanlah seorang liberal, Syi’ah dan berbagai macam tuduhan lainya, bahkan ia mengaku telah berhasil ‘memadamkan api’ di Paramadina. Jujur saja mengatakan Anies liberal saat ini, adalah penghinaan besar bagi liberal itu sendiri.
(baca: Terungkap! Gara-Gara Survei Turun Terus, Anies Minta Dukungan FPI)
Disini dapat kita nilai sendiri, bahwa mental penjilat memang sudah melekat dalam pribadi Anies Baswedan.
Setelah kunjungan ke Petamburan, Anies juga menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Ormas peternak massa anarkis GNPF pada Minggu 15/1/2017. Dalam acara yang dihadiri oleh para penjual agama tersebut Anies kembali membual, kali ini lebih parah, ia menggunakan Sholat sebagai media kampanye, sungguh menjijikan! Padahal pada bulan September 2016 lalu kala Anies masih mencari payung sebagai bakal calon Gubernur, ia berkoar-koar mengumandangkan komitmenya untuk tidak menggunakan SARA dalam kampanye.
Perjalanan Anies dalam menghimpun suara dengan SARA layaknya FPI tak sampai disitu. Dalam Acara Mata Najwa, Rabu malam (25/1/2017), Anies Baswedan ditanya mengenai kunjungannya ke markas FPI. Najwa Shihab yang menjadi host acara tersebut mendesak Anies untuk menjawab apakah sepandangan dengan FPI mengenai Gubernur Jakarta harus orang Islam. Terus mencoba mengelak dengan penjelasan ngalor ngidul, Anies pun akhirnya mengakui dirinya sepandangan dengan FPI.
(baca: Setelah Didesak Najwa, Akhirnya Anies Mengaku Sama dengan FPI)
Anies mengatakan ‘ Sebagi muslim, jelas saya taat pada Al-Maidah ayat 51,” kata Anies, namun Al-maidah ayat 51 yang ditaati Anies ini adalah tafsiran ala FPI.
Kita tahu bersama bagaimana Rizieq CS menggunakan Al-Maidah ayat 51 sebagai peluru tajam untuk penggembosan isu SARA di Indonesia, dan nyatanya Anies Baswedan dengan pernyataanya telah mengaku bahwa ia sejalan dengan Rizieq Shihab, FPI dan GNPF.
Terakhir saya hanya berdoa semoga Indonesia dihindarkan dari orang-orang munafik yang menjadikan agama sebagai tunggangan untuk memuaskan nafsu kekuasaan. Amin
Salam
Putra Rimba Jaya
(Gerpol)