Calon Gubernur DKI Jakarta pemenang Pilkada, Anies Baswedan mengimbau agar warga DKI Jakarta menahan diri untuk tidak membuka media sosial selama beberapa hari agar proses rekonsiliasi usai Pilkada lekas berjalan.
“Jangan sampai ketegangan di media sosial menjadi ketegangan di luar. Enggak usah lihat timeline (lini masa) dulu deh dua hari tiga hari. Nanti juga akan tenang,” kata Anies di Kota Bambu, Palmerah, Jakarta Barat (28/4/2017).
Anies mengaku rekonsiliasi menjadi fokusnya bersama wakilnya, Sandiaga Uno setelah Pilkada DKI Jakarta. Menurut dia, rekonsiliasi itu penting untuk menyatukan kembali warga DKI Jakarta usai berpolemik keras selama Pilkada berlangsung.
“Untuk rekonsiliasi, kami menemui berbagai pihak,” kata dia.
Kendati begitu, menurut Anies, polarisasi akibat pemilu sesungguhnya bukan hanya terjadi di Jakarta saja, melainkan di seluruh dunia.
“Polarisasi ada di seluruh dunia. Bukan hanya di Indonesia saja. Kalau anda perhatikan pilpres di Amerika itu selesai bulan November, tapi panasnya sampai sekarang,” kata dia.
Karena itu, Anies berpendapat proses rekonsiliasi usai Pilkada DKI Jakarta 2017 memerlukan proses panjang dan tidak bisa berlangsug cepat.
Baca:
- Anies Belum Dilantik Jadi Gubernur Sudah Otoriter
-
Pejabat DKI Ini Ungkap Ketakutan Anggaran Dicolong Pasca Ahok-Djarot Lengser
“Pelan-pelan. Yang penting masing-masing pihak saling menjaga. Terutama dalam kehidupan sehari-hari,” ujar dia.
Anies telah menemui rivalnya di Pilkada DKI, Cagub petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Balai Kota Jakarta sehari setelah Pilkada putaran kedua. Dalam peremuan itu, keduanya berkomitmen untuk menciptakan rekonsiliasi di Jakarta dan membahas penyelarasan program dan anggaran.
Sementara, Sandiaga juga telah bertemu dengan Cawagub petahana Djarot Saeful Hidayat di Restoran Meradelima pada dua hari lalu (26/4/2017). Menurut Sandiaga, pertemuan tersebut berkaitan dengan upaya rekonsiliasi setelah Pilkada DKI Jakarta.
Namun, setelah pertemuan-pertemuan tersebut, ketegangan di media sosial belum juga reda. Masing-masing pendukung kedua kandidat masih gemar saling berpolemik.
Pakar politik FISIP UIN Jakarta Robi Sugara menilai ketegangan di media sosial lebih sulit untuk disudahi ketimbang di dunia nyata. Sebabnya, menurut dia, di dunia media sosial banyak akun anonim yang memainkan peranan memanaskan suasana.
“Ya itu kan banyak akun buzzer anonim. Itu yang bahaya,” kata Robi.
Robi berpendapat tim pemenangan Anies-Sandiaga dan Ahok-Djarot perlu bersepakat saling membagi konten positif untuk meredakan ketegangan di media sosial.
“Mereka kan punya tim medsos. Bisa lah itu yang dibagikan konten positif (pereda polemik),” ujar dia.
(tirtoid/gerpol)