Belajar Kebesaran Hati Dari Paus Johannes Paulus II

586
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Paus Johannes Paulus II

Paus Yohannes Paulus II pernah menyampaikan permintaan maaf pada korban-korban kesalahan Gereja Katolik Roma di masa lalu seperti ilmuwan Galileo Galilei yang dihukum penjara rumah seumur hidup (1633) dan ilmuwan Giordano Bruno yang dibakar hidup-hidup (1600) hanya karena mengatakan bahwa bumi ini mengelilingi matahari, kaum muslim yang terbunuh pada era Perang Salib (1095 – 1272), umat Protestan yang menjadi korban saat Perang Agama di Eropa antara Katolik dan Protestan (1562), para wanita yang dibakar hidup2 pada era Inquisisi karena dianggap sebagai penyihir (1484) serta pembiaran saat kaum Yahudi dibantai di Eropa.

Paus Yohanes Paulus II juga mengampuni ekstremis Turki yang pernah menembak dan hampir membunuhnya bahkan memperlakukan sang pembunuh tersebut dengan sangat baik sehingga sang pelaku terharu dan sangat hormat kepadanya. Paus Yohanes Paulus II juga menjadi paus Katolik pertama yang memasuki dan berdoa di masjid. Beliau juga pernah mencium Al-Qur’an di Suriah. Semua ini adalah bukti kerendahan hati, kebesaran jiwa, kemuliaan ahlak serta kedewasaan dan kematangan spiritual beliau.

Paus yang menjabat saat ini yaitu Paus Fransiskus juga pernah membasuh dan mencium kaki 12 narapidana di Lapas Paliano, Roma, termasuk pada narapidana muslim. Paus Fransiskus juga membenarkan teori evolusi dan mengatakan bahwa tidak ada kontradiksi antara percaya kepada Tuhan dengan menerima teori-teori ilmiah. Beliau berkata bahwa “Evolusi itu nyata. Evolusi di alam tidak bertentangan dengan gagasan penciptaan.” Paus Fransiskus juga pernah berkata “Tuhan bukan beragama Katolik. Tuhan adalah universal, dan kita adalah umat Katolik karena cara kita memuja Dia.”

Saat terjadi peristiwa pembunuhan dan penggorokan leher seorang pastor berusia 86 tahun bernama Jacques Hamel yang tengah memimpin misa di Gereja pada 26 Juli 2016 oleh seorang simpatisan ISIS, Paus Fransiskus justru membela Islam dengan mengatakan bahwa Islam tidak bisa disamakan dengan terorisme.

Namun di saat bersamaan kita justru mendengar fatwa konyol, agak primitif bahkan barbar dari para ulama Wahabi garis keras seperti Syekh Yasir al-Ajlawni, seorang ulama Yordania yang memfatwakan bahwa pemberontak Suriah boleh memperkosa perempuan non muslim. Hal inilah yang membuat ISIS gemar memperkosa para wanita non muslim yang menjadi tahanan perang.

Shaykh Khalid Ghanayim, ketua Dewan Fatwa Islam Yerusalem juga mengeluarkan fatwa “Barangsiapa menghina Allah, Nabi, Al Quran dan Islam, baik sengaja ataupun tidak, maka wajib hukumnya untuk dibunuh.” Syaikh Ahmad Syakir, ulama terkemuka dari Mesir juga pernah berfatwa, “Barangsiapa yang mendapati orang Inggris, maka hendaklah dia membunuhnya.” (meski fatwa ini dikeluarkan saat Mesir dijajah Inggris)

Syekh Abdullah al-Mani, anggota dewan ulama senior Arab Saudi, pernah mengeluarkan fatwa bahwa makanan yang dibuat oleh pekerja non muslim haram dimakan oleh orang Islam. Mufti agung Arab Saudi Syekh Abdul Aziz al-Syekh pernah menyampaikan fatwa larangan bagi umat Islam untuk melakukan kontak dan kerja sama dengan media asing. Muhammad Al Munajid, seorang ulama besar yang sempat menjadi duta besar Arab Saudi untuk Amerika juga pernah mengatakan bahwa tikus adalah prajurit setan maka harus dibunuh.

Ulama Saudi Muhammad al-Arifi juga pernah mengeluarkan fatwa bahwa anak kecil dilarang menonton televisi dan anak perempuan tidak boleh duduk berdua dengan sang ayah sebab takut sang ayah akan menggoda buah hatinya. Seorang ulama Arab Saudi terkenal lainnya yang bernama Abdul Rahman bin Nassir al-Barrak juga mengeluarkan fatwa bahwa pemilihan umum adalah haram. Zakir Naik dan ustadz Khalid Basalamah juga pernah berfatwa bahwa diperbolehkan menggauli atau melakukan hubungan seks dengan budak perempuan dan hukum ini masih berlaku hingga sekarang.

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, ketua komisi fatwa Kerajaan Arab Saudi juga pernah mengeluarkan fatwa bahwa bumi ini datar meski ada banyak bukti empiris berupa foto-foto satelit dari NASA yang menunjukkan bahwa bumi ini bulat. Mufti besar dari Arab Saudi ini mengeluarkan fatwa resmi bahwa bumi ini datar seperti piring dan matahari mengelilingi bumi. Menurutnya segala gambar di televisi dan media adalah konspirasi barat untuk menipu umat Islam.

Di Indonesia kita juga mengenal beberapa fatwa MUI yang cukup kontroversial seperti haram melakukan golput, haram mengucapkan selamat hari raya kepada umat agama lain, haram memakai atribut agama lain, haram melakukan olahraga yoga, haram berfoto selfie bagi wanita bersuami, haram menonton acara infotainment, fatwa haram BPJS, haram wanita ngangkang saat naik sepeda motor (MUI Aceh), polisi tidur adalah haram (MUI Samarinda) dan sebagainya.

Di Indonesia juga pernah muncul fatwa haram mengutuk dan menghujat ISIS (teroris yang gemar perkosa dan penggal kepala ribuan orang) yang dikeluarkan oleh Imam Besar FPI Dr. Muhammad Rizieq bin Hussein Syihab, Lc.MA.DPMSS. Oknum yang mengaku ulama keturunan Nabi ini juga pernah berfatwa “Bunuh Ahok, bunuh pendeta, kepung istana, presiden PKI, presiden guoblooog, pancasila letaknya di pantat” dan lain-lain. (meski belakangan orang ini lari terbirit-birit ke luar negeri karena terjerat kasus pornografi).

Saya menulis ini bukan untuk mengatakan bahwa Paus adalah orang suci dan bebas dari kesalahan sedangkan para ulama Wahabi garis keras adalah bodoh dan tertinggal. Saya hanya menunjukkan bahwa “Teori 400 tahun” saya bukanlah mengada-ada dan tanpa bukti. 1000 tahun yang lalu (atau tepatnya tahun 1096) juga ada seorang Paus yaitu Paus Urbanus II yang melakukan provokasi besar-besaran yang mengakibatkan terjadinya Perang Salib pertama dimana ribuan wanita dan anak-anak muslim Yerusalem dibantai tanpa ampun hanya karena beda agama.

Secara kronologis memang Katolik berusia 700 tahun lebih tua jadi wajar jika umat muslim (terutama yang menganut sekte Wahabi radikal) masih butuh waktu 400 tahun lagi untuk menjadi lebih cerdas dan dewasa dalam sikap keagamaannya. “Teori 400 tahun” saya ini mungkin juga didukung dan disetujui oleh Prof. Dr. Buya Syafi’i Ma’arif karena tercermin dalam tulisan satire beliau di koran Tempo edisi 2 Desember 2016 yang mengatakan “Penjarakan Ahok selama 400 tahun.”

Ayo share tulisan ini sebanyak-banyaknya agar waktu 400 tahun tadi bisa kita percepat setidaknya jadi 100 tahun saja. Harap dipahami bahwa para ulama NU (apalagi para kyai sepuh dan kyai khos yang tawadlu, toleran, bijak, waskita, linuwih dan sakti mandraguna) tidak termasuk golongan yang saya sebut di atas. Sikap para kyai NU malah lebih mirip sikap toleransinya Paus Yohannes Paulus II dan Paus Fransiskus.

Salam Waras,
Beda pendapat boleh, goblok jangan…….

Fb Muhammad Zazuli

(gerpol)