Seorang perempuan Muslim di Amerika Serikat, Linda Sarsour, menggagas penggalangan dana untuk membantu biaya perbaikan pemakaman Yahudi yang mengalami serangan vandalisme di St. Louis, Missouri. Sekitar 170 nisan di pemakaman berusia satu abad, Chesed Shel Emeth Society, tersebut porak poranda dirusak sepanjang akhir pekan lalu.
Linda merupakan pegiat politik progresif sekaligus direktur pendiri Celebrate Mercy, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang mengajari masyarakat tentang ajaran Muhammad SAW.
Pada Selasa malam, Sarsour mengumumkan di akun Twitter pribadinya @lsarsour bahwa ia sedang menggalang dana “sebagai solidaritas dengan saudara-saudara Yahudi kita.”
Baca Juga:
- Bikin Nangis ini Jasa Ahok di Makam Mbah Priuk
- Saksi Youtube vs Saksi Asli di Sidang Ahok
- Terungkap! Semua Jawaban Saksi Pelapor di Sidang Ahok Sudah Diarahkan
- Pengacara Muslim: Ada “Grand-Design Politik” di Balik Persidangan Ahok
Hingga kabar ini diunggah pada Kamis (23/2/2017), dana yang terkumpul sudah mencapai 87.445 dolar AS dari 3.124 penyumbang. Sementara dana yang dibutuhkan kurang lebih 20.000 dolar AS
“Kami telah mengumpulkan 80.000 dolar AS dalam 24 jam pertama! Itu empat kali dari yang dibutuhkan–meningkatkan 1.000 dolar AS setiap 20 menit. Kami juga berterima kasih kepada semua media meliput berita ini,” demikian keterangan di laman situs launchgood.
Penggalangan dana itu digulirkan di tengah sejumlah serangan dan ancaman yang diterima lembaga-lembaga Yahudi. Pusat-pusat kegiatan masyarakat Yahudi di seluruh Amerika Serikat telah melaporkan soal peningkatan ancaman bom, yang semuanya ternyata ancaman bohong.
Sehari lalu salah satu kelompok terkemuka penyokong Yahudi, Anti-Defamation League, mengatakan kantor pusat nasionalnya di New York menerima ancaman bom namun tak lama kemudian menyatakan sudah aman.
Beberapa kelompok Yahudi menggambarkan aksi vandalisme dan ancaman itu sebagai bukti baru bahwa kelompok-kelompok antisemitisme telah semakin berani dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS.
Kampanye Trump tahun lalu menarik dukungan dari kalangan nasionalis kulit putih dan kelompok-kelompok sayap kanan kendati ia menyangkalnya.
(tirto/gerol)