Belajar dari politik zig-zag Gus Dur dari zaman Orde Baru sampai membela Ahok.
Gus Dur dulu zig-zag demi membela Islam yg rahmatan lil alamin. Pertama, sewaktu Islam Kanan makin menguat lewat ICMI, Gus Dur memilih tdk ikut ICMI. Gus Dur memilih menjaga suara Islam tradisional dari cengkraman birokrasi yg tiba2 berbalik arah mendukung Islam lewat ICMI. ICMI menjadi kendaraan Islam Kanan saat itu.
Eforia kebangkitan Islam lewat ICMI menurut bacaan Gus Dur hanya akan menyemai bibit2 radikalisme. Gus Dur ternyata benar. Begitu Soeharto dan kemudian Habibie juga tumbang, maka ICMI kehilangan magnetnya. Sekarang ICMI menjadi ormas biasa-biasa saja, padahal dulunya sangat dielu-elukan.
Kedua, ketika PDI dilemahkan oleh Soeharto, maka suara nasionalis diprediksi akan masuk ke PPP, padahal Gus Dur tahu persis saat itu bahwa Islam Kanan banyak mengerubung di PPP sebagai satu-satunya partai Islam. Muncul istilah Mega Bintang menjelang Pemilu 1997.
Baca:
-
Melihat Fenomena Pilkada Jakarta, Kata LIPI: Negara Tak Boleh Beri Ruang pada Kelompok Radikal
- Kelompok Radikal Pendukung Anies Menjadi Ancaman bagi Warga NU
Tiba-tiba Gus Dur membuat manuver dg menggandeng Mbak Tutut kemana-mana termasuk ke Pesantren NU. Semua heboh. Bgm mungkin Gus Dur yg lewat Forum Demokrasi sangat kritis thd Pak Harto, sekarang malah lompat ke Golkar? Buat Gus Dur inilah cara mempertahankan suara Islam tradisional agar tdk semuanya meluber ke PPP. Ke PDI pilihannya tdk strategis saat itu karena Mega tengah dihabisi, maka perlu didorong penguatan Islam rahmatan lil alamin di Golkar. Gus Dur dikritik habis saat itu. Tapi itu semua dilakukan demi menjaga agar suara Islam kanan tdk mendapat legitimasi formil dari Pemilu 1997.
Ketiga, Gus Dur membuat apel kebangsaan di istora senayan. Ini show of force NU. Gus Dur mengatakan dia telah menulis surat kpd Pak Harto memperingatkan bahwa kemenangan FIS di Aljazair akan mengilhami Islam Kanan utk meng-aljazair-kan Indonesia. Semua heboh dg pernyataan Gus Dur. Menteri Agama tanya ke Pak Harto dan dijawab belum ada surat Gus Dur itu. Tapi semua sdh heboh dan Gus Dur melakukan apel kebangsaan dg ratusan ribu warga NU seolah hendak menunjukkan inilah wajah Islam damai dan rahmatan lil alamin yg akan menjaga Islam dan Pancasila, dg jumlah massa yg konkrit dan signifikan, tdk seperti Islam Kanan. Pak Harto dan ICMI serta ABRI Hijau dibuat tersudut dg langkah brilian Gus Dur saat itu.
Nah, sekarang representasi Islam Kanan muncul dibelakang Anies Baswedan –anak kandung ICMI. Anda lihat mrk yg dulu bersimpati dg ICMI spt PKS dan Prabowo ada dibelakang Anies dalam Pilkada DKI. Anda lihat mereka mengerahkan massa berkali2 dlm aksi bela Islam. Anda lihat bagaimana Rizieq Shihab FPI dan Khattat FUI yg tadinya marjinal tiba-tiba berada di tengah kekuatan umat.
Maka pertanyaannya: apa anda akan biarkan Islam Kanan menguat dan menguasai ibukota negara?
Sekarang anda mengerti kan kenapa Gus Dur sejak di Bangka Belitung malah mendukung Ahok? Ini bukan soal Ahoknya, sama dengan dukungan Gus Dur ke Mbak Tutut, ini bukan soal Mbak Tutut: ini soal mencegah Islam Kanan tampil menguasai Indonesia. Islam yang rahmatan lil alamin sbg ciri dan karakter Indonesia harua dijaga dan dipertahankan. Ini yang harus dibela NU saat ini. Pilkada DKI adalah pertaruhan apakah Islam Kanan mendapat legitimasi formil atau tidak. Ayo kita jaga bersama Islam rahmatan lil alamin dan NKRI!
Slamet, Pecinta Gus Dur
(gerpol)