Catatan untuk “Pidato Kebangsatan” Anies Baswedan: Soal Kemiskinan, Kebhinnekaan dan Kemerdekaan

1000645
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Anies Al Munafikun

Dalam pidato tadi malam, dari sebuah hotel yang ekstrem mewah, Anies bicara soal kemiskinan yang–menurut dia–ekstrem di Jakarta, meskipun menurut data BPS, kemiskinan di Jakarta terendah se-Indonesia dan terus menurun.

Meskipun yang miskin di Jakarta, anak-anaknya dapat KJP, kalau mau kuliah dapat KMJU (18 juta setahun), transportasi gratis, KJS dll nya.

Oh Anies mendramatisir kemiskinan dari sebuah hotel mewah.

Ironis! Lirik Iwans Fals pernah menyebutkan ironi seperti ini tentang tema kelaparan yang dibahas sebagai obrolan di meja makan, “obrolan kita di meja makan tentang mereka yang kelaparan”.

Yang lebih parah lagi, Anies mengatakan, kebhinnekaan dan kemerdekaan tak perlu diperjuangkan. (Baca di sini: Dalam Pidato Kebangsatan, Anies Mengatakan Kebhinnekaan dan Kemerdekaan Tak Perlu Diperjuangan)

Kebhinneekaan adalah fakta, kata Anies, ini benar, namun Anies salah saat bilang tidak perlu diperjuangkan.

Namun pernyataan Anies bisa dipahami saat melihat kelakuan pendukungnya, macam FPI dan FUI al-Khaththath alias Gatot yang tidak pernah berjuang untuk menerima perbedaan, namun seperti yang dikoar-koarkan Anies, lebih memilih persatuan.

Tiba-tiba slogan ini menjadi akrab terdengar dan identik dengan klem Soeharto dan Orde Baru, persatuan yang dipaksa alias penyeragaman. Iya, bagi Anies dan Pendukungnya, khususnya FPI, PKS dan FUI, penyeragam dalam syariah, NKRI Bersyariah yang dimulai dari Jakarta Bersyariah.

Persatuan yang dimaksud Pancasila bukanlah penyeragaman, apalagi penyeragaman berdasarkan satu agama saja seperti yang dicita-citakan para pendukung Anies.

Persatuan Indonesian adalah persatuan dalam penerimaan keragaman, persatuan dalam filosofi: bhinneka tunggal ika, bersatu yang menerima perbedaan. Negara Republik Indonesia berbentuk Kesatuan yang tercipta dari keragaman teritori, pulau, propinsi, wilayah, sekaligus keragaman suku, budaya dan segala hal kekayaan yang terkadung dalam setiap jengkal tanah dan laut Indonesia. Dan tidak bisa diseragamkan dengan NKRI Bersyariah.

Makanya, perjuangan itu meliputi menerima dan menegaskan atas perbedaan-perbedaan serta tekad untuk bersatu.

Pantas saja Anies Baswedan meremehkan memperjuangkan kebhinnekaan karena Anies didukung oleh kelompok-kelompok yang mau melakukan penyeragaman atas nama agama dan syariah.

Kata Anies juga kemerdekaan adalah fakta makanya tidak perlu diperjuangkan. Semoga Kakek Anies, AR Baswedan pejuang kemerdekaan Indonesia tidak menangis di kuburnya mendengar pidato jumawa cucunya dari sebuah hotel mewah.
Jelas-jelas sekali kemerdekaan Indonesia adalah hasil dari perjuangan rakyat Indonesia sebagaimama kesaksian para penyusun dalam Pembukaan UUD ’45:

“Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”

Kemerdekaan sering dipahami dalam dua hal. Kemerdekaan “dari” dan kemerdekaan “untuk”. Kemerdekaan dari penjajahan dan perbudakan adalah hak semua manusia dan bangsa, namun sejarah membuktikan, ini melalui proses perjuangan yang tidak sederhana, perjuangan sepanjang sejarah manusia, melalui perang yang mengucurkan darah dan air mata. Apakah Anies sebagai mantan menteri pendidikan sudah lupa sejarah ini?

Kemedekaan “untuk” adalah kemerdekaan untuk mewujudkan ide, tindakan dan cita-cita yang positif. Masing-masing warga Negara Indonesia berjuang dalam kemerdekaan mereka untuk mewujudkan setiap cita-citanya.

Demikian pula Pemerintah Indonesia yang telah punya kemerdekaan (setelah berjuang merdeka dari penjajahan) dalam arti merdeka untuk mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur adalah perjuangan sepanjang hayat.

Jadi Anies, kemerdekaan itu butuh perjuangan, sekaligus pengorbanan, baik merdeka dari… dan merdeka untuk…

Saya makin tak paham apa yang diinginkan oleh Anies ini, bicara kemiskinan dari hotel supermewah, bicara kebhinnekaan dan kemerdekaan yang tak perlu diperjuangkan lagi.

Sepertinya Anies hanya mau bermain kata-kata, tanpa ide yang jelas dan malah menyesakan.

Anies ingin bermanis-manis kata, sambil menjilat-jilat bibirnya, jangan-jangan saat dia menjulurkan lidah dan menjilati bibirnya, lidahnya sudah bercabang?

Anjasmara

(gerpol)