Jumat, 20 Januari 2017, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali menampakkan keprihatinannya di media sosial. Ini bukan kali pertamanya, tapi sudah ribuan kali sikap lebay semacam itu dipertontonkan.
Melalui akun twitternya @SBYudhoyono, ia menulis: “Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi begini. Juru fitnah dan penyebar “hoax” berkuasa & merajalela. Kapan rakyat & yang lemah menang?” twittnya dengan *SBY* sebagai tanda bahwa itu twit pribadinya.
(baca: Ini Dia, Daftar Koruptor Demokrat, Parpol AHY)
Akibat keprihatinan yang ditunjukkan itu, tak salah kemudian jika si Pepo (SBY) mendapat julukan sebagai “Bapak Prihatin”. Ini bukan mengada-ada lho. Sudah berapa kali bisa kita lihat bagaimana SBY mempertontokan sikap lebaynya itu di hadapan nitizen.
(baca: Ya Allah Tuhan YME Ini 5 Proyek Hoax SBY, Pepo AHY)
Tidakkah kita ingat bagaimana sikap yang SBY tunjukkan ketika mendengar bahwa di Oxford, Inggris, ada kantor perwakilan untuk Papua? Melalui juru bicaranya, saat di mana SBY masih menjabat sebagai Kepala Negara, ia hanya bisa memberi respon, “Saya prihatin.” Walah, pemimpin macam apa ini?
Pun demikian ketika SBY merespon soal Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Prihatin, prihatin, hanya kata itu yang bisa ia ucapkan. Selebihnya tak ada. Maka wajar kiranya jika SBY mendapat anugerah berupa penghargaan sebagai pemimpin yang menembus rekor 1000 dalam hal mengucapkan kata “prihatin”.
(baca: Ternyata Rizieq “Baper” dan “Briziq” Seperti SBY)
Ya, kalau Soekarno adalah Bapak Proklamator Indonesia; Soeharto Bapak Pembangunan Indonesia, BJ. Habibie Bapak Teknologi Indonesia; maka SBY adalah Bapak Prihatin Indonesia. Sebuah julukan yang pas bagi si Pepo, bukan?
Melihat hal ini, sebagai nitizen, saya hanya bisa berkata: lebay lu, Pep! Curhat kok di twitter? Sama Tuhan lagi. Memangnya Tuhan follow akun Pepo?
Salam dari belantara Jakarta Pep!
Anissa Lohan