Dari Gatot ke Al-Khaththath, Akhirnya Khilafah Gagal Total

1000798
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Al Gatot Gagal Total

Nama Al Khaththath tiba tiba mencuat, pasca penangkapannya di sebuah hotel di Jakarta, sebelum aksi 313. Ironis, massanya tidur di teras masjid atau lapangan, samg pemimpin justru tidur di hotel mewah, milik orang kafir pula.

Mungkin ada yang belum tahu siapa nama asli Muhammad Al Khaththath (Sekjen FUI) sekarang. Nama aslinya adalah Gatot. Dulu ia adalah Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) namun ia dikeluarkan karena kasus keuangan dan administrasi yang terkait dengan FUI.

Ada sebuah tulisn menarik yang dimuat di Majalah Risalah edisi 25/IV/ 1432 H / 2011. Berikut isinya :

Dari Gatot menjadi Khaththath akhirnya Khilafah Gagal Total…

Ide Khilafah kini mulai marak diperbincangkan pasalnya banyak gerakan ini mulai mengemuka di masyarakat dan telah memakan korban khususnya kalangan yang banyak berubah setelah mendapat doktrin. Berkaitan dengan itu seorang Mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi di Bogor sebut saja Gatot namanya yang kemudian diganti Al Khattat pulang kampung dan sebagaimana biasa layaknya pemuda, ketika lekas Sholat maghrib terjadi mereka pada ngobrol di serambi Masjid.

Kali ini Gatot mulai agak berubah dalam berpakaian Celana Cingkrang berpakaian seperti Takur dalam Adegan Film India. Perubahan tampilan luaran juga ternyata selaras dengan perubahan cara berpikir khususnya tentang paham keagamaan. Gatot alias Al Khattat memulai pembicaraan yang mengagetkan temen-temen sekampung dan cendrung mencoba untuk mendoktrin kepada temen sekampungnya. Gatot berkata Kamu sadar engga bahwa kamu semua ini yang menerima Pancasila dasar Negara adalah Taghut, karena menolak Al-Quran dan Hadist dan memilih hokum buatan manusia yakni Pancasila karena Barang Siapa yang menolak hokum Allah, maka Kafir, Zalim atau fasiq”.

Temen-temen yang mendengar pernyataan Gatot alias Khattat itu terbengong ada yang kaget ada yang geleng-geleng ,lalu salah satu temen diskusi itu menanggapi Jadi kita ini kafir .??

Dengan lantang Gatot menjawab “Ya, Anda semua ini kafir karena mendukung taghut ( Pancasila & UUD 1945 ) dan tak mau berjuang mendirikan Khilafah Islamiyah, selama Anda semua tidak ada perjuangan itu , maka kalian semua itu kafir Zalim atau fasiq.”

Kemudian salah satu dari pemuda itu sebut saja Kholis, ia jebolan Pesantren mulai angkat bicara, Kholis berkata begini Mas Gatot Saya hafal dengan ayat yang kamu maksud dan Anda perlu hati-hati memahami dan melaksanakan ayat ini, sebab sangat berbahaya dan bisa menyulut kekerasan. Dalam sejarah ayat ini pernah di gunakan oleh mereka yang memberontak kepada Khalifah Usman RA, dengan mengatasnamakan hukum Allah. Mereka membunuh Khalifah Usman secara kejam dengan dalih Usman telah kafir karena oleh pemberontak dianggap tidak melaksanakan hukum Allah oleh itu halal darahnya. Apa yang diwacanakan kemudian di realisasikan dengan membunuh Khalifah Usman Sahabat Nabi yang berjasa besar dalam mengembangkan Islam. Begitu juga kaum Khawarij yang membunuh Sayyidina Ali, Sepupu sekaligus menantu Nabi serta pejuang Islam terkemuka yg di juluki pintunya Ilmu dan termasuk Sahabat yg di jamin masuk surga dikatakan kafir dengan ayat itu oleh kaum Khawarij Paparan Kholis menanggapi pernyataan Gatot alias Khattat.
Khalis melanjutkan Paparannya Perlu diketahui tentang ayat ini telah membuat perdebatan antara Ali dan kaum Khawarij , ketika itu kaum khawarij di hadapan Ali mengatakan Wahai Ali berhukumlah dengan hukum Allah , tiada hukum kecuali dengan hukum Allah ..??”

Kemudian Ali Menjawab “ hua kalimatul haq wauriduha bil bathil” ( itu kalimat benar tetapi maksudnya adalah kebatilan ).

Mendengar cerita itu salah satu dari pemuda itu bertanya wahh menarik jawaban Sayyida Ali itu, tapi apa maknyanya…?? Kholis mencoba menjelaskan Apa yang di sampaikan Sayyidina Ali ini ada korelasi dengan perkembangan sejarah Islam khususnya dalam dunia Politik, dimana Ayat ini sering dipakai oleh para Politisi untuk Jualan dan di politisir untuk kepentingan politiknya.

Mendengar jawabn ini Gatot alias Khattat bereaksi dengan suara meninggi, “Kalian memang tidak mau Syariah dijalankan, Kalian semua memang pendukung Taghut dan tentu saja kalian ini Kafir.”

Kholis dengan tenang menanggapi ” Mas Gatot kita Diskusi engga usah panas, Perlu Anda ketahui ayat yang Anda maksud itu harus di pahami secara benar, dan memahami yang benar adalah tidak hanya bunyi teks tetapi dengan asbabun Nuzul, dimana kalau ayat tersebut di pahami, Maka ayat tersebut sejatinya bukan di tunjukan ke umat Islam.Karena ayat tersebut diturunkan atas kejadian sebagian orang Yahudi yang ingin melakukan tahkim kepada Nabi terhadap persoalan zina dan mereka menyembunyikan hukum zina yang tertulis dalam Taurat, kemudian turun ayat tersebut . Dengan demikian ayat tersebut adalah di tunjukan untuk ahli kitab ketika mereka mengingkari apa yang tertulis dalam kitab Taurat & Injil dan tidak ada kiatanya dengan kaum muslimin. Asbabun nuzul menjadi sangat penting agar kita benar-benar dapat menerapkan Wahyu itu secara tepat, sebab jika mengabaikan asbabun nuzul, kemudian mengambil ayat sepotong-sepotong akan sangat berbahaya dan dapat menjerumuskan, karena lari dari tujuan wahyu, demikian penjelasan Kholis panjang lebar.

Kemudian Gatot alias Khattat menanggapi ” lohh Ustadz Saya dalam usrah -usrah tidak menjelaskan asbabun nuzul ayat tersebut “.

Khalis menjawab “itu karena Ustadz anda Politisi bukan Kyai yang tulus ikhlas mengajarkan Wahyu, tetapi mereka ingin mempolitisir wahyu demi ambisi Politiknya atau juga Ustadz Anda dalam Usrah-usrah itu agen gerakan asing yang ingin memecah belah umat Islam dan negara kita. Kemudian Gatot alias Khattat masih penasaran lalu bagaimana kita ini di negara yang bukan Islam bukankah kita jadi Kafir…??

Khalis menjawab “Tidak, sekarang perlu Anda ketahui dalam Islam ada tiga pilar. Pertama rukun Iman kedua rukun Islam dan ketiga Ihsan . Nah Apakah negara kita Pancasila ini melarang kita menyakini rukun Iman ..??”

Semua menjawab “tidakkk..”

“Saya tanya lagi ‘ Apakah negara kita dengan Pancasilanya melarang melaksanakan rukun Islam….??”

Semua menjawab “tidakkkk..”

“Nah jelaskan.Yang menentukan kita Islam dan tidak ,itu bukan negara melainkan diri kita sendiri begitu pula yang menentukan Surga dan Neraka juga kita sendiribukan Negara. Jika ada orang tinggal di negara Islam seperti di Arab Saudi yang dasar negaranya Al Qur’an dan Hadist, tetapi jika salah satu penduduknya kelakuanya memeras TKI , menyiksa dan mendzolimi , memperkosa dan minum-minuman arak jelas masuk Neraka.Meskipun kita orang Indonesia dengan dasar negara Pancasila tetapi beriman dan bertaqwa maka merekalah yang layak masuk Surga. ”

Akhirnya diskusi berakhir setelah masuk waktu Isya.

Disadur dari Majalah Risalah edisi 25/IV/ 1432 H / 2011