Sebuah akun @takviri di twitter menulis status “Kamis lalu FPI demo Polda Jabar, hari ini FPI demo mabes Polri, Bsk mgkn demo sidans Ahok, Jadwal demo padat sekali Tau dong pekerjaan mereka”
Akun ini menyindir FPI yang tidak pernah sepi dari “orderan” demo yang sudah menjadi mata pencaharian FPI dan Rizieq. (Ulama dan Santri Jawa Timur Menyerukan Pembubaran FPI)
Hari Senin biasanya seluruh masyarakat akan sibuk dan pusing dengan masalah pekerjaan mereka, sementara FPI juga sibuk dengan “pekerjaan” mereka yaitu demo dan aksi. (Rizieq Shihab Menyatakan Perang terhadap Polisi dan GMBI)
Apabila masyarakat yang lain, yang kerja mengawali dengan mengisi absen, baik tanda tangan atau menempelkan sidik jari, massa FPI memulai “absen” dengan membaiat Rizieq Shihab sebagai Imam Besar Umat Islam di Masjid Al-Azhar, Kebayoran, Jakarta Selatan.
(Baiat Abal-Abal Rizieq Shihab sebagai Imam Besar Umat Islam di Masjid Al-Azhar, Kebayoran)
Padahal para orang tua murid yang sekolah di Al-Azhar Kebayoran terganggu dengan aksi dan demo FPI. Mereka juga menolak lokasi itu dijadikan sebagai titik kumpul demo FPI.
baca Orang Tua Murid Sekolah Al-Azhar Kebayoran Tolak FPI
Kaitan aksi-aksi FPI dengan duit dan mata pencaharian sangat tampak dan jelas. GNPF yang tidak sebagai bentukan dari FPI, ketuanya Bachtiar Nasir pernah mengaku memperoleh kucuran dana 100 Milyar.
Munarman, aktivis HAM yang “murtad” dan kini menjadi petinggi FPI tertangkap kamera sedang membagi-bagikan uang pada peserta aksi 411 yang berakhir rusuh.
Jadi, memang benar bahwa demo, aksi dan sweeping FPI adalah bagian dari mata pencaharian mereka. Aksi dan demo FPI bertujuan agar dapur tetap ngebul.
Oleh karena itu, jangan heran kalau massa FPI demo di hari-hari biasa dan hari-hari kerja, Senin, Selasa, Kamis dan khususnya hari Jumat. Karena dari aksi-aksi itu, mereka memperoleh duit. (gerpol)
Baca juga: KH Said Aqil Siradj Ketum PBNU: Rizieq Shihab Bukan Ulama