Disebut Partai Demokrat kini menjadi tempat yang nyaman bagi para koruptor.
Juru bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul enggan menanggapinya.
“EGP. Emang gue pikirin,” kata Ruhut saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/7/2016).
Ruhut menilai orang yang mengatakan hal tersebut tidak pernah merasakan kekuasaan.
Biasanya, kata Ruhut, orang yang sedang berkuasa akan lebih korup dibandingkan kader dari partainya.
“Karena biasanya kalau berkuasa, lebih rampok dari kader partai Demokrat,” ucap Ruhut.
Dia balik menuding justru kader Demokrat dengan latar belakang ormas atau pun memiliki afiliasi dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang justru tersangkut kasus korupsi.
Ruhut menilai mereka kehilangan idealismenya ketika berkuasa.
Sebelumnya, Pengamat politik Para Syndicate, Toto Sugiarto menilai, ditangkapnya anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Demokrat, I Putu Sudiartana oleh KPK memperlihatkan ketidakseriusan Demokrat mendorong terwujudnya politik yang bersih.
Padahal, semestinya partai politik bisa mengontrol tindak tanduk politisi di dalamnya.
“Parpol di Indonesia belum menjadi penjaga bagi praktik politik yang bersih dari korupsi,” ujar Toto saat dihubungi, Minggu (3/7/2016).
Oleh karena itu, menurut Toto, Demokrat seharusnya turut bertanggung jawab. Demokrat tidak hanya memecat dan membiarkan anggotanya itu bertanggung jawab sendirian seolah hal itu menjadi urusan pribadi Putu Sudiartana.
“Partai Demokrat tidak bisa terus-terusan ‘cuci tangan’ setiap kadernya tertangkap. Demokrat harus evaluasi diri terhadap kenyataan partainya menjadi sarang para koruptor,” kata Toto.
Toto mengatakan, tertangkapnya Putu Sudiartana membuktikan bahwa Demokrat selama ini belum melakukan bersih-bersih.
“Partai Demokrat tetap menjadi tempat yang nyaman bagi para koruptor,” kata dia.(Lutfy Mairizal Putra)
sumber : tribunnews.com