Denny Siregar Menulis Permainan Eep Terkait SARA di Anies-Sandi

1866
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Sandiaga, Anies dan Eep. Sandiaga bete liat Eep

Sengaja saya tulis surat terbuka ini untuk kang Eep Saifullah..

Kang, saya memang tidak nonton ILC malam ini yang berjudul “Merajut Jakarta Kembali”. Tapi saya dapat beberapa poin melalui ulasan dan tayangan di youtube.

Di acara itu ada Buya Syafii Maarif yang mengingatkan kepada pasangan Anies Sandi, “Anies Sandi harus menjaga jarak dengan kelompok radikal. ISIS itu sudah masuk kesini..”

Dan kang Eep menjawab, “Dengan segala hormat kepada orang tua saya, guru saya, Pak Syafii Maarif… Rekonsiliasi harus dilakukan secara tuntas. Saya ingin katakan gubernur Jakarta harus bekerja dan berfikir dengan cara baru, dia harus menjadi Nelson Mandela yang setelah 27 tahun dipenjara menjadi Presiden di Afrika Selatan dia tidak membawa dendam ke kursi kekuasaannya.

Yang dia bawa adalah cinta kasih bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh keadilan. Dan dengan itu dia bangun rekonsiliasi Afrika Selatan.”

Disini saya terhenyak dengan pernyataan Kang Eep yang menyamakan Anies Sandi dengan Nelson Mandela.

Maaf, kang Eep, apa itu tidak salah ??

Nelson Mandela adalah pejuang para kulit hitam di Afrika Selatan supaya mendapat hak yang sama dengan kulit putih disana. Dan sesudah 27 tahun di penjara, ia kemudian memimpin Afrika Selatan dan berkata ,”Jangan ada dendam..” Mandela mengajak warga kulit hitam dan putih saling memaafkan untuk tujuan lebih baik, yaitu membangun Afrika Selatan.

Bagaimana bisa disamakan dengan apa yang terjadi pada Anies Sandi ? Itu sungguh tidak equil to equil, bahasa bumi datarnya.

Kang Eep yang pasti jauh lebih pintar dan lebih kaya dari saya, ternyata jauh lebih naif dari saya. Kang Eep menganggap ormas radikal yang ada di belakang Anies Sandi itu – yang akang manfaatkan untuk mendapatkan suara itu – adalah mereka yang bisa diajak untuk bicara kesatuan negara seperti apa yang diharapkan Nelson Mandela ?

Tidak, kang. Coba pelajari lagi apa agenda mereka. Khilafah. Membentuk negara berdasarkan syariat Islam. Sudah paham bedanya dengan Nelson Mandela ?

Kalau Nelson Mandela berbicara persatuan untuk membesarkan negara, sedangkan Anies Sandi ditunggangi mereka untuk mencapai tujuannya mendirikan khilafah, yang jauh dari negara kesatuan yang dicanangkan oleh para pahlawan kita.

Saya tidak bicara tentang warga Jakarta disini, tetapi ormas. Jangan terlalu naif, coba bicara dengan mereka dan baca agenda mereka.

Kang Eep mungkin hanya melihat dari segi market – sebagai marketing Anies Sandi – dalam pemanfaatan masjid sebagai mobilisasi. Tapi perhatikan dampaknya ?

Para ormas radikal itu seperti mendapat oksigen untuk berkembang. Mereka menunjukkan taring aslinya dengan cara-cara kasar seperti tidak menshalatkan jenazah saudaranya sesama muslim, membaiat pakai golok, mencaci maki saudara sebangsa di mimbar Jumat bahkan mengusirnya dan menetapkan kafir dan munafik kepada saudara muslimnya yang berbeda pandangan politik.

Apa masih belum lihat dampak luasnya dari apa yang akang lakukan ?

Para ormas radikal itu sebenarnya tidak perduli siapa yang menjadi Gubernur. Mereka hanya ingin mendapat ruang dengan menempel pada orang yang mereka anggap layak untuk ditunggangi demi tujuan yang sebenarnya.

Dan Kang Eep menganggap bahwa Anies Sandi sangat mungkin untuk menjinakkan mereka ?

Bagaimana bisa Anies Sandi mengekang mereka ketika pasangan itu terikat secara suara dengan mereka ? Yang terjadi, Anies Sandi takut kehilangan suara mereka ketika tidak membangun kebijakan yang membuat mereka bisa berkembang lebih besar.

Mungkin Kang Eep bicara, “Ah, itu tidak akan terjadi. Mereka bisa kok. Elu aja yang ketakutan..”

Akang sudah mempelajari Suriah yang proses awalnya seperti kita ? Banyak warga Suriah menyambut baik gerakan ormas radikal di tempat2 ibadah dan mungkin memanfaatkannya untuk tujuan politis. Yang terjadi adalah, ormas2 itu semakin mendapat legitimasi untuk berkembang lebih besar.

Mereka kemudian membuat kelompok bernama Free Syirian Army dengan tujuan mendongkel pemerintahan yang sah. Kemudian kelompok FSA ini menyambut ISIS dengan tangan terbuka karena “saudara sesama muslim dan seperjuangan”.

Apa yang terjadi ?

Pucuk2 pimpinan FSA dipenggal oleh ISIS, karena menolak berbaiat dengan mereka. Itulah kenapa disana ada pertarungan segitiga. FSA bertarung dengan ISIS yang sama2 memerangi Bashar Assad.

Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari sini ?

Bahwa mereka itu punya ideologi sendiri dan – jelas – itu bukan Pancasila. Masak masih menutup mata terhadap apa yang terjadi dalam demo2 mereka ? Atau mata Kang Eep sudah terbutakan rupiah dan keharusan untuk menang supaya harganya semakin mahal ??

Kang Eep, Anies dan Sandi seperti memelihara singa sejak kecil. Dan layaknya singa dengan naluri buas dan liar mereka, ada kemungkinan mereka akan menerkam tuannya. Singa bukan binatang ternak, kang…

Inilah yang coba diingatkan oleh Buya Syafii Maarif yang jelas lebih banyak makan asam garam dari kita.

Kang Eep bermain bola api yang panas sekali disini dan tidak sadar bahwa ini bisa membakar badan Kang Eep sendiri. Kang Eep menikmati kemenangan yang dampaknya pundi2 uang akan bertambah. Tapi tidakkah sadar, luka yang sudah terjadi ketika agama dipakai sebagai alat keji dalam demokrasi ?

Para ormas radikal ini merasa mendapat ide bagus dan sukses dari ide pemanfaatan masjid oleh Kang Eep ini. Dan akan mereka ulangi lagi dalam skala lebih besar dibantu oleh politikus ambisius dan mafia ekonomi di negara ini. Gabungan para serigala ini pada saatnya akan saling memakan karena berbeda tujuan dan kepentingan.

Masih naif juga menganggap semua bisa diatur dan akan baik2 saja ?

Anies Sandi nantinya bukan mengandangkan singa buas itu tapi melepasnya ke keramaian. Mereka akan beranak pinak dengan ideologi Khilafahnya dan pada saat nanti sudah terlambat untuk menyadari dan mencegahnya..

Dan pada saat itu tiba, leher saya, leher kang Eep, Anies dan Sandi dan ribuan orang tak berdosa lainnya, terancam terpisah dari tubuhnya karena kita akan dianggap “tidak seiman” dengan mereka..

Terlalu besar pertaruhan ini..

Tapi tidak apa, semua sudah terjadi. Saya sedang menyeruput kopi dan mulai memikirkan sisi baiknya dengan situasi ini.

Akhirnya saya jadi tahu dimana mereka dan bagaimana cara mereka mengembangkan diri. Dengan begitu, saya punya bayangan apa dan bagaimana yang akan mereka lakukan nanti dan mulai mencari solusi..

Itulah satu sisi baik yang bisa saya ambil pelajaran dari situasi ini. Terimakasih..

Kapan-kapan kita ngopi biar saya ceritakan “gambar besarnya”. Jangan sampai nanti Kang Eep menyesal karena keluarganya ada yang mati dipenggal mereka ketika berkuasa, dan mulai teringat saat sekarang ini dengan keluhan, “Ampun, Tuhan.. Saya termasuk bagian dari orang yang memulai situasi ini..”

Dan penyesalan selalu datang terlambat, ketika Kang Eep dicegat mereka dan disembelih lehernya hanya karena mereka suka saja…

Lihat saja nanti 5 atau 10 tahun lagi ketika kita memelihara singa di kamar kita dan berfikir bahwa mereka kucing yang bisa dipeluk-peluk manja..

Ini tulisan untuk merenung bukan dalam rangka membela diri. Selamat menikmati kemenangan Kang Eep.

Nikmatilah selagi masih bisa…

Denny Siregar

www.dennysiregar.com

(gerpol)