Eep Emang Biadab! 3 Tanggapan Netizen untuk Tulisan Eep

3452
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Sandiaga, Anies dan Eep. Sandiaga bete liat Eep

Berikut ini tanggapan 3 Netizen atas tulisan Eep Saefulloh Fatah timses Anies Sandi tentang arahan dia untuk kampanye lewat Masjid : Muslim pilih Muslim yang melanggar adab dan konstitusi. Baik versi asli maupun editan pesan implisatnya sama, politisasi masjid.

Eva Sundari

Faktanya anis terpilih krn agama. Jadi ini bukan soal kreatifitas, tp betapa jahatnya pakai masjid yg suci unt membenci Ahok berdasar SARA. Moralitas ditinggalkan demi kemenangan yi ekploitasi SARA – 5 jam sehari, jum’atan disambung takbir serentak menjelang coblosan. Kreatifitas itu menambah value added/kualitas yg bertambah kalau kezaliman itu merusak karena menyebar kebencian kepada ahok dan pendukungnya bahkan terhadap mayat2 sekalipun.

Contoh kennedy itu mekso, tdk ada retak di rakyat amrik, sorga tdk diseret ke pilkada, yg memaksa pemilih nyoblos scr irasional. Ini nggeser mundur demokrasi yg harusnya fokus service delivery (welfare) ke kesadaran primitif primordial yg tdk mencerdaskan. Rusak deh pendidikan pemilih unt demokrasi moderen sekaligus beradab. Demokrasi kesejahteraan itu unt bangsa dan kemanusiaan, sedangkan Politisasi SARA itu berisi kebencian – mematikan kehidupan.

Airlangga Pribadi

Soal omongan Eep memang benar kaum minoritas perlu perjuangan keras untuk menegakkan civil right termasuk menjadi pemimpin di AS butuh perjuangan panjang.

Namun demikian apakah kita memilih berada pada posisi Martin Luther King Jr yg membela kaum marjinal atau Klux Klux Klan yang membunuh kaum Kulit hitam? Obama atau Donald Trump? Gus Dur atau Habieb Rizieq?

Benar tidak ada jalan yang mudah, namun dimana posisi kita dalam perjuangan itu? Membela atau menolak emansipasi? Menjadikan masjid sebagai sumber keadaban publik atau politik kebencian?

( Airlangga Pribadi, dosen Unair, Ph.D Political Science, Murdoch University, Australia)

Lanny O

Hanya orang naif yg anggap “kemarahan umat” itu natural belaka, tanpa rekayasa sama sekali dan mobilisasi yg terstruktur dan masif. Isu SARA mmg slalu ada dlm politik, tp menghalalkan SARA utk capai tujuan itu hina dina.

Sembako jg dipake kedua pihak, tp eksploitasi media spt MNC network (tv, koran, portal online) menyudutkan sepihak. Maling teriak maling tuh Hari Tanu.

Soal sopan santun, itu soal likulli maqamin maqalun wa likulli maqalin maqamun. Klo ahok ngga baik, nggak bakal ada yg berduyun2 nemui dia di balai kota dan memenuhi dg rangkaian bunga.

Eep mmg biadab, sejarah akan mencatat teutama jk ini jd preseden buruk buat indonesia ke depannya.

(gerpol)