Perbedaan pikiran dan langkah antara curut ISIS dan Ulama besar Nahdlatul Ulama di Pilkada DKI memang sangat nampak.
Eep Saefulloh Fatah timses Anies Sandi menggunakan Masjid untuk berpolitik, terinspirasi partai FIS Aljazair yang dibubarkan karena merusak bangsa. Sedangkan KH Said Aqil Ketum PBNU dengan jelas melarang berpolitik dengan Agama, apalagi sampai memakai Masjid untuk berpolitik.
Baca:
- Eep Terus-terusan Minta Uang pada Sandi, Sandi Jengkel
- Di Mana Integritas Eep Saefulloh Fatah Ketika Ia Menyerukan Politisasi Masjid
- Membongkar Skenario Politisasi Masjid di Indonesia Ala FIS Melalui Anies, PKS dan Eep
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kiai Haji Said Aqil Siradj mengimbau agar rumah-rumah ibadah tidak dijadikan tempat berkampanye. Ia juga meminta agar agama tidak dijadikan alat untuk berpolitik.
“Jangan sekali-kali agama dijadikan alat politik. Kalau berpolitik untuk agama benar. Tapi kalau beragama untuk tujuan politik itu yang masalah. Di tempat-tempat ibadah, masjid, gereja, wihara, kelenteng, seharusnya tidak boleh untuk kampanye dan berbicara tentang politik,” kata Said.
Ia menyampaikan hal itu saat menerima kedatangan pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat ke Kantor PBNU, Senin (10/3/2017).
Said menilai ibadah tidak punya arti jika diisi dengan niat lain, termasuk untuk kegiatan politik.
“Substansi dari ibadahnya nol kalau ibadahnya untuk tujuan politik. Berangkat shalat Jumat niatnya untuk politik. Ibadah yang tujuannya bukan untuk ibadah tapi untuk berpolitik itu zero,” kata Said.
(kompascom/gerpol)