Guru Agama Prabowo yang Memaksa Bikin Tamasya Al-Maidah Dilaporkan ke Bawaslu DKI

501598
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Ustad Sambo, Guru Agama Prabowo

Ketua Panitia Tamasya Al-Maidah ustaz Ansufri ID Sambo dilaporkan ke Bawaslu DKI Jakarta. Pelaporan itu terkait dengan Tamasya AL-Maidah yang digelar pada saat hari pencoblosan Pilgub DKI pada Rabu (19/4) nanti.

Pelaporan itu dilakukan oleh Rustam Ade yang mengaku sebagai Ketua Pemuda Islam kebangsaan. Rustam beralasan laporan itu untuk mendorong agar Bawaslu memastikan Pilgub DKI berlangsung dengan jujur dan adil.

“Mendorong Bawaslu dan instrumen pelaksana pemilu untuk memastikan pemilu berlangsung jurdil dan luber (jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia) dan setiap warga DKI bebas menggunakan hak pilihnya dengan aman,” ujar Rustam.

Dia juga mengaku pelaporan itu sebagai bentuk menolak agama sebagai alat politik. Rustam mengaku telah melaporkan hal itu dan diterima oleh anggota Bawaslu DKI Muhammad Jufri.

“Menolak agama sebagai alat politik, menjaga kebhinnekaan tugas forum pemuda islam kebangsaan,” sambung Rustam.

Baca:

Sementara itu, ustaz Ansufri masih belum merespons terkait pelaporan itu. Ketika dihubungi melalui telepon genggamnya, Ansufri masih mengikuti rapat.

Namun sebelumnya pada Jumat (14/4) lalu, Ansufri menegaskan bila Tamasya Al-Maidah itu bukan suatu bentuk intimidasi. Dia menyebut pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan itu adalah memastikan kelancaran Pilgub DKI dan mencegah terjadinya kecurangan di tempat pemungutan suara (TPS).

“Sekarang kita buktikan, apakah ada intimidasi. Silakan saja dibuktikan di lapangan nanti,” ujar Ansufri.

Dia menyebutkan kegiatan itu nantinya akan dalam bentuk pemantauan di TPS. Dia mengatakan setidaknya akan ada 100 orang yang akan menjaga satu tempat pemungutan suara.

“Target peserta kita berharap setiap TPS ada 100 orang kaum muslimin dan muslimat yang datang melihat. Jadi, Insya Allah sebanyak 1,3 juta akan datang,” kata Ansufri.

“Ya misalnya begini, kita melihat. Kalau misalnya ada apa-apa kita bisa foto-foto. Kita nggak akan langsung 5 meter di TPS. Mungkin 20 meter, mungkin 30 meter. Begitu. Yang penting melihat keadaan, berdoa, berzikir, memohon supaya diberi keamanan,” ucap dia.

“Kita sudah antisipasi, ini sifatnya tertib, aman dan damai tidak boleh ada aksi-aksi lainnya, walau pun ada kecurangan mungkin hanya kita teriakin atau kita foto untuk memberikan bukti yang akurat,” sambung Ansufri.

(detik/gerpol)