Adegan jabat tangan antara Raja Arab Saudi Salman bin Abdulazis al-Saud dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) langsung viral di media sosial.
Tak butuh lama, netizen segera mengait-ngaitkan jabat tangan tersebut dengan pilgub DKI Jakarta putaran kedua.
Baca:
- Pukulan Telak Bagi Yang “Pakai” Islam Untuk Syahwat Politik
- Ahok Salaman dengan Raja Salman, Muncul Meme Ejek Rizieq
- 10 Alasan Saya Menolak Khalifah Anies Menguasai Jakarta
Budayawan Mohamad Sobary mengatakan jabat tangan antara Raja Salman dan Basuki tak hanya merepresentasikan penghargaan sang raja atas keberagaman dan pluralisme di Indonesia. Jabat tangan tersebut juga dapat dimaknai bentuk dukungan terhadap Basuki.
“Pak Ahok (Basuki) direstui oleh beliau (Raja Salman). Maknanya mungkin bisa seperti ini: Ahok, ojo kuatir le. Salam dan barokah untukmu,” ujar Sobary dalam diskusi di Kantor Para Syndicate, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat 3 Maret 2017.
Basuki memang menyambut langsung kedatangan Raja Salman di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu 1 Maret.
Raja Salman sempat menjabat tangan Basuki. Sesaat setelah menjabat tangan Basuki, Raja Salman menyentuh dadanya sendiri sebagai tanda penghargaan. Hal yang sama juga ia lakukan saat berjabatan dengan Menteri Agama Lukman Saifuddin.
Sobari meyakini sosok Basuki tidak asing bagi Raja Salman. Pasalnya, pilkada DKI Jakarta sempat menjadi sorotan dunia internasional setelah diwarnai sejumlah aksi unjuk rasa besar.
Bukan kebetulan
Sebagaimana kunjungan kenegaraan pada umumnya, menurut Sobari, Raja Salman seyogianya telah diberi pengarahan singkat oleh protokoler kerajaan terkait kondisi politik nasional di negara yang akan dikunjungi.
“Jadi, ini bukan kebetulan semata. Salaman itu memainkan simbol pemihakan. Raja Salman juga sekaligus ingin menunjukkan bahwa Arab Saudi itu lebih toleran daripada yang digambarkan selama ini,” tutur Sobary.
Hal senada diungkapkan pengamat etika politik dan komunikasi politik Benny Susetyo. Menurutnya, kunjungan Raja Salman dan jabat tangan dengan Basuki merupakan bentuk penghargaan terhadap kebinekaan dan pluralisme yang dipraktikan di Indonesia.
“Raja seolah mengatakan Islam menghargai perbedaan dan dengan jabat tangan ini, Raja tidak ingin membeda-bedakan. Apalagi, hari ini (Jumat, 3 Maret) juga dia bertemu dengan tokoh lintas agama untuk berdialog,” ujar pria yang akrab disapa Romo Benny itu.
Benny menilai pernyataan Raja Salman seputar Islam damai menunjukkan bahwa pemimpin Arab Saudi itu tidak mengharapkan adanya politisasi terhadap agama.
“Agama sebagai alat justifikasi politik praktis itu gugur. Namun, kembalilah ke pertarungan ide dan gagasan. Kita ingin pilkada rasa keindonesiaan dan tidak melegalkan agama sebagai alat.”
Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti menambahkan, jabat tangan antara Basuki dan Raja Salman bisa dimaknai sebagai salah satu kemenangan petahana dalam pertarungan simbolik di pilgub DKI Jakarta.
“Bisa dimaknai dua. Pertama, ini merupakan kritik kepada mereka yang anti terhadap perbedaan. Kedua, di sisi politik, ini juga menunjukkan Basuki juga diterima baik oleh Raja Salman,” ujarnya.
(metronews/gerpol)