Di balik riuh gemuruh kegiatan yang menebar spanduk “Muktamar Khilafah”, ternyata menyisakan kisah tentang kebohongan publik. Para pengumpul massa menghalalkan segala cara untuk menunjukkan kepada pihak-pihak tertentu bahwa upaya mereka seakan mendapatkan dukungan masyarakat.
Ahad, 26 Mei 2013 lalu, di Gelora 10 Nopember Tambaksari Subaya, ribuan manusia memeriahkan pembukaan Muktamar Khilafah (MK) yang digelar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DPD Jawa Timur. Sebagaimana dilansir di situs berita HTI, acara tersebut diikuti oleh peserta yang berasal dari 31 kota/ Kabupaten se-Jawa Timur.
Baca:
- Kajian Mabes TNI, HTI Mengancam Ideologi Negara Indonesia, Pancasila
- Dianggap Ancam Keutuhan NKRI, Sejumlah Ormas Desak Polisi Hentikan Rencana Konvoi HTI
- HTI Menyulut Api Kebencian di Jantung Republik (Membongkar Makar Ikhwanul Muslimin Bagian-6)
Mereka melaporkan bahwa beragam latar belakang peserta ikut serta dalam acara tersebut, mulai dari ulama, kiai, dosen, pelajar, pengusaha, mubalighah, kelompok pengajian, dan berbagai elemen masyarakat. Beberapa media massa juga ikut memberitakan kemeriahan dari kegiatan tersebut.
Lain daripada itu, ternyata warga NU yang selama ini getol membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), malah kecolongan. Hal ini terjadi di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. 4 bus Muslimat NU dari Kabupaten Nganjuk mengikuti acara di Tambaksari tersebut.
Astagfifullah, kemana orang NU, umatnya dicolong di siang hari tidak tahu. Konon katanya pengajian, ternyata ..
Ternyata, modus yang digunakan adalah pertama, melalui iming-iming gratis kendaraan. Ada pengajian akbar, tanpa menyebutkan pengajian apa, kelompok siapa, asal mau ya gratis kendaraan dan makan. Karena memang orang NU biasa ngaji, ada informasi sedemikian itu ya ikut saja, tanpa melihat siapa mereka.
Kedua, pengurus HTI menugaskan juru masak atau apalah, pokoknya anak buahnya, untuk mencari massa dan diajak pengajian. Kemudian mereka menugaskan istri si-HTI untuk menguatkan lagi. Mungkin biar kelihatan banyak, nyuri jamaah dianggap sah bagi mereka.
Segala cara ditempuh. Dimana-mana selalu begitu…
Ini merupakan hal yang sangat memilukan, bagi warga Nahdliyin. Ini warning bagi pengurus NU utamanya, dan warga NU pada umumnya. NKRI harga mati…!
(nuonline/gerpol)