Intimidasi dari Pendukung Anies terhadap Pendukung Ahok, Sampai Kapan?

999104
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Stop Intimidasi!

Minggu Sore. 26 Maret 2017. Pintu rumah Euis digedor Pak RT dengan keras karena telah menyelenggarakan pengajian yang dianggap mendukung BaDja. Euis juga cerita kalau Pak RT sempat mengancam akan mengumpulkan warga. Euis keberatan karena menurut dia Pak RT gak perlu marah-marah. Kalau memang salah bisa diperingatkan dengan cara baik-baik.

Berikut ini rekaman pembicaraan yang berisi kronologi kejadian: Audio Timses Anies Mengintimidasi dan Melarang Ibu-ibu Fatayat NU Pengajian

Sebut saja Euis, salah satu warga Matraman yang tinggal di Jalan Kayumanis VI kelurahan Kayumanis, Matraman Jakarta Timur. Sebagai seorang aktifis NU di Jakarta Timur, Euis merasa berbagai propaganda yang mengatasnamakan agama, menggelishkan dirinya dan warga sekitar kampungnya. Pasalnya orang-orang kampung di sekitar tempat tinggalnya, juga semakin mengeras keyakinannya dengan propaganda “Anti Gubernur Non Muslim” atau “Tidak disholatkan jika memilih ahok”.

Minggu, 26 Maret 2017, lalu, Euis secara sukarela mengorganisir sebuah pengajian di kampungnya. Dari jumlah warga yang hadir, kira-kira diatas seratus perempuan. Menurut Euis pengajian ini tidak dikhususkan atau secara terang-terangan untuk dukung mendukung Paslon tertentu. Tapi lebih dipakai sebagai forum klarifikasi isu-isu yang berseliweran. Euis yakin bener kalau KH Khoirul Fuad, si penceramah konsisten mengklarifikasi fenomena yang ganjil yang saat ini berseliweran di masyarakat menjelang Pilkada Putaran kedua. KH Fuad, memberikan penjelasan pada warga tentang hukumnya mensholatkan orang meninggal tanpa memandang pilihan politik. Beliau juga menyampaikan bahwa sebaik-baiknya islam adalah da’wah yang mengedepankan akhlaq karimah dan rahmatan lil alamin. KH Fuad juga menekankan ceramahnya pada tidak adanya teks khusus yang melarangan memilih Gubernur non muslim karena yang sedang dipilih bukan imam sholat atau pemimpin agama, tapi pemimpin negara.

Dari cerita Euis diatas, kalau mau jujur konsistensi penceramah tidak melakukan ujaran kebencian kepada salah satu Paslon. Penceramah juga konsisten memberikan pencerahan pada jemaah yang salah memahami ajaran Islam baik terkait dengan memilih pemimpin non muslim atau mensholatkan jenasah. Juga anjuran utuk tidak menebarkan kebencian. Saya rasa tidak ada yang salah dalam pengajian ini. Ekspresi “gedor pintu” pak RT sangat dekat dengan ekspresi kesal dan marah karena dia menganggap pengajian itu untuk mendukung Paslon 2. Saya pribadi belum melihat dimana salahnya Euis. Kalaulah salah apakah ya patut pakai gedor pintu, bukankah seharusnya cukup diperingatkan baik-baik.

Sebagian dari anda mungkin berpikir kalau pengajian itu kedok atau kampanye terselubung. Gak papa sih. Tapi esensinya bukan itu. Esensinya adalah meluruskan ajaran Islam yang ditafsirkan salah oleh sekelompok orang dan dipolitisasi untuk sebuah dukungan politik. Tapi coba pikirkan, konsistensi ruang pengajian untuk melakukan klarifikasi tentang ajaran islam yang salah, itu bagian dari JIHAD. Bukankah yang dilakukan Euis dan didukung oleh KH Fuad adalah bagian meluruskan ajaran Islam. Kalau tidak diklarifikasi bakalan terjadi perpecahan dan orang salah memahami ajaran islam. Kalau kita orang muslim diam, maka itu sama dengan kita sedang membiarkan pemahaman agama yang salah. Lebih jauh lagi membukakan pintu perpecahan atau menanamkan kebencian pada generasi muda terbuka. Cerita Kika Syafii tentang kebencian yang merasuki anak-anak atau cerita kematian Ibu Hindun yang ditolak disholatkan di masjid adalah contoh dampak dari spanduk-spanduk dan juga sikap beragama yang sempit yang dipropagandakan di akar rumput. Ketika diverfikikasi rata-rata pelaku itu mendukung paslon 3.

Memang pada saat debat di Mata Najwa 27 Maret 2017, kita dengar sih Pak Anies mengklarifikasi masalah itu dan dia yakin bener kalau itu bukan kerjaan dia. Tapi, rasanya klarifikasi itu sulit diterima akal, jika aktor-aktor yang mengklaim Ahok melakukan penistaan agama adalah aktor yang sama yang berdiri di belakang pemasangan spanduk “Muslim Wajib Memilih Cagub Muslim”. Udah juga terbukti pengakuan kader-kader PKS di lapangan yang ngotot tentang hal ini. MASIH MENYANGKAL?

Cerita Euis ini bukan hal baru. Saya yakin sekali kawan-kawan baca dan mendengar kok apa yang terjadi di akar rumput. Tugas saya sebagai seorang muslim ya membantu sebisa mungkin meluruskan pandangan keagamaan yang salah. Kayanya di negeri kita ini, isu SARA begitu laku ya. Ini jangan-jangan memang benar Temuan Wahid Foundation yang melakukan survey terhadap 1.520 responden dan menemukan bahwa Pertama, ada 59.9% responden memiliki kelompok yang dibenci, mereka adalah LGBT, komunis, Yahudi, Kristen, Shiah, Wahabi, Buddist, dan China. kedua, 92.2% tidak setuju kelompok yang dibenci ada di pemerintahan. Survey lain yang dilakukan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) yang juga dilakukan tahun 2016, dilakukan pada 1200 responden, menemukan bahwa 62.7% tidak setuju Presiden non Muslim, 45,8% tidak setuju membangun gereja.

Dari data yang ada, saya ingin sampaikan bahwa sangat mungkin propaganda SARA itu bekerja dengan baik karena ada benih-benih kebencian atau ketidaksukaan terhadap non muslim. Lalu ini ketemu dengan kepentingan politik yang ingin mendapatkan hasil cepat, yaitu dengan menggoreng isu ini, maka kita bisa melihat dampakya meluas dan bahkan merasuk benar di relung hati orang-orang yang sudah memiliki keterbatasan pergaulan atau yang memiliki bacaan keislaman yang terbatas.

Berbeda tafsir harusnya gak jadi masalah. Tapi memaksa dan mengancam agar orang lain satu pemahaman, apalagi pakai kekerasan, ini yang berbahaya dalam sistem demokrasi kita. Apalagi kalau sudah mengeluarkan kekuatan masa. Kekerasan tidak boleh dibalas dengan kekerasan. Tidak ada sebuah excuse atas prilaku kekerasan trus dibalas kekerasan. Apakah kita mau mewariskan Siklus Kekerasan untuk anak cucu kita?

(Terima kasih Mbak Rahayu yang sudah menyambungkan cerita Euis. Perjuangan kita belum selesai untuk meluruskan ajaran Islam yang rahmatan lil’alamin. Jangan bosan ya Roadshow #PengajianKebangsaan)

Ruby Khalifah

(gerpol)