ISIS, Sejarah Berdirinya Teroris Minyak Bertopeng Agama

796
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter

Semua perang ini adalah karena minyak, bukan tentang Agama.

Sejarah berdirinya ISIS dimulai dari 2003 saat Saddam Husein tewas dalam serangan Amerika Serikat dan rezimnya jatuh. Jatuhnya Saddam ini juga memukul keras Partai Baath dan loyalis Saddam yang akhirnya terpuruk dan ditahan sebagai penjahat perang, oleh pemerintahan transisi bentukan Amerika Serikat. Partai Baath adalah tempat Saddam Hussein bernaung, elit politik Sunni berkuasa di sebuah negeri yang mayoritas Syiah. Dan dari sentimen inilah ISIS lahir.

Amerika membuat pemerintah transisi yang didomonasi Syiah dan memarjinalkan Sunni. Kondisi vakum kepemimpinan ini menimbulkan kekacauan dan pemberontakan di Iraq,
Abu Musab Al Zarqawi militan dari Yordania pindah dari Afghanistan ke Iraq melalui Iran untuk ikut merebut Baghdad.

Osama Bin Laden juga melihat kesempatan untuk raih kekuasaan di Iraq melalui Al Qaeda mengangkat Zarqawi jadi pemimpin Al Qaeda di Iraq, kemudian lahirlah Al Qaeda Iraq atau AQI yang diperkuat militan Sunni ex loyalis Saddam dari partai Baath merebut Baghdad. AQI mulai melancarkan teror bom bunuh diri untuk meraih massa, melawan pasukan Iraq dan Amerika Serikat.

Ratusan ribu jiwa melayang, baik dari rakyat sipil, AQI maupun tentara.
Zarqawi ingin ambil alih kekuasaan, melancarkan sentimen Sunni Syiah, dan memerangi pemerintah transisi yang didominasi Syiah. Osama mengutuk tindakan brutal Zarqawi ini dan mengecam keras tindakannya, tapi Zarqawi bergeming tak menghiraukan hal tersebut.

Tahun 2006 Zarqawi terbunuh melalui serangan udara Amerika Serikat. Pasukannya tidak menyerah dan bergabung dengan pemberontak lain yang makin masif di Iraq karena sentimen Sunni Syiah yang Zarqawi hembuskan.

Mantan anak buah Zarkawi kemudian bersatu dibawah bendera ISI (Islamic State of Iraq). Pada saat yang sama, rezim Assad dari Suriah justru mentransfer banyak senjata dan dukungan ke Iraq untuk ikut memanfaatkan moment merebut Iraq. Hal ini berlanjut sampai tahun 2009.

Pada saat yang sama, Amerika dan pemimpin Sunni lokal di Iraq justru banyak membuat kebijakan dan kerjasama di bidang politik, ekonomi, sosial dan pasukan perang Al Shahwa yang bertujuan memadamkan pemberontak yang mengganggu pemerintah transisi.

2011, Obama menarik pasukan amerika dari iraq. Bukan karena pemberontakan sudah padam, tapi lebih kepada tekanan Internasional yang memandang Amerika terlalu masuk ke urusan internal Iraq pasca Saddam jatuh.

Pada saat Amerika menarik pasukannya, Perdana Menteri Iraq saat itu, Nouri al Maliki memperkuat milisi dan pasukan Syiah di Iraq untuk memperluas operasi untuk menghancurkan pemberontak Sunni yang saat itu sporadis dan justru makin besar.

Al Shahwa bentukan Amerika Serikat dan Iraq makin menguat, dan bersatu dengan pecahan pemberontak yang lain dan mengangkat Abu Bakar al Baghdadi sebagai pemimpin yang sudah bergerilya sejak 2010 menyatukan para pemberontak melalui jaringan Al Qaeda.

Sebelumnya Abu Bakar al Baghdadi loyalis Saddam yang nantinya jadi pemimpin ISIS, adalah tahanan di Camp Bucca, Iraq bagian selatan yang akhirnya lolos karena pemberontakan.
Tempat dia ditahan oleh Amerika bersama petinggi partai Baath yang juga Loyalis Saddam Husein.

2011 ketika Amerika menarik pasukan dari Iraq, “Arab Spring” sedang menggejolak di jazirah Arab, dan pada saat yang sama Suriah negara tetangga terdekat Iraq sedang panas juga, pemberontakan pada rezim Assad sedang dimulai. Suriah sangat kacau, pemberontakan terjadi di segala penjuru dan pembantaian terjadi dimana-mana.

2012 Assad melepas ekstrimis yang awalnya ditahan di Suriah karena terlibat pemberontakan, dimaksudkan untuk memadamkan pemberontak yang menyerang rezim dia.

2013, AQI yang merupakan perwakilan Al Qaeda di wilayah Iraq dan meluas ke Suriah karena dampak situasi panas revolusi “Arab Spring”. AQI Bersatu dan membentuk ISIS, Al Qaeda menolak pembentukan ISIS. Abu Bakar al Baghdadi bahkan memutuskan hubungan dengan Al Qaeda dan siap berkonfrontasi dengan siapapun yang anti ISIS. Memperluas teritori dan merekrut banyak anggota, menggunakan strategi Khilafah Islamiyah karena dia mengaku keturunan Nabi Muhammad. Hal ini cukup berhasil memperkuat ISIS.

Raqqa di Suriah dan Mosul di Iraq menjadi pusat ISIS, dimana 2 kota tersebut adalah bersebelahan walau beda negara.

2014 Baghdadi mengadakan konferensi pers dan mengumumkan berdirinya negara Islam Iraq dan Sham atau ISIS. Mengumumkan dirinya adalah Kalifah negara baru ini.

Karena semakin besar dan brutal, ISIS menjadi teroris nomor 1 di Dunia dengan ciri khas memamerkan pembunuhan, pemerkosaan dan penyiksaan sebagai contoh Jihad dan harus dilakukan kepada siapapun yang menolak kalifah ISIS. Bahkan negara Islam juga jadi sasaran mereka.

Mulai 2016 terjadi serangan besar besaran ke ISIS yang dipelopori amerika serikat (lagi). Demikian sejarah singkat berdirinya ISIS pada video diatas, yang sekarang mulai redup.

(gerpol)