Jangan Lupa! Banser NU yang Menyelamatkan Aktivis 98 dari Kelompok Islam Garis Keras

2613
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Nahdlatul Ulama

Saat itu saya dan teman-teman sesama Mahasiswa sedang menduduki Gedung DPR/MPR. Tiba-tiba dari arah pintu belakang massa dalam jumlah besar merangsek masuk areal parkir Gedung DPR/MPR.

Mereka membawa bendera bertuliskan KISDI (Komite Indonesia untuk Dunia Islam –AM), pimpinan “Ahmad Sumargono”. Sebuah kelompok Islam garis keras yang bergabung di dalamnya gerombolan yang nantinya menjadi FPI.

Kami (mahasiswa) membuat pagar dengan bergandengan satu sama lain sambil melangkah mundur, (menghindari gesekan). Massa KISDI maju dengan memukul, menendang, menunjuk ke arah kami sambil berteriak: kalian neo komunis!

Massa KISDI terus maju hingga menduduki areal tangga Gedung DPR/MPR. Mereka teriak takbir sambil terus berteriak, “Perjuangan kalian mahasiswa tidak suci lagi! Kalian neo komunis!”. Tak lama kemudian, berkumandang Adzan (Shalat Jumat). Mereka meninggalkan areal tangga DPR, menuju sebuah masjid di belakang gedung.

Momen ini dimanfaatkan oleh Niko Adrian, ketua GMNU (Gerakan Muda NU) saat itu untuk menghubungi PBNU.

Baca:

Sekitar 15 menit setelah Jumatan, massa KISDI masih berada di masjid. Pada saat yang sama, datang massa dalam jumlah besar memasuki areal Gedung DPR/MPR dengan membawa bendera NU. Massa NU lalu menduduki areal Tangga DPR/MPR.

Salah seorang dari mereka (belakangan diketahui dia adalah anggota Banser) membagikan rompi kain kepada kami mahasiswa yang berada di barisan depan, sambil berucap: “Kamu percaya Allah SWT?”

“Iya, tapi tidak semua (beragama) Islam Bang”.

“Tapi percaya Tuhan kan?” tanya Banser lagi.

“Iya Bang”.

“Cukup! Pakai ini (rompi), dan berdoa dengan cara kalian masing-masing. InsyaAllah mereka (KISDI) tidak bisa menyakiti kalian, Dengan izin Allah SWT!”

Tak seberapa lama, massa KISDI datang dari arah masjid, mencoba merangsek lagi. Namun langkah mereka hanya sampai samping tangga DPR/MPR akibat tertahan oleh blokade Massa NU.

Mayoritas dari mereka tampak terkejut melihat Bendera NU berkibar, dan berada di pihak mahasiswa. Dalam hitungan menit, satu demi satu massa KISDI meninggalkan areal Gedung DPR/MPR.

Harus diakui bahwa Exponen 98 saat menorehkan Sejarah dikawal oleh kawan-kawan Banser/NU. Sejarah yang bicara. Bukan saya, atau siapapun. Sejarah yang bicara!

Atas nama nyawa kawan-kawan 98, ijinkan saya mengucapkan, “Matur suwun Banser!”. Banser torehkan warna 98.

Firman Hidayatullah, Exponen 98, mantan aktivis Forum Kota.

(gerpol)