Jokowi Pemimpin Terbaik di Asia-Australia, SBY Malah Nyerang, Sirik Ye

152
Share on Facebook
Tweet on Twitter

Semalam, banyak teman yang mengucapkan selamat tahun baru. Namun selain itu, ada juga beberapa orang yang mengirimkan capture tweet SBY dan merasa terganggu dengan kalimat-kalimatnya yang dianggap memiliki maksud terselubung. Dan untuk itu semua, saya atas nama Pakar Mantan diminta menganalisa pernyataan SBY.

Setelah saya baca pagi ini, dari awal kultweet sampai penutup, semuanya cukup bagus dan netral. Artinya tak ada maksud negatif atau terselubung. Biasa saja. Namun karena Pakar Mantan memiliki standar prosedur membaca lebih dari sekali, artinya mengulang, maka saya pun membaca ulang pernyataan SBY. Barulah kemudian saya paham, bahwa pernyataan ini begitu kuat dan titik-titik. Terlebih, tweet tersebut ditulis langsung oleh SBY. Apa saja yang saya temukan? Mari kita bahas:

“Mari senantiasa berpikir dan bertindak cerdas dan sampaikan sesuatu dengan jujur, tepat dan benar, agar persoalan selesai dan tidak makin buruk *SBY*”

Itu adalah tweet terakhir SBY dari serangkaian tweet yang membahas tahun baru dan ujian ekonomi, kesejahteraan rakyat hingga kerukunan serta harmoni sosial untuk Indonesia dan dunia internasional. Pemerintah diuji, media massa dan media sosial diuji, pemuka agama diuji, rakyat diuji dan Presiden pun diuji.

Dari 11 tweet atau kalimat, SBY menggunakan 8 kali kata “diuji.” Sehingga teman-teman ada yang curiga dan bertanya-tanya siapa yang menguji? Apakah ada hubungannya dengan suami Sylviana yang merupakan Cawagub anak SBY yang kemarin dipanggil oleh Polisi terkait aksi makar dan 212? Sebab kata kuncinya adalah “diuji,” dan Sylviana mengatakan bahwa keluarganya sedang diuji. Apakah ini hanya soal saling uji antar kubu? Hahaha

Oke point Pakar Mantan bukan soal kata “diuji.” Kata tersebut menurut analisis saya masih sangat baik dan netral, tanpa tendensi. Sudah biasa kita gunakan dalam perenungan pergantian tahun. SBY hanya salah satu orang yang menggunakannya, dan itu biasa saja.

Fokus Pakar Mantan adalah tweet terakhir yang sarat muatan, pada kalimat “agar persoalan selesai dan tidak makin buruk.”

“agar persoalan selesai,” ini sudah benar. Negara ini punya banyak persoalan, mulai dari infrastruktur mangkrak peninggalan SBY, kasus korupsi yang belum selesai sampai soal Ibas yang masih misteri apakah terlibat kasus megakorupsi Demokrat bersama Anas, Nazaruddin dan Anggie? Ormas Cingkrang peninggalan SBY dan….. Lho kok salah SBY semua? Ya terus gimana, kenyataanya begitu? Hoho

sementara “tidak makin buruk,” ini yang cukup memiliki makna terselubung, sehingga menjadi kata kunci untuk melihat sisi licik dan negatif dari serangkaian tweet SBY yang terlihat bijak. Tidak makin buruk, berarti sebenarnya SBY ingin mengatakan bahwa kondisi Indonesia saat ini sedang buruk.

Dengan begitu, persoalan yang dibeberkan oleh SBY dengan menggunakan momentum tahun baru dan ujian, sebenarnya bermakna persoalan-persoalan yang dinilai membuat Indonesia sedang dalam kondisi buruk, jika dilihat dari sisi politik, demokrasi, kesejahteraan rakyat, kerukunan dan harmoni sosial.

Secara terselubung, SBY seolah ingin mengatakan bahwa politik kita buruk, demokrasi kita buruk, kesejahteraan rakyat kita buruk, kerukunan dan harmoni sosial kita buruk. Untuk itu, di akhir tweet, SBY mengajak kita berpikir dan bertindak cerdas, dan sampaikan sesuatu dengan jujur, tepat dan benar, agar persoalan selesai dan tidak makin buruk.

SBY ingin pemerintah menyampaikan dengan jujur bahwa politik, demokrasi, kesejahteraan rakyat dan kerukunan serta harmoni sosial di Indonesia sedang buruk. Sampaikan dengan jujur, tepat dan benar sesuai anggapan SBY bahwa semuanya sedang buruk, supaya tidak makin buruk. Ituh maksudnyah!

Lalu pertanyaannya kemudian, apalah pemerintah Indonesia selama ini tidak jujur? Itu masih perlu ditelusuri terkait benar tidaknya. Tapi kalau dunia internasional, jelas ‘tidak jujur’ dalam menilai Presiden Jokowi dan Indonesia.

Ya, dunia internasional baru-baru ini ‘tidak jujur.’ Menurut data Bloomberg, Presiden Jokowi merupakan satu-satupnya pemimpin negara yang memiliki peforma positif dalam seluruh aspek yang dinilai, dari kekuatan nilai tukar mata uang positif 2,4%, menjaga pertumbuhan ekonomi tetap positif 5,02% dan memiliki tingkat penerimaan publik yang tinggi, 69%.

Penilaian ini membuat Presiden Jokowi lebih unggul dari pemimpin Malaysia and Filipina yang sama-sama mencatatkan nilai tukar negatif sebesar 4,26% dan 5,29%. Jauh lebih unggul dari Presiden Korsel yang memiliki catatan merah untuk semua aspek. Presiden Jokowi dinilai lihai dalam berpolitik, karena mampu mengendalikan dua pertiga kursi di parlemen. Program Tax Amnesty juga berjalan baik dan mampu membiayai program pembangunan infrastruktur. Artinya secara politik, ekonomi dan demokrasi, dunia menilai Presiden Jokowi sangat sukses, positif.

Sangat kebetulan sekali kalau kemudian SBY menilai bahwa kondisi politik, ekonomi dan demokrasi di Indonesia sedang buruk. Bisa karena momentumnya sama-sama tahun baru, tapi bisa juga karena ada penilaian Bloomberg. Sehingga tweet tersebut menjadi pembantah yang terstruktur dan sistematis dengan data dan pencapaian yang didapat oleh Presiden Jokowi. Bloomberg keluarkan data 29 Desember, SBY ngetwit 31 Desember. Perfect!

Analisis semacam ini memang memerlukan kepekaan terhadap sekitar serta didukung oleh teori-teori ilmiah soal kemantanan. Seseorang bisa curiga dan bertanya-tanya tentang suatu yang aneh, tapi hanya Pakar Mantan yang bisa menjelaskannya secara logis berdasarkan teori ilmiah dan fakta lapangan. Hahaha

Selamat tahun baru, semoga pemerintah atau dunia tak perlu mengeluarkan rapor tambahan untuk Jokowi. Kalaupun mau, tolong dibuat secara jujur, tepat dan benar, agar persoalan selesai dan tidak makin buruk.

Begitulah kura-kura.

sumber (seword.com)