JAKARTA-Budayawan Indonesia Mohamad Sobary yang akbrab disapa Kang Sobary menyebut calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3, Anies Baswedan bukan intelektual yang terlibat dalam diskursus tentang pluralisme di Indonesia. Tetapi, justru Anies sebenarnya sosok yang anti-pluralisme.
Bahkan Anies memang sejak dulu sebagai ‘Raja Catut’ yang kerap menggunakan pelbagai simbol kosong dalam memenangkan langkah politiknya. “Dia (Anies_red) sebenarnya anti-pluralisme. Karena dia, sejak dulu bukan bagian dari kaum intelektual yang melakukan diskursus tentang pluralitas, tetapi sudah sejak dulu kala dia memang Raja Catut,” tegas Kang Sobary dalam sebuah diskusi di Para Syndicate (3 Maret 2017) lalu.
Penulis buku “Kang Sejo Melihat Tuhan’ menilai Anies seorang yang ambisius yang sangat memuja kekuasaan.
Baca: Kang Sobary: Anies Baswedan Pemuja Kekuasaan Sejak Dulu Kala
Bahkan, dia rela menggunakan berbagai cara untuk meraih kekuasaan.
Salah satu contoh nyata terlihat saat pemilihan Rektor Universitas Paramadina. “Dia tega menjegal Calon Rektor, Yudhi Latief yang memang sudah dipersiapkan menjadi orang nomor 1 di Univeritas Paramadina. Tetapi Anies dengan cara licik dengan bantuan Sudirman Said menelikung Yudhi. Dan gagallah Yudhi,” terangnya.
Kang Sobary mengaku membuka jati diri Anies agar publik Jakarta mengenalnya sehingga tidak membeli kucing dalam karung. “Bahwa, dibalik kesantuan kata Anies sebenarnya tersimpan nafsu angkara merebut kekuasaan,” imbuhnya.
Kang Sobary mengatakan sebagai Raja Catut, Anies terus memainkan isu-isu yang sangat sensitif dalam pilgub DKI Jakarta. Termasuk sengaja memainkan simbol Agama untuk memenangkan Pilkada. “Memang, afiliasi yang sama dengan rombongan FPI dan kelompok radikal anti kebhinekaan demi kekuasaan atas Jakarta,” imbuhnya.
Anies yang dulunya membenci Rizieq Shihab justru menjilad ludahnya sendiri berdamai dengan markas Petamburan.
“Sejak dulu Anies bukan bagian dari kaum intelektual yang melakukan diskursus tentang pluralitas, tetapi sudah sejak dulu kala Anies memang Raja Catut,” urainya.
Lebih lanjut, Kang Sobary mengatakan ambisi Anies yang elitis tidak pernah mencapai pada hakikat pelayan rakyat Jakarta yang sebenarnya. Karena karakter pemimpin tidak pernah ada dalam diri Anies. “Yang ada, nafsu berkuasa. Paramadina rusak karena Anies. Kemendikbud era Anies juga paling jelek nilainya berdasarkan penilaian Ombudsman,” imbuhnya.
Dia mengatakan tujuan kepemimpinan Anies adalah untuk hore-hore antara dia dan pendukung-pendukungnya saja. ‘’Sekarang ini terlihat jelas, Anies si mulut madu sedang menikmati rusaknya kerukunan Jakarta dengan mengangkat isu Agama melalui spanduk tolak Jenazah. Harus dihentikan dan tentukan pilihan,” tegasnya
(gerpol)