Kasihan, Pengurus Masjid Ini Dipecat Secara Tidak Hormat Karena Dukung Ahok

499081
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter

Beberapa hari yang lalu, di media sosial dihebohkan dengan beredarnya sebuah surat pemecatan terhadap seorang pengurus Mesjid Darussalam yang merupakan pendukung Ahok di wilayah RT 06 RW 02, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Surat Pemecatan Pengurus Mesjid Pendukung Ahok

Setelah kasus ini heboh, maka pendukung Anies-Sandi langsung “bereaksi” dengan mengatakan bahwa berita ini adalah berita hoax, berita fitnah untuk menyudutkan paslon Anies-Sandi.

Bagi pendukung Anies-Sandi yang mengatakan Surat pemecatan tersebut adalah berita hoax, berita fitnah dan alasan lainnya, berikut saya share video pengakuan pengurus mesjid pendukung Ahok yang dipecat secara tidak hormat tersebut :

Pendukung Anies-Sandi masih berani ngeles ???

Fakta kasus pemecatan pengurus mesjid pendukung Ahok

Pak Rasyidin Nawi, 68 tahun, dipecat dari jabatannya sebagai pembina Masjid Darussalam, di RT 06 RW 02 Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. “Saya dipaksa untuk bikin surat pengunduran diri,” kata Rasyidin seperti yang dimuat dalam media nasional ini.

Pak Rasyidin mengatakan dia dipecat karena mendukung pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Pemecatan itu, kata dia, terjadi setelah pengurus masjid mengadakan rapat kerja di Puncak, Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. “Raker di Bogor, akhirnya kesepakatannya itu saya dipecat,” kata dia seperti yang dilansir oleh media nasional ini.

Pak Rasyidin membenarkan bahwa beliau mendukung Ahok-Djarot dan menjadi koordinator Kelurahan Pondok Indah dan Pondok Pinang untuk pemenangan Ahok. Beliau mendukung Ahok sejak masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta yang mendampingi Joko Widodo. “Kinerjanya bagus, bersih, berani menutup tempat maksiat. Coba itu di Kalijodo, orang muslim waktu gubernur muslim pada diam saja,” ujar beliau seperti yang dilansir dalam media nasional ini.

Sejak pemecatan pada 4 Februari 2017, Rasyidin tidak lagi shalat di masjid itu, dan memilih untuk mengunjungi masjid di wilayah lain. Padahal, Rasyidin merupakan ahli waris Masjid Darussalam yang dibangun pada 1918. Meski begitu, Rasyidin menegaskan hubungannya dengan para pengurus masjid itu kini masih baik. “Baik. Saya mundur, enggak salat lagi di sana karena orang (pendukung) Ahok tidak boleh shalat di sana,” ujar beliau seperti yang termuat dalam media nasional ini.

Ketua Umum Pengurus Masjid Darussalam Abdul Ghafur membenarkan postingan foto tersebut. Abdul Ghafur juga membenarkan telah memecat Rasyidin Nawi yang sebelumnya menjabat sebagai pembina Masjid Darussalam, Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Dia mengungkapkan, pemecatan tersebut dilakukan pada Februari 2017 bertepatan dengan keluarnya surat keputusan pemecatan terhadap Rasyidin. Surat tersebut, ujar dia, disepakati dalam rapat kerja para pengurus Masjid Darussalam di Bogor, Jawa Barat.

Menurut Abdul Ghafur, keputusan Rasyidin untuk mendukung pasangan calon nomor dua itu bertentangan dengan kesepakatan para pengurus mesjid. Padahal, menurut dia, Rasyidin sudah diperingatkan beberapa kali terkait dengan kesepakatan agar memilih pemimpin muslim. “Itu konsekuensi sebagai pengurus,” kata Ghafur saat ditemui di kediamannya, di Jalan Pondok Pinang III, Jakarta Selatan seperti yang dimuat dalam media nasioanl ini.

Ghafur menambahkan, sikap dukungan politik Rasyidin ditunjukkan secara terang-terangan. Bahkan, dia mengklaim bahwa Rasyidin sudah mengikrarkan diri dengan memakai baju kampanye Ahok-Djarot. Juga ikut menggalang massa. “Padahal dia orang yang ditokohkan. Dia itu sebagai penasihat mesjid,” kata Ghafur seperti yang dikutip dalam media nasional ini.

Setelah membaca kisah nyata yang terjadi di atas, penulis jadi berpikir :

Sungguh mengerikan. Hal ini terjadi di depan mata kita sendiri bahkan di kampung kita sendiri.

Baca Juga:

Pak Rasyidin Nawi yang sudah berusia 68 tahun saja berani dipecat secara tidak hormat dari jabatannya sebagai pembina Masjid Darussalam, di RT 06 RW 02 Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan oleh mereka, apalagi kita yang masih muda dan bukan siapa-siapa ??

Sebelum pilkada saja, mereka sudah berani “kurang ajar” kepada sesepuh mesjid ??? Apalagi setelah Pilkada nanti ???

Pak Rasyidin Nawi yang merupakan ahli waris mesjid saja “diusir” dari mesjid tersebut, apalagi orang lain ???

Jika sudah demikian, perkenankan Penulis bertanya beberapa hal kepada Anies-Sandi :

Benarkah jika Anies-Sandi menang, pengurus mesjid pendukung Ahok akan dipecat seperti kasus Pak Rasyidin di atas ???

Benarkah jika Anies-Sandi menang, pengurus mesjid pendukung Ahok akan “diusir” seperti kasus Pak Rasyidin di atas ???

Benarkah jika Anies-Sandi menang, jenazah pendukung Ahok tidak diurus oleh pengurus mesjid setempat seperti kasus almarhumah nenek Hindun di kawasan karet, setia budi yang sempat heboh beberapa hari yang lalu ???

Benarkah jika Anies-Sandi menang, jenazah pendukung Ahok akan diurus setelan keluarganya “dipaksa” menandatangani surat dukung Anies-Sandi seperti kasus keluarga Pak Yoyo dalam tulisan saya sebelumnya (Baca juga: Warga Ini Mengaku Dipaksa Tanda Tangan Pilih Anies Agar Jenazah Mertuanya Dishalatkan)???

Wow, penulis tidak bisa membayangkannya…

Sungguh mengerikan jika hal itu benar-benar terjadi…

Masihkah kita percaya dengan “mulut manis” yang pandai “bersandiwara” dengan santunya mengatakan akan merajut tenun kebangsaan tapi pendukungnya sudah merusak persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa di Indonesia ???

Apakah kita mau hal itu terjadi di Ibukota negara Indonesia (Jakarta) yang kita cintai ini ???

Sungguh mengerikan melihat orang yang mengklaim dirinya “agamis” tapi kelakuannya “komunis” yang menghalalkan segala cara demi kepentingan politik duniawi tapi malah teriak anti komunis ???

Kalian WARAS ???

NAFYS

(seword/gerpol)