Kata KH Sholeh Darat, Guru Kartini dan Sesepuh NU: Khalifah dan Khilafah Sudah Tidak Ada

350
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
KH Sholeh Darat (Sumber: Google Images)

Dalam kitab Tarjamah Sabilul ‘Abid ‘ala Jauharatit Tauhid karya KH Sholeh Darat halaman 233 menjelaskan tentang syair Syaikh Ibrahim Allaqani:

وخيرهم من ولي الخلافة * وامرهم في الفضل كالخلافة

Kemuliaan para sahabat Nabi itu saat diangkat menjadi khalifah dan perilakunya menjadi utama sesuai aturan kekhalifahan.

KH Sholeh Darat, yang merupakan guru agama RA Kartini dan sesepuh dari pendiri-pendiri NU, menegaskan bahwa keutamaan sahabat Nabi adalah saat benar-benar diangkat menjadi khalifah, seperti:

1. Sayyidina Abu Bakar (2 tahun, 3 bulan, 10 hari)
2. Sayyidina Umar (10 tahun, 6 bulan, 8 hari)
3. Sayyidina Utsman (11 tahun, 11 bulan, 9 hari)
4. Sayyidina Ali (4 tahun, 9 bulan, 7 hari)

Jumlah masa kekhalifahan itu adalah 29 tahun, 6 bulan, 4 hari.

Rasulullah Saw memang pernah menyampaikan bahwa umur khalifah itu 30 tahun dan setelah itu adalah kerajaan, sabda Nabi:

الخلافة بعدي ثلاثون اي سنة ثم تصير ملكا عضوضا

Dengan pesan itu, maka usia khalifah belum genap 30 tahun sudah selesai. Kemudian dilanjutkan hanya 6 bulan 5 hari oleh Sayyidina Hasan bin Ali, kemudian dicopot.

Setelah itu, maka digantikan dengan model kerajaan atau dinasti oleh Muawiyah bin Abi Sofyan menyebut dirinya Amirul Mu’minin. Dan secara tegas Muawiyah menyebut:

انا اول الملوك

Nama muluk sangat berbeda dengan khalifah. Sebab muluk sebagaimana dikatakan oleh KH Sholeh Darat adalah orang yang membuat madlarat bagi rakyat yang dipimpinnya.

Baca:

Maka setelah empat khalifah itu tidak diperkenankan memakai sebutan khalifah Rasulillah Saw. Termasuk tidak diperkenankan memakai gelar khalifatillah Swt, sebab gelar itu hanya untuk Nabi Adam dan Nabi Dawud sebagaimana tertulis dalam Al Qur’an. Para Nabi juga diperbolehkan memakai gelar khalifatullah.

Pesan KH Sholeh Darat berikutnya adalah: “Ratu zaman akhir itu tidak tepat memakai julukan Khalifatu Rasulillah dan khalifatullah. Sebab perilakunya tidak mirip dengan sahabat Nabi dan salafus shalih.”

M. Rikza Chamami
Dosen UIN Walisongo