Kata Profesor Ini: Anies Sombong dan Angkuh

1001362
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Anies Gombal

GURU besar di Fakultas Ekonomi & Bisnis Unika Soegijapranata Semarang Prof. Andreas Lako menilai debat antara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) vs Anies Baswedan (AB) di Metro TV yang dipandu Najwa Shihab, Senin (27/3) berlangsung sangat menarik sebagai tontonan.

Menurut Lako yang ditulis dalam laman Facebooknya, sejak awal, AB terus menggunakan stategi menyerang untuk memojokkan dan menunjukkan titik-titik kritis kelemahan kepemimpinan dan kepribadian petahana Ahok.

Baca:

“Bahkan, pada sesi-sesi terakhir, AB dengan nada sombong dan angkuh menyatakan akan segera memecat Ahok dan akan menggantikannya menjadi Gubernur. Anies juga terus menunjukkan ‘rapor merah’ Ahok yang diklaimnya telah gagal memimpin dan tidak pantas lagi memimpin Jakarta untuk 5 tahun ke depan,” ujar Lako.

Debat kandidat tersebut dilaksanakan sebagai salah satu program untuk menyambut putaran ke dua dalam Pilkada DKI Jakarta. Dikemuakan Lako bahwa strategi menyerang dan memojokkan lawan seperti diperagakan AB memang sangat efektif tingkat keberhasilannya apabila lawan yang diserang benar-benar buruk kinerjanya, buruk kepemimpinannya dan juga buruk kepribadiaannya.

Sebaliknya,lanjut Lako, strategi tersebut justru bisa menjadi bumerang bagi si penyerang karena masyarakat pemilih rasional justru menjadi antipati dan tidak menyukai cara-cara tidak etis itu.

“Apalagi kalau mereka sudah melihat dan merasakan realitas hasil dan karya-karya yang telah dihasilkan dari calon petahana yang diserang tersebut selama memimpin,” ujarnya, dan menambahkan kalau mereka bisa berubah pilihan dan mantap memilih petahana (Ahok) setelah menyaksikan calon petahana diserang dan dipojokkan lawannya (AB).

Menurut Lako, strategi itu hanya efektif untuk semakin memperkokoh pilihan dari para pemilih loyalis di putaran I, tapi tidak akan efektif untuk meraih simpati para pemilih rasional mengambang.

“Strategi tersebut juga sangat tidak efektif untuk meraih simpati para pemilih Ahok di tahap pertama. Menyaksikan jawaban-jawaban taktis dan sikap menyerang balik seperlunya yang konsisten diperagakan Ahok tadi malam, saya yakin para pemilih Ahok di putaran I justru semakin mantap dengan pilihannya di putaran II pada April nanti,” papar Guru Besar Unika Semarang ini yang mengenal AB sejak sama-sama aktif di ISMEI tahun 1990-1991.

Dikemukakan bahwa dalam banyak pilkada di berbagai daerah di Indonesia, strategi menyerang kepada petahana secara TSM (terstruktur, sistematis dan masif) dan vulgar, padahal dalam kenyataannya tidak seperti itu, maka hasilnya sangat buruk. “Banyak petahana justru malah memang mutlak, sementara lawannya kalah telak,” ucapnya.

Oleh karena itu, pesanya, apabila AB ingin sukses meraih simpati mayoritas masyarakat pemilih DKI Jakarta, maka gunakan strategi-strategi dan pendekatan-pendekatan yang santun, arif dan bijak serta konstruktif dan progresifdalam berkampanye dan debat. “Hindari penggunaan isu-isu SARA sebagaiisu politik kampanye,” pungkas Lako.

(mediaindonesia/gerpol)