🥀
Kasihan Jamaah Mamat dan Mimin
Siapa sebetulnya yang menjadi pemenang dalam Pilkada Jakarta? Umat Islam? Bukan. Ormas-ormas Islam “garis unyu”? Juga bukan. Yang menang adalah kaum politisi dan pengusaha. Yang menang adalah “kaum elit”-nya, bukan “massa” atau “rakyat kecilnya”.
Rakyat bawah, umat Islam di Jakarta khususnya, hanya diberi “permen” iming-iming “gubernur Islam”, “Jakarta Syariah”, “tiket masuk surga”, dlsb. Ditambah bonus-bonus dunia fantasi seperti rumah 350 juta DP 0%, subsidi 3 M, ojek terbang, dlsb.
Yang memberi mereka “permen” itu tentu saja adalah para pimpinan ormas Islam yang rela memanipulasi agama, membajak ayat, dan menipu Tuhan demi kemenangan paslon mereka. Para pimpinan ormas itu tentu saja “perpanjangan tangan” dari para politisi dan pengusaha tadi. Para pemimpin ormas Islam hanya dipakai sebagai “pengumpul suara” dan penggerak massa karena mereka yang mempunyai akses ke massa bawah. Tentu saja bukan cuma-cuma mereka rela “bule-tekle” melakukan itu.
Maka, begitu “pesta” usai dan Anies-Sandi dinyatakan unggul, berpesta poralah mereka para pengusaha, politisi, lengkap dengan tim sukses oke-oce seperti foto di bawah ini. Yang satu sedang berpesta-pora di Leon Resto and Bar sambil berminum-minum ria, satunya lagi sedang berpesta pora sambil bermakan-makan ria dimana para pengusaha China-non-Muslim juga larut bergembira ria di dalamnya. Yang berbaju merah-hijau adalah ibu Sandi Uno (Syar’i banget, kan? he he).
Coba kalian perhatikan: dimana “jamaah Mamat dan Mimin”? Apakah mereka ikut makan-minum dalam pesta? Mereka teriak-teriak kapir-aseng setiap hari, kehujanan-kepanasan demo berjilid-jilid, memaki sana-sini sampai lambene ndower, tapi giliran “pesta” usai, ya sudah selesai juga nasib Mamat dan Mimin. Mereka ditinggalkan.
Jamaah Mamat dan Mimin sepanjang massa dikadalin dan dikibulin oleh para elit politik, elit agama, dan elit bisnis. Kampanye “Jakarta Syariah” hanyalah jargon, kampanye “gubernur Muslim” hanyalah modus dan alat propaganda, dan “tiket masuk surga” tentu saja adalah “gombal mukiyo”. Tapi rupanya jamaah Mamat dan Mimin suka dengan semua ini sehingga membuat mereka “sakauww” alias mabuk kepayang.
Para politisi dan pengusaha tahu karakter jamaah Mamat dan Mimin di Jakarta yang memiliki sentimen etnis-agama yang tinggi dan gampang dimainin dan diprovokasi dengan isu-isu murahan dan berita-berita manipulatif seperti “China-kapir” di belakang Ahok. Padahal “China-kapir” di belakang Anies-Sandi berjibun yang turut melawan Ahok karena ladang-ladang bisnis mereka terancam. “Para naga” itu justru di belakang Anies-Sandi. Atau, kampanye Anies-Sandi sebagai “figur Islami”? Islami dari Hong Kong?
Mari kita turut bersimpati kepada jamaah Mamat dan Mimin yang selalu menjadi korban politik kotor dan perselingkuhan kaum elit politik, bisnis, dan agama. Tapi jamaah Mamat dan Mimin itu memang antik: dikasih tahu begini eh malah marah-marah, ngamuk, ngumpat-ngumpat dan menuduh kapir-liberal, antek aseng-asong. Karena itu, saya sering bertanya-tanya: Mamat dan Mimin itu berasal dari species apa sih?
~Sumanto Al Qurtubi ~
(gerpol)