Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Suhardi Alius menyatakan penyebaran paham radikal terorime sudah mulai sistemik dan sangat mengkhawatirkan. Bahkan penyebaran tersebut sudah terlihat sistemik dengan masuk ke instansi-instansi pendidikan termasuk ke perguruan tinggi.
Baca:
- Jaringan Al-Qaidah Bin Laden Bubarkan Diskusi Buku di Malang
- Sobri Lubis Layak Diusir dari Kalimantan, karena Ceramahnya Teriak “Bunuh-bunuh”
- Mana Yang Lebih Kafir?
“Penyebaran paham radikal di lingkungan kampus sekarang ini sudah sangat gawat sekali. Sudah tidak ada sekat. Kalau kita tidak gerak cepat untuk mengawasinya tentunya ini akan membahayakan terhadap anak-anak kita nantinya dan tentunya bangsa ini sendiri,” kata mantan Kabareskrim Polri ini saat memberikan kuliah umum bertema ‘Resonansi Kebangsaan dan mencegah Radikalisme’ di Universitas Negeri Semarang, Semarang, Sabtu (6/5).
Dia menyayangkan Deklarasi Khilafah oleh salah satu organisasi massa di salah satu kampus perguruan tinggi negeri di Jawa Barat beberapa hari lalu. Menurutnya, pihak kampus harusnya bisa mencegahnya.
“Radikalisme bukan hanya karena kemiskinan, kebodohan, kekecewaan ataupun ketidakadilan. Karena saat ini radikalisme sudah terpapar di kaum intelektual. Termasuk adanya deklarasi Khilafah itu tadi, pihak kampus harus bisa mendeteksi kegiatan yang dilakukan mahasiswanya. Kami harapkan ini tidak terjadi lagi di institusi pendidikan lainnya,” kata mantan Kapolda Jabar ini.
Dia juga meminta para rektor benar-benar memperhatikan perekrutan tenaga pendidik. Sebab, jangan sampai penyebaran radikalisme justru masuk melalui ajaran-ajaran dari tenaga pendidik itu sendiri.
Pihaknya akan terus berkoordinasi dan bekerjasama dengan perguruan tinggi melalui Kemenristekdikti untuk memerangi radikalisme dengan berbagai upaya. Dia pun meminta para guru, dosen, rektor, dekan dan kaum intelektual untuk lebih memperhatikan siswa atau mahasiswanya.
“Nah ketika ada mahasiswa yang sedang menyendiri, tertutup, itu harus diwaspadai. Harus diberi perhatian jangan dibiarkan begitu saja. Kalau menyendirinya dalam hal kebaikan itu tidak apa-apa, kalau mengarah ke radikalisme kan ini harus diwaspadai,” katanya.
Menurutnya, penyebaran paham radikal melalui tekhnologi informasi (IT) sekarang ini tidak bisa dilokalisir. Sebab paham radikal saat ini bisa disebarkan melalui doktrin pada media online. Kelompok radikal telah menyebarkan hoax radikal di antaranya dengan berisi hasutan, menyebarkan kebencian dan kekerasan, memberikan pemahaman jihad sempit, berisi SARA.
“Kami meminta kepada adik-adik generasi muda ini harus meneguhkan nasionalisme dengan jiwa, harus membangun karakter manusia seutuhnya dengan dasar hati yang dipenuhi suara kejujuran,” katanya.
Acara tersebut ditandai dengan deklarasi untuk menyepakati penolakan terhadap penyalahgunaan narkoba, dan segala bentuk paham radikalisme, dan terorisme yang membahayakan Pancasila dan keutuhan NKRI. Turut mendampingi Kepala BNPT dan Menristekdikti di acara kuliah umum tersebut yakni Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes).
(merdeka/gerpol)