Penyidik senior KPK, Novel Baswedan diserang orang tak dikenal, dengan menyiramkan cairan yang diduga waktu itu air keras.
Penyerangan terhadap Novel Baswedan pun menjadi perhatian publik, apalagi momen kejadiaan saat dimulainya persidangan kasus korupsi e-KTP yang ditangani oleh Novel Baswedan. Momen lain pula, Pilkada DKI yang akan menggelar pencoblosan tanggal 19 April nanti, di mana sepupu Novel, Anies Baswedan menjadi salah satu calon gubernur yang menantang Petahana.
Pasca kejadian penyerangan terhadap Novel Baswedan, opini publik pun digeser bawa penyerangan terhadap Novel tidak hanya terkait pengusutan kasus korupsi e-KTP, di mana hampir semua politisi parpol terlibat, termasuk PKS yang mengusung Anies, namun sudah dibelokkan ke isu Pilkada DKI.
Rachel Maryam, politisi Gerindra dan Anggota DPR, pendukung Anies Sandi di twitter langsung mencuit bahwa penyerangan terhadap Novel Baswedan untuk menutupi penundaan pembacaan tuntutan Jaksa terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Anies Baswedan yang merupakan sepupu Novel Baswedan pun mengambil untung dengan mengunjungi Novel Baswedan yang tengan menderita, setelah bertemu, Anies pun menyebut Keluarga Besar Baswedan tidak takut pada teror. Padahal Novel diteror bukan karena ia bagian dari keluarga Baswedan atau sepupu Anies Baswedan tapi karena ia penyidik senior KPK yang tengah mengusut mega korupsi di negeri ini. Sangat jelas bagaimana Anies mau mengambil untung dan manfaat dari penyerangan terhadap Novel Baswedan. (baca: Memalukan, Novel Baswedan Diteror, Anies Bawa-bawa Keluarga)
Selain itu juga, benda yang disiramkan pada Novel Baswedan pun masih jadi tanda tanya publik. Benda yang diduga sebagai “air keras” hanyalah sumber dari pihak keluarga Novel Baswedan bukan dari Pihak Kepolisian dan Rumah Sakit.
Saat foto pertama Novel Baswedan beredar di media sosial, tidak tampak adanya kulit yang melepuh di wajah Novel Baswedan, yang lazimnya terjadi kalau benar “air keras” disiramkan ke wajahnya. Malah yang tampak adalah benjolan dan lebam seperti dibentur dengan benda tumpul. (baca: Dokter: Dari Foto Novel Baswedan Tidak Seperti Disiram Air Keras, tapi Lebam)
Saat Anies membezuk Novel Baswedan tiba-tiba wajah tersebut dibalut perban-perban sehingga menutupi hampir sebagian wajahnya. Padahal kalau kulit melepuh akibat “air keras” tidak mungkin dibalut dengan perban, karena perban akan menempel ke kulit. Apakah kunjungan Anies Baswedan ingin mendramatisir kondisi Novel Baswedan?
Dan keanehan ini terkuak, saat Novel Baswedan dibawa keluar dari Rumah Sakit untuk dibawa ke Singapura, balutan-balutan perban itu sudah dilepas.
Kita mengutuk teror pada Novel Baswedan, namun kita mengutuk adanya upanya memanfaatkan kasus ini untuk tujuan politik sesaat dalam konteks Pilkada, sebagaimana dimainkan oleh Rachel Maryam dan Anies Baswedan.
Dan, benda yang disiramkan ke wajah Novel Baswedan sudah diungkap oleh Kapolri, tidak seseram seperti yang dikira selama ini, “air keras” yang bisa bikin wajah melepuh seperti yang selama ini diinformasikan hanya sepihak dari Keluarga Novel.
Kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan cairan yang disiramkan pada wajah penyidik KPK Novel Baswedan adalah H2SO4 (asam sulfat) dengan tingkat konsentrat yang tidak pekat sehingga efeknya tidak terlalu berbahaya.
“Dari labfor saya mendapat informasi H2SO4,” ujar Tito saat ditemui di Hotel Gedung Joeang 45, Jakarta, Rabu (12/4/2017).
Meskipun telah mengantongi hasil labfor, mantan Kapolda Metro Jaya ini mengaku cairan yang disiram kepada Novel tidak berbahaya. Tito menuturkan, cairan yang disiramkan ke wajah lulusan Akpol 1998 itu tidak terlalu pekat sehingga kondisi mukanya tidak hancur. Polisi menduga, tingkat konsentrat cairan yang disiram ke Novel tidak kuat.
”Jadi dia mungkin dalam konsentrasi tidak terlalu pekat,” kata Tito. (Sumber: https://tirto.id/kapolri-cairan-h2so4-yang-disiram-ke-novel-tak-berbahaya-cmxg)
Tampak dari ini semua, timbul pertanyaan, mengapa penyerang Novel Baswedan seperti setengah hati dan “sadar” akan dosis atas cairan yang disiramkan?
Kalau benar “air keras” yang sesungguhnya, pastilah wajah Novel Baswedan sudah melepuh dan hancur, namun publik sudah dihebohkan dengan “air keras” sehingga penyerangan terhadap Novel Baswedan tampak sangat dramatis dan ditambah balutan perban yang dipasang saat Anies Baswedan datang berkunjung dan mengambil manfaat dari kejadian ini.
Kalau penyerangan terhadap Novel Baswedan yang sudah “terukur” untuk membuat drama di publik: setelah shalat subuh, cairan yang digunakan dan disebarkan adalah “air keras” (yang ternyata tidak terlalu berbahaya) kemudian ada pihak yang mau membelokkan isu ini ke Pilkada DKI, seperti yang dilakukan oleh Rachel Maryam dan Anies Baswedan, maka, penyerangan terhadap Novel Baswedan adalah bagian dari drama konspirasi politik menjelang Pilkada DKI.
Dan pihak yang diuntungkan dari kejadian ini adalah pihak-pihak yang mencoba mengambil manfaat dari kasus penyerangan Novel, seperti yang dilakulan oleh Rachel dan Anies. Dan tentu saja para koruptor-koruptor yang tertawa-tawa karena penyidik senior KPK menerima teror baik karena bagian dari perjuangannya memberantas korupsi, atau ada pihak yang mau menjadikan Novel Baswedan sebagai “martir politik” dalam Pilkada DKI.
(gerpol)