Kronologi Aksi Solidaritas untuk Ahok di Jogja yang Diserbu FPI

5140
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter

WA dari group sebelah: JOGJA (NYARIS) RUSUH I Saya terpaksa harus menulis dengan penuh kemarahan, agak di luar kebiasaan saya untuk selalu menahan diri dan berpikiran dingin.

Syukur2 bisa menyalurkan energi dan aura positif untuk orang lain. Hingga malam ini, ketika saya hadir dalam semacam unjuk keprihatinan untuk Ahok di perempatan Tugu Jogja.

Acara Justice for Ahok – Nyalakan Keadilan, ini sebenarnya hanya jawilan antar teman, dan baru beredar di medsos sekira 4 jam sebelumnya. Rupanya berhasil menarik hadirnya ribuan orang.

Menjadi sangat sesak untuk area Tugu yang tak terlalu luas itu. Acara spontanitas ini, dimulai nyaris tepat jam 7 malam sesuai rencana.

Belum lagi acara berlangsung 15 menit, baru menyanyikan dua lagu kebangsaan dan wajib. Baru mau mulai menyalakan lilin, lalu tiba2 sekelompok massa yang tak terduga (tapi rupanya telah siap sejak mula).

Menyerang dan membabi buta, berteriak2 minta acara dibubarkan. Kelompok intoleran ini merangsek sedemikian kasar, sehingga ibu2 dan orang tua yang hadir ketakutan.

Lalu mulailah Polisi bergerak, hingga akhirnya terpaksa melepaskan 3-4 kali tembakan ke udara. Situasi sempat kacau sesaat, hingga sekitar 20 pengacau itu dibekuk dan dimasukkan ke truk dalmas dan sebagian lari kocar-kacir (rupanya memanggil bantuan).

Chaos itu hanya sesaat, tetapi cukup untuk membuat polisi membubarkan acara kemanusiaan ini.

Ketika situasi mulai terkendali, tanpa dinyana segerompolan teman2 kelompok intoleran ini muncul lagi. Mereka berteriak2 menantang, tapi segera berhasil digiring menjauh oleh sekelompok polisi bersenjata lengkap.

Para simpatisan acara yang terdiri dari berbagai suku dan etnis, ini mencoba tetap bertahan. Tapi memenuhi saran pihak kepolisian untuk mulai membubarkan diri.

Acara gagal total, tapi menyisakan suatu sikap yang nyaris sama: kita harus mulai berani melawan! Melawan penguasaan Jogja dari para preman bayaran, yang selalu mengatasnakan agama.

Mereka ini tidak sekedar intoleran, tetapi sekaligus biadab dan tak memiliki martabat! Saya harus mengumpat mereka memang bajingan!

Catat: kami tidak takut!

Reportase dari teman peserta acara di jogja

(gerpol)