Ada hal yang menarik dari kasus relokasi warga Bukit Duri oleh Gubernur Ahok, dan kaitannya dengan paslon nomor urut 3, Anies Sandi. Berikut kronologi nya:
Bukit Duri Menolak direlokasi Ahok
Pertengahan tahun 2016 lalu Gubernur Ahok sedang giat-giatnya berseteru dengan warga Kampung Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Ahok yang berencana hendak menertibkan perumahan di bantaran sungai Ciliwung untuk proyek normalisasi sungai dan pembangunan dinding turap (sheetpile), ditentang keras oleh warga. Ahok sendiri bersikeras tetap akan melanjutkan penertiban. Berikut kutipan pernyataannya kepada wartawan di Balai Kota, tanggal 13 Juli 2016.
Baca Juga:
- Bank Indonesia Membongkar Dusta Anies Sandi
- Bank Indonesia: Program KPR dengan DP 0% Anies-Sandi Itu Pelanggaran
- Terungkap Cara Licik Anies Mencuri Suara AHY
- Kakak Kelas Anies Bongkar Kemunafikan dan Ambisi Anies
- Anies Fasis Mau Usir Ahok Djarot dan Pendukungnya dari Jakarta
“Kita paksa lah, orang mau kerja gini. Kalau mereka menolak, saya akan gugat mereka sekarang. Mereka telah mereklamasi sungai, merusak lingkungan. Enak saja kamu gugat reklamasi, kok yang ini enggak digugat. Reklamasi sungai lebih parah, jadi kita bisa pidana kalau begitu.”
Ahok berkata bahwa beliau mempunyai bukti bahwa Kampung Bukit Duri adalah hasil reklamasi di atas Sungai Ciliwung. Menurut Ahok, hal ini bisa dipidanakan.
(cek detik.com: Kalau warga bukit duri menolak ditertibkan Ahok kita paksalah)
Pemprov DKI Jakarta sebenarnya bersedia membantu warga Bukit Duri untuk direlokasi ke rusun Rawa Bebek, rusun yang dilengkapi fasilitas gas, air, listrik, juga perabot. Selain itu juga diberikan fasilitas penunjang seperti KJP, bus sekolah gratis, Transjakarta gratis, RPTRA, operasi pasar, dll. Tapi tetap sebagian besar warga Bukit Duri menolak direlokasi. Alasannya karena sudah tinggal berpuluh-puluh tahun disana.
Bukit Duri menuntut Pemprof DKI Jakarta
Warga Bukit Duri menggugat Pemprof DKI Jakarta dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) pada tanggal 10 Mei 2016. Mereka menolak direlokasi dan menuntut ganti rugi berupa materi.
(cek cnnindonesia.com: Ahok paksa warga bukit duri tinggalkan kampung)
Bukit Duri memenangkan gugatan di PTUN
Pada tanggal 6 Januari 2017, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta mengabulkan gugatan warga Bukit Duri terkait relokasi yang dilakukan Pemprov DKI, dan mewajibkan Pemprov DKI untuk memberikan ganti rugi pada korban relokasi.
(cek liputan6.com: Warga bukit dukit duri menang gugatan Ahok tetap normalisasi Ciliwung)
Bukit Duri memenangkan Anies Sandi pada Pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017.
Di TPS 52, Kelurahan Bukit Duri yang merupakan salah satu lokasi bekas relokasi, pasangan Anies Sandi menang dengan perolehan suara 350 suara dari total 444 pemilih. Ahok Djarot hanya memperoleh 29 suara saja.
(cek kompas.com: Anies-Sandi menang di TPS lokasi penggusuran bukit duri)
Bukit Duri kebanjiran lagi
Keesokan harinya, tanggal 16 Februari 2017, di daerah Bukit Duri, khususnya di kawasan SMA Negeri 8 terpaksa diliburkan, karena tinggi banjir mencapai kurang lebih 40 sentimeter. Kawasan ini memang belum dinormalisasi dan jarak ke sungai Ciliwung hanya beberapa meter.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta Husein Murad meyakini bila proyek normalisasi sungai sudah selesai, banjir akan jauh berkurang. Sampai saat ini proyek tersebut baru berjalan sekitar 40%.
(cek kompas.com: Mengapa kampung pulo dan bukit duri masih dilanda banjir)
Anies Sandi menertawakan Jakarta yang masih terkena banjir
Hari Kamis, tanggal 16 Februari 2017, di kantor DPP Gerindra, paslon Anies Sandi Anies diberi tahu bahwa ada beberapa lokasi banjir di Jakarta, seperti di Pejaten Timur dan Bukit Duri. Berikut tanggapan mereka:
“Kirain sudah bebas banjir,” kata Anies disambut gelak tawa pendukungnya.
“Genangan,” timpal Sandiaga yang berdiri di samping Anies.
“Oh genangan,” kata Anies lagi.
“Kadang-kadang seakan masalah sudah selesai semua, padahal masih banyak masalah yang harus diselesaikan,” kata Anies.
(cek kompas.com: Anies kirain sudah bebas banjir)
Membahas kebijakan Ahok ibarat pergi ke dokter untuk berobat. Sekelompok pasien yang telah sakit sekian lama bertahun-tahun, hanya menyambung hidup dengan obat warung akhirnya didatangi oleh Dokter baru yang ‘sok sibuk’.
Dokter lalu memberikan obat mujarab tapi sayang rasanya pahit. Banyak pasien yang menolak, tapi Dokter ini ngeyel, terus memaksa para pasien menelan obat tersebut. Sebagian kecil yang mau akhirnya sembuh, tapi sebagian besar tetap menolak dan terus minum obat warung.
Satu waktu datanglah seorang dukun yang menjanjikan, cukup dengan minum air putih yang diberi mantra, maka akan sembuh. Semua orang pun serentak bersuka-cita, lalu berbondong-bondong minum air putih tersebut. Ketika sakit tak Kunjung sembuh, para pasien dan dukun itu malah kompak menyalahkan Dokter yang tidak becus! Hohoho…
Yang mencengangkan bagi saya adalah
Kog ada paslon yang tega tertawa di atas musibah warga Bukit Duri? Padahal sehari sebelumnya warga Bukit Duri telah memenangkan paslon tersebut di TPS?
Memang jauh lebih mudah untuk mencibir hasil kerja orang lain, walaupun sendirinya belum pernah mencoba mengatasi banjir Jakarta. Dari sekian banyak Gubernur Jakarta yang pernah menjabat, menurut saya Ahok is the best (so far) untuk urusan penanggulangan banjir. Belum sempurna, karena tidak ada yang sempurna di dunia ini, dan masih butuh waktu tambahan untuk menyelesaikan pekerjaan berat tersebut.
Semoga warga Jakarta dapat lebih terbuka matanya dan memberikan kesempatan kedua untuk pak Ahok menyelesaikan pekerjaannya. Amin.
(seword/gerpol)