Gegap gempita masalah Ahok belum selesai, target kaum pembenci dan sekaligus penakut harus bisa mengurung Ahok dalam penjara, upaya penjegalan di Pilkada melalui fitnah, Agama, SARA, dan beribu cara telah menghasilkan, Ahok kalah terhormat dikalahkan mayat dan mimbar jumat yang mengumbar hasutan berisi bisikan setan.
Hari ini demo lanjutan 505 mungkin sampai 1212 kita tidak tahu karena hanya didalam batok kepala yang berisi otak beku yang tahu kedepan mereka mau kemana dan tujuannya apa. Semalam saya terima selebaran gerakan demo 505 ada foto Din Syamsudin, ternyata hari ini ikut nongol Amin Rais, dedengkot penghasut kelas wahid padahal katanya dia bertauhid.
Mengkilas balik perjalanan politik mereka para pengumbar angkara murka, walau saya bukan pengamat tapi minimal saya baca koran pinjaman tetangga atau bekas bungkus nasi rames, koran dengan guratan lipatan tapi masih bermanfaat karena menyimpan berita walau kadang sulit dipercaya karena isinya mendua.
Amin Rais saya mulai tahu dia sebagai ketua Muhammadiyah ormas penggagas 1 ramadhan dan 1 syawal yang selalu bias, selalu ingin beda padahal Indonesia punya menteri agama, tapi begitulah mereka. Amin Rais memuncaki karir tenarnya sebagai ketua MPR, ikut menurunkan Soeharto sekaligus memakzulkan Gusdur karena dianggap presiden yang tidak bisa diatur, karena memang Gusdur bukan politikus pelacur yang masih bau kencur, Gusdur adalah agamawan sekaligus negarawan, bukan kekanak2an. Amin membentuk PAN partai pluralis yang malu2, saat itu ada Alvin Lie yang lumayan bersuara, lama2 ternyata didalam PAN makin tidak ada yang beda agama, karena sejatinya Muhammdiyah tdk sama dengan NU yang humble dan mengerti keberagaman, bukan cuma keagamaan.
Din Syamsudin menduduki tampuk Ketua, setelah Buya Syafii Maarif yang bijaksana dan bersahaja, tapi tidak dijadikan panutan karena Buya seorang negarawan bukan pecundang yang kepengen kedudukan dan mencari jabatan, Buya jelas tidak disukai, terlihat saat Buya dibantai Aa Gym dan kelompok manusia culas dari MUI tidak ada reaksi pembelaan dari Muhammdiyah sama sekali, dan Buya berjalan sendiri, lain dengan NU, walau Makruf Amin diserang sedikit saja oleh Ahok, banser politik langsung bengok2 membela ke uzuran seorang kiayi sepuh walau dialah yang mengawali membuat fatwa MUI atas Ahok yang divonis menistakan agama Islam dari penggalan editan 13.8 detik, yang menjadi delik aduan dan menjadi tunggangan FPI mengawal fatwa MUI, padahal fatwanya lahir sungsang dan menyesatkan.
Kelangsungan Ketua Muhammdiyah ditangan Din, tetap seperti dogmanya, 1 Ramadhan dan Syawal selalu berbeda, sekarang mantan orang terhormat di ormas yang luas itu duduk satu kereta dan berfikiran sama, ikut demo kemana2, ngurusi persoalan Ahok yang harusnya cuma sekelas urusan Buni Yani dan Rizieq yang senang ribut dengan memakai atribut FPI, entah Islam mana yang dia bela, karena dengan kelakuannya dia melempar taik kemuka Islam itu sendiri, lha kok Amin malah ikut-ikut, kelas negarawan banting harga jadi preman jalanan, orasi diatas truk ga beda dengan ketua KSPI, yang tidak bisa membedakan bunga dan bara api.
Ahok itu mau diapain lagi?, pilgub sudah kalian kerjai, dia juga sudah capek dan cuma mau kerja di stasiun TV tidak mau berpolitik apalagi mau jadi Gub BALI, dia tak sudi.
Pak Amin, Pak Din, apa yg kalian cari lagi, atau memang target menurunkan Jokowi kalian ikuti, mungkin saja kalian terima janji jadi menteri, kalau Jokowi diganti ditengah jalan saat dia sedang memberesi negeri yang sedang setengah mati, apa memang itu yang kalian cari, tumpul akal kami melihat kalian duet dalam kancah memecah belah rakyat ditengah kondisi yang dimana dalam kurun waktu 71 tahun Indonesia belum beranjak dari bangsa kelas bawah, begitu mau ditata malah kalian yang mencegah, terus kalian mau yang mana?.
Prilaku kalian akhir-akhir ini kayak anak kehilangan mainan kuda-kudaan, bergoyang tak mau berhenti padahal kuda kayu tidak bisa dipacu, penunggangnyalah yang harus tahu diri, bukan malah terus menggoyang diri dan membuang energi. Dengan tindakan yang tak terpuji itu kalian telah merendahkan harga diri sekaligus Agama yang kalian sakralkan mengikuti perintah nabi, kalian selalu memakai hari jumat sebagai hari keramat untuk melakukan demo dan orasi menghujat, menghina, menghasut serta memfitnah dengan intimidasi, bukankah kalian baru shalat jumat dimana selain shalat kalian harusnya menyampaikan nasihat bkn memfitnahlaknatkan orang seolah membela agama, tapi sejatinya kalian melakukan celaka dua belas menghina Agama kalian sendiri, sampai saya berfikir mungkin Tuhan perlu mengganti agama baru yang penghuninya lebih elegan tidak ngamukan, marahan dengan gaya murahan.
Kalian menghina dan menyebut Ahok dengan sebutan kafir, tapi kalian bermesraan dengan kafir lain, kafir kuadrat, seperti Liues dan Hary Tanoe, munafik kelas langit, khotbah digereja, seluman selumun dimasjid, dan katanya mau jadi mualaf karena mau nyapres, jadi otak kalian sudah mengkerut dan tinggal dikit, mikir sama makar kalian anggap sama, begitu bencinya kalian sama Ahok dan Jokowi, Ahok itu orang berintegritas kepada dirinya, amanah yang dia terima, negaranya, dan agama serta Tuhannya, bukankelas mualaf karena mau nyapres, kelas kayak begituan sama dengan isu pindah agama karena dikasi beras dan mie istant dibungkus kertas koran gambar dakocan.
Min dan Din, maaf karena kalian tidak pantas lagi di panggil bapak, saya sarankan berhentilah bermanuver, usia kalian tidak muda lagi, karena orang yang mendekati uzur suka lupa, kami takut jangan-jangan nanti kalian lupa seolah sedang tidur di hotel bintang 5 gak taunya sedang meringkuk dipenjara.
Kembalilah ke ruang dan waktu yang sebenarnya agar berpulang dengan tenang dalam khusnul khatimah bukan suulkhatimah, karena sebaik-baik mati, matilah dalam keadaan beriman bukan mati diatas truk bersama preman jalanan.
Nauzhubillah minzhaliq. Nah kalau sudah begitu mana yang kafir beneran silakan cari padanan. Sekian!
# sesama munafik jangan mengkafirkan.
Iyyas Subiyakto
(gerpol)