JAKARTA-Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, tidak hadir pada acara debat di program Rosi di Kompas TV, Minggu (2/4). Ketidakhadiran Anies-Sandi ini menjadi topik pembicaraan publik. Bahkan sebuah Hashtag #AniesTakutDebat menjadi trending topic di Twitter.
Namun anehnya, paslon nomor urut 3 ini justru menyalahkan Kompas TV lantaran tidak pernah mengkonfirmasi akan datang pada acara debat yang dipandu oleh presenter Rosiana Silalahi itu.
Bahkan si Pinokio, Sandiaga Uno dengan pongahnya menyebut Acara Rosi itu tidak taat etika. Padahal sesungguhnya, Anies-Sandi lah yang tidak punya komitmen lantaran membatalkan acara yang sudah disepakati bersama.
Sebagai sebuah media yang memiliki reputasi, tidak hanya Indonesia, tetapi dunia, Kompas TV pun memberi klarifikasi atas dusta ketidakhadiran Anies-Sandi.
Sumber gerilyawan mengirim pesan elektronik ke redaksi gerilyapolitik.com
Dalam klarifikasi, sumber gerilyawan menyebut pesan singkat yang dikirim ke Tim Rosi hanyalah permainan kata-kata dari konsultan politik mereka yang juga Founder PolMark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah. Sebab, fakta sesungguhnya, acara itu sudah dirancang setelah mendapatkan persetujuan dari Anies-Sandi.
Dalam pesan itu, sumber gerilyawan menceritakan secara runut krologis kejadiannya.
Berikut bunyi pesan selengkapnya.
Acara awalnya tanggal 28 Maret 2017 untuk debat cawagub dan 29 Maret 2017 untuk debat cagub. Tetapi kemudian dirubah tanggalnya karena paslon 3 meminta agar audiens hanya mahasiswa. Jumlahnya pun dibatasi dari jumlah dari 600 orang dikurangi menjadi 300 orang.
Mau nggak mau harus pindah hari tapi kebetulan juga karena Ahok kan sidang penistaan agama juga.
Tanggal berubah menjadi 29 Maret 2017 dan 30 Maret 2017 untuk mengakomodir semua permintaan dan kondisi yang ada. Tapi mendadak dibatalkan oleh paslon 3 tanpa alasan. Belakangan bilangnya Anies ke Jawa Tengah.
Tim kompas pada hari pembatalan segera ketemu tim Ahok dan Ahok. Paslon 2 siap menerima kondisi apapun.
Tanggal berubah menjadi 30 maret 2017. Kali ini format berubah. Dabat cagub+cawagub paslon 2 ketemu paslon 3.
Tanggal berubah lagi menjadi tanggal 2 April 2017 dengan alasan tidak jelas. Kompas TV sampai minta bantuan Prabowo (Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto-red)) agar acara debat terlaksana.
Prabowo memberi jawaban oke, sehingga paslon 3 debat dengan paslon 2. Paslon 2 sendiri siap menerima kondisi apapun. Tapi tim Kompas terus digantung sampai akhirnya mereka minta debat cawagub aja dan casual.
Tim Kompas menyanggupi demi yang namanya perimbangan. Akhirnya jadi debat cawagub dan Ahok tampil show sendiri pasca debat.
Tapi lagi-lagi digantung. Sampai akhirnya ketika prioritas jadi talkshow. Masih digantung. Akhirnya diputuskan talkshow Ahok dan Djarot dan tim segera merubah format acara jam 10 malam.
Tanggal 2 April
Mas Eep (Eep Syaifullah Fattah_red) masih whatsapp tapi kita menjawab dengan sopan terimakasih.
Permintaan semalam mereka maunya tidak ada audiens. Yang ada hanya total audiens VIP dengan jumlah paling banyak 50 orang dan di studio.
Ini permintaan tidak masuk akal. Jadi ketika mas Eep whatsapp … yah keputusan kami sudah tidak berubah Talkshow Rosi dengan paslon 2. Kalau mendadak muncul Anies dan Sandi, mereka harus mengikuti konsep terakhir. Mereka tidak mau …
Lalu keluarlah Whatsaap Mas Eep…. Rosi yang baik bla bla bla.
Namun pesan elektronik Eep ini ternyata tak cukup. Sebab, Kompas Grup, baik Kompas TV dan Kompas merasa dipermainkan Anies-Sandi.
Seorang petinggi Kompas yang enggan namanya disebut
marah besar dengan sikap plintat plintut Anies-Sandi.
Dia menuding Anies-Sandi sangat licik. “Sangat berbahaya kalau pemimpin tidak punya moral, etika dan integritas. Ini syarat mutlak bagi pemimpin,” ujarnya.
Eenough is enough … Kompas sudah demikian keras mengupayakan perimbangan tapi paslon 3 tidak punya komitmen yang baik . Selain itu, media juga punya harga diri dan cara paslon 3 sudah melukai harga diri media. Ini bukan hanya Kompas TV tapi media sebagai sebuah institusi. Semoga setelah ini paslon 3 belajar menghargai arti komitmen dan media.
(gerpol)