Rupanya ketika semua orang yang terjebak dalam koalisi “pokoknya asal bukan Ahok” sama sekali tidak menyadari dalam kotak apa mereka berdiri. Dengan uang apa mereka ini dibiayai untuk terus bergerak, agar Ahok jangan jadi Gubernur lagi. Dan ketika Sandi mulai meringis, karena uangnya telah tersedot 63 M (bandingkan dengan Anis yang hanya menyumbang 400 juta dan partai2 penyokongnya itu hanya nimbrung tanpa nyumpang sepeser-pun). Maka satu2nya yang masih didekati hanya Harry Tanoe, yang memang punya banyak kepentingan politik maupun bisnis.
Harry Tanoe ini memiliki partai, namun rupanya selain mars-nya yang nyaris 30 menit sekali nongol dan publikasi aktivitas sosiai-nya yang seabrek. Namun Perindo tetaplah partai gurem, gak seksi dan tanpa akar, walau punya akses duit dan media yang sangat besar. Artinya apa: berhubungan dengannya nyaris nothing to loose. Kalau gak percaya tanya SBY yang sedemikian mudah menendang Harry Tanoe saat tak butuh lagi!
Siatuasinya dalam waktu yang bersamaan, Harry Tanoe memiliki dua bisnis raksasa yang sedang dikerjakan dengan Donald Trump (sekarang jadi Presiden AS). Dua buah hotel bintang enam yang supermewah di Bogor dan Bali, konon salah satu resort paling eksklusif di Indonesia kelak. Hotel di Bogor terletak di kawasan Lido, yang konon akan dilengkapi dengan arena rekreasi sekelas Disneyland. Yang di Bali terletak di kawasan Tanah Lot, sebuah pura suci bagi masyarakat Hindu Bali. Karena besarnya nilai investasi dan resiko sosialnya, maka tentu saja HT butuh backing politik yang cukup kuat. Dan disinilah dimulalah gerilya politik. Anis datang, gayung HT pun bersambut. Hal ini menjadi sangat ironis, mengingat Trump adalah figur yang sangat anti-Islam, sedangkan mesin politik riil Anies saat ini adalah kelompok Islam garis keras, yang punya lagu wajib “pemimpinnya harus muslim”. Disini terlihat gak penting betul uangnya dari Cina, Yahudi, atau Syiah sekalipun. Toh uang gak pernah punya bendera dan tanpa jenis kelamin. Pokona mah: tarik mang!
Dan situasinya semakin gak masuk akal dan runyam, karena di kubu Anies-Sandi, juga muncul supporter baru Keluarga Cendana. Ini makin aneh lagi karena selama ini Harry Tanoe bermusuhan dengan Keluarga Cendana. Karena itu, sejak semula saya gak percaya kalau suara AHY-Silvi akan sedemikian mudah dialihkan ke Anis-Sandi. Di luar di sana ada Prabowo, juga ada HT yang secara sosial-politik berbalik jadi musuh bagi SBY. Partai2 pendukung yang partisan dan mata duitan itu, boleh atas nama dalih apa pun berpindah ke Anies-Sandi. Tapi tidak bagi SBY, keluarga, maupun Demokratnya. Apakah Anies tidak sadar akan kerumitan situasi ini? Yang dampaknya adalah bila kelak (kalau) menang, ia hanya jadi “boneka dan kuda tunggang” belaka. Yang kelak akan ditagih janji, bayar hutang, dan diperas wibawanya? Saya percaya Anis ini politikus dan oportunis, ia pasti akan berpikir yang penting harus menang dulu? Beban terbesarnya hanya menuntaskan rasa dendam dan penasaran. Karena itu bagi banyak orang ia telah jadi arwah!
Karena itu saya makin tidak yakin: walaupun seandainya Trump, HT, Cendana, Prabowo, Habieb Rizieq, PKS, HTI secara bersama-sama akan all out mendukung. Anies bisa menang? Ia sebagaimana Fauzi Bowo di pilgub sebelumnya, atau Prabowo dalam Pilpres lalu. Ia hanya akan berhenti pada “nyaris menang”. Sebab musuh utama mereka adalah “kehendak alam”, ialah tangan Tuhan di muka bumi!
Andi Setiono M
(gerpol)