Nama Tengku Zulkarnain mendadak tenar lagi. Hari ini, dia dihadang oleh Pemuda Dayak karena akan menghadiri acara provokasi umat berkedok tabligh akbar di Kalimantan Barat. (Baca: Ngeri! Ustad Provokator Tengku Zulkarnain Dihadang Tentara Dayak)
Tengku Zulkarnain memang layak disebut ustad provokator, karena ilmunya cetek, alias dangkal, makanya gaya dan modal dia ceramah cuma teriak-teriak, provokasi, marah-marah dan maki-maki. Melalui akun twitternya, @UstadTengku kerap memberikan twit-twit yang kasar, menyinggung SARA dan provokatif.
Tulisan di bawah ini membongkar kedangkalan ilmu Tengku Zulkarnain, Ustad Provokator.
Beberapa hari terakhir, di media sosial Twitter beredar screenshot tanya jawab antara Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain, Ustad Provokator dengan seorang pengguna akun Twitter bernama Tonny Khadavi #NCI @tonny_khadavi.
Awalnya Tengku Zulkarnain lewat akun Twitternya @ustadtengku menuliskan, “Orang Orang yg Menghina MU Wahai AL Qur’an Mereka Akan Disambar Petir Sampai Hangus Atau Kecelakaan Mati Mengenaskan ALLAH menjaga KalamNYA.”
Kemudian Tonny Khadavi me-reply dengan pertanyaan, “Itu ada di Quran Surat apa dan ayat brp?”
Di sini lah kemudian kesalahan Tengku terkuak. Tengku menjawab, “Attaubah Ayat 20 sd 22.”
Lihat screenshot berikut:
Jika Anda membuka Al Quran surat Attaubah ayat 20 – 22, tidak ada sama sekali bahasan sebagaimana yang disebutkan Tengku Zulkarnain.
Surat Attaubah ayat 20 menerangkan tentang kemuliaan hijrah dan jihad di jalan Allah dan pahala yang didapatkannya.
Berikut surat Attaubah ayat 20 – 22 yang dimaksud Tengku, beserta terjemahnya:
Surat At-Taubah Ayat 20:
الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Artinya: orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Surat At-Taubah Ayat 21:
يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ
Artinya: Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari pada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal,
Surat At-Taubah Ayat 22:
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya: mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Dari situ sudah jelas ketidak pahaman Tengku mengenai ayat Al Quran.
Bukan kali ini saja Wasekjen MUI itu membuat kesalahan dengan mengutip ayat Al Quran.
Dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) di TVOne (11/10/2016) Tengku pernah juga membuat kesalahan kutip ayat. Di ILC yang berjudul ‘Setelah Ahok Minta Maaf’ itu, Tengku Zulkarnain hadir bersama sejumlah ulama lainnya.
Pada kesempatan itu, Tengku diminta memberi penjelasan lebih lanjut terkait pernyataan sikap MUI atas perkataan Gubernur T Purnama (Ahok) di hadapan warga Kepulauan Seribu yang kemudian menjadi polemik besar-besaran itu.
Saat itu, Tengku mengatakan bahwa jika Indonesia menganut hukum Islam, maka hukuman yang akan dijatuhkan untuk Ahok adalah; dicambuk, dibunuh, disalib, atau dipotong kaki dan tangannya bersilangan, atau dia diusir dari negeri ini.
Tengku menjelaskan, hukuman tersebut didasarkan pada Al Quran surat Al Maidah ayat 33 dan 34. Lihat video berikut.
Di sini pula lah kesalahan Tengku nampak.
Surat Al Maidah ayat 33 dan 34 sama sekali tidak membicarakan tentang hukuman bagi seorang penghina Islam, atau penghina Al Quran dan sejenisnya. Surat Al Maidah ayat 33 dan 34 merupakan keterangan lanjutan dari surat Al Maidah ayat 32, yang menerangkan soal hukuman setimpal bagi seorang pembunuh.
Bahkan surat Al Maidah ayat 34 sendiri sangat jauh topiknya dari kasus yang sedang dihadapi Ahok.
Surat Al Maidah ayat 34 menjelaskan tentang pertobatan, dan Allah SWT akan mengampuninya.
Berikut kutipan surat Almaidah ayat 32-34:
32. مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الأرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فِي الأرْضِ لَمُسْرِفُونَ
Artinya: oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.
33. إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الأرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِي الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya: sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,
34. إِلا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَقْدِرُوا عَلَيْهِمْ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: kecuali orang-orang yang tobat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dari dua hal tersebut di atas, jelas kelihatan kadar keilmuan Tengku Zulkarnain.
Barangkali benar apa yang diucapkan Gus Mus, bahwa tidak semua orang yang ada di MUI itu ulama, tapi banyak dari mereka yang menyebut dirinya ulama. Sehingga, menurut Gus Mus, banyak umat Islam yang menganggap MUI sebagai penentu fatwa yang wajib diikuti.
“Asal jadi pengurus MUI terus kok disebut Ulama. Juru tulis atau juru ketik seakan Ulama, terus mudah mengeluarkan fatwa dan lucunya banyak umat Islam yang mengikuti. Halal dan Haram mudah dikeluarkannya,” kata Mantan Rois Syuriah Nahdhlatul Ulama (NU) itu.
sumber: jurnalindonesia