Membongkar Rencana Makar Ikhwanul Muslimin: Eep Sang Boneka (Bagian-1)

1008903
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Eep Saefulloh Fatah (duduk kedua dari kiri) tertutup tangan tokoh Wahabi Zaitun Rasmin, bersama Anies Baswedan, Sandiaga Uno dan Bakhtiar Nasir (GNPF-MUI), Al-Khaththath, Sekjen FUI

Eep Sang Boneka Ikhwanul Muslimin

Bukan hal baru jika kemudiaan Eep Saefullah muncul dengan gagasan  menggunakan masjid sebagai pusat gerakan pemenangan Anies-Sandi dalam Pilkada DKI Jakarta. (video: Terbongkar! Video: Strategi Anies Sandi Menggunakan Masjid Sebagai Mesin Politik)

Eep dengan bendera Polmark, konsultan yang dipimpinnya bersama Sandrina Malakiano isterinya. Sandirna mungkin tidak begitu paham apa yang telah dilakukan Eep suaminya, sebagaimana Sandrina tidak pernah tahu sms dan chattingan Eep ke beberapa perempuan. Eep membiarkan Sandrina merasa menjadi satu-satunya perempuan yang bias menertibkan Eep. Meski Eep secara teratur menghapus pesan-pesan asmaranya, namun tentu rekaman yang tersimpan di perangkat dimana pesan itu dikirimkan, tidak akan bisa dihapuskan oleh Eep.

Baca: Eep Saefulloh Fatah Membunuh Demokrasi

Kembali pada watak politik Eep, mungkin banyak yang mengira formula pemenangan yang disampaikan Eep adalah penemuan formula untuk mengalahkan Ahok. Anies bisa saja berhasil tertipu oleh Eep, namun tidak bagi Prabowo dan Sandi. Prabowo bagaimanapun adalah seorang Nasionalis sejati, ini ditunjukkannya disaat upaya Eep menghalangi kehadiran Anies dalam debat yang diselenggarakan Kompas TV. Publik bisa mendeteksi siapa penyebab ketidakhadiran Anies-Sandi. Sandi tentu mengikut pada garis politik Prabowo, namun Anies tentu berbeda. Semua sudah tau rekam jejak Anies, sang burung merak, yang jika menginginkan sesuatu bisa menjadi sangat manis, namun jika tujuannya sudah tercapai, Anies selalu lupa mengucapkan terimakasih.

Video: Teman Dekat di Paramadina Bongkar Kebusukan Anies Baswedan

Sudah sejak lama Eep memang sangat dekat dengan PKS, bahkan bisa dikatakan Eep adalah kader ideologis PKS. Ini bermula dari terpinggirnya Eep dari panggung intelektual politik tanah air. Televisi tidak lagi memberi panggung pada Eep, bukan karena Eep dibenci, tapi karena Eep memang tidak pernah bisa mengikuti ritme dan langgam intelektual dan sangat tumpul dalam menganalisa situasi. Terlebih lagi ketika kuliah doktoralnya tidak mampu dia selesaikan dan pulang ke tanah air tanpa gelar doktor. Eep bukannya membawa pulang hasil desirtasi doktoralnya, malah kopernya penuh dengan tumpukan surat cinta pada Sandrina Malakiano. Itulah yang menjadi modal Eep melamar Sandrina. Namun Sandrina bukanlah perempuan bodoh, dia cerdas melebihi Eep sendiri. Tahu kelakuan suaminya, Eep tidak dibiarkan mengelola konsultannya seorang diri, Sandrina selalu tampak kemanapun Eep pergi. Dari sana Eep menjadi putus asa dan mulai mengenakan topeng agama sebagai jalan kembalinya dia ke panggung politik.

Baca: Terbongkar! Donatur Aksi 313 Adalah Pendukung Anies Sandi

Eep pernah bicara bahwa ‘Peradaban besar tak dibangun oleh banyak apalagi semua orang, melainkan oleh sedikit orang’ Eep menyebutnya Minoritas Kreatif. Siapa yang disebut Eep sebagai minoritas? Sesungguhnya bukan umat beragam lain atau etnis minoritas dalam sebuah bangsa. MK yang dimaksud Eep adalah minoritas Ikhwanul Muslimin dalam rumpun Islam Nusantara yang mengakar pada tradisi namun moderat dalam sikap politik. Itu disebutkannya ketika dia mendukung Ahmad Heriyawan (AHER) dan Deddy Mizwar dalam PILKADA Jawa Barat.

Abdulbaki Sahrowi, Pengamat Politik Asia dan Timur Tengah, tinggal di Paris

(bersambung) (gerpol)