Apa yang kau takutkan dari bunga-bunga di Balai Kota itu? Jangan kuatir. Seberapa banyakpun karangan bunga dikirim ke sana tetap tidak akan mengubah hasil Pilkada. Kamu sudah menang.
Lalu kenapa kamu harus meragukannya? Kamu katakan bunga-bunga itu dipesan sendiri oleh Ahok, dikirim sendiri ke Balai Kota, untuk dinikmatinya sendiri. Kamu sungguh lucu dan kampret. Jikapun itu yang terjadi, memang kenapa?
Kamu bilang ada konglomerat berduit memesan bunga, lalu mengatasnamakan ribuan orang. Biar terkesan Ahok benar-benar dicintai rakyat. Ok, terus kenapa?
Kamu bilang, ngapain kirim bunga. Buang-buang uang. Seperti melakukan hal yang mubazir. Ok, kamu tidak kirim bunga kan? Orang beli bunga-bunga itu bukan minta dari uang kamu, kan? Terus kenapa?
Mungkin saja seumur hidupmu kau tidak pernah membeli bunga. Saat masih muda dan pacaran, ketika kekasihmu ulangtahun, kamu cuma memberinya sabun mandi dan buku tulis yang digulung, terbungkus kertas kado cokelat.
Percayalah lautan karangan bunga di Balai Kota itu tidak akan menggangu keimananmu. Tidak akan menista agamamu. Lagipula mana mungkin setangkai mawar bisa menista sebuah agama.
Eh, sebentar, kamu belum punya fatwa haram kepada orang yang mengirimkan karangan bunga, kan? Atau justru mengharamkan mereka yang menikmati bunga-bunga? Syukurlah. Dengan belum adanya fatwa itu, kamu tidak akan berani mengkafir-kafirkan atau menuding munafik para pengirim bunga. Jika mereka meninggal, jenazahnya masih pantas disholatkan.
Baca:
- Wadow! KPK Tetapkan Fahd sebagai Tersangka Korupsi Al-Quran, Kapan FPI Demo Aksi Bela Al-Quran?
-
Djarot Membalas Begini Nyinyiran Fadli Zon Soal “Karangan Bunga Pencitraan Murahan”
-
Anies-Sandi yang Menang, tapi Mengapa Ahok-Djarot yang Dikirim Kembang? Ini Jawabannya!
Jangan karena bunga-bunga yang kamu benci ini,nanti keluar sebuah fatwa yang mensesat-sesatkan. Lalu ada lagi gerombolan pengawal fatwa, untuk menuntut bunga-bunga masuk penjara.
Agar kepala kamu lebih fresh, cobalah buka buku lama. Ada sebuah cerpen bagus karangan Kuntowijoyo, judulnya, ‘Dilarang Mencintai Bunga-Bunga.’ Semoga kamu dapat menikmatinya.
Sekarang bisakah kamu diam. Bunga-bunga itu dikirim kepada Ahok dan Djarot. Iya, mereka kalah dalam Pilkada. Sedangkan kamu sudah menang. Bisa berbusung dada. Bisa membanggakan bahwa kamulah pejuang agama. Bunga itu dikirim kepada kandidat yang kalah. Simpel, kan?
Lautan bunga di Balaikota tidak akan mengganggu program kerja Anies-Sandi. Tidak akan menambah atau mengurangi DP 0 persen untuk membeli rumah. Bunga-bunga itu tidak akan menjadi penghalang program Ok-Oce. Itu cuma bunga, sumpah!
Cuma tanda simpati dan ucapan terimakasih kepada Ahok-Djarot yang selama ini telah berhasil mengubah wajah Jakarta.
Sekadar ucapan terimakasih, boleh dong. Toh, tidak ada jua juga yang memaksa kamu untuk ikut berterimakasih. Jika kamu bukan golongan orang yang pandai berterimakasih, ya gak apa-apa. Mungkin saja kami termasuk 76% orang yang puas terhadap kinerja Ahok-Djarot. Lalu mengekspresikan rasa terimakasih itu.
Atau bunga itu sebagai tanda cinta. Cintanya sebagian warga Jakarta kepada Gubernur dan Wakilnya. Meski tidak terpilih lagi, sebagian orang tidak punya alasan untuk tidak mencintainya lagi bukan? Sama seperti seorang bapak yang usahanya sedang seret, apakah anak-anaknya jadi beralasan untuk tidak lagi menghormatinya?
Mungkin itulah bedanya. Ahok-Djarot bukan melulu dipandang sebagai tokoh politik yang ukuran mendekatinya cuma karena kemenangan Pilkada. Sebagian orang mengganggap Ahok-Djarot sebagai teman. Sebagai sahabat. Sebagai inspirator.
Teman yang bersedia melayani keluhan warga setiap pagi. Sahabat yang membuat Balai Kota seperti rumah rakyat.
Dengan segala kecurigaanmu, rasa irimu, dan nyinyir komentarmu, cobalah datang ke Balai Kota hari-hari belakangan ini. Dan nikmatilah, bagaimana rasanya dikepung bunga-bunga. Bagaimana rasanya disergap ribuan ungkapan cinta.
Sekali lagi, janganlah terlalu khawatir. Bunga-bunga itu tidak akan mengubah hasil Pilkada. Janji, deh.
Eko Kuntadhi
(gerpol)