Mengapa Banyak Pengusaha Tionghoa Kaya?

2090
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Ilustrasi. (Sumber: Google.com)

Aku agak gatel nih kalo gak nulis. Yang berpendapat bahwa Cina tuh enak karena gampang kaya semua, kalian keliru banget. Aku sudah nulis 47 biografi dan hampir separuhnya pengusaha Tionghoa. Semuanya pernah hidup susah. Bahkan amat susah.

Ciputra dari kecil sampai remaja harus berburu ke hutan dan kerja keras di kebun untuk bisa makan. Ayahnya tewas di penjara. Tahir melewati kemiskinan sebagai anak juragan becak miskin. Sebelum mampu membangun bank Mayapada, ia bertahun-tahun berjualan minuman kaleng dan kue bulan. Djoko Susanto bos Alfamart yang juga orang terkaya ke sekian belas adalah lulusan SMP yang memulai usaha dari kios kecil. Ia bahkan mengangkut dus besar rokok di punggungnya tiap hari seperti kuli. Dan yang terbaru, bos larutan Cap Badak, Budi Juwono. Dia mengalami masa remaja yang berat. Jadi sales obat dan dipukuli sampai babak belur oleh pesaingnya. Jualan kue dengan dua keranjang di tengah banjir sampai harus angkat keranjang sekepala agar tak jatuh. Ia juga mendorong gerobak jati sebagai pedagang kaki lima.

Pikirkanlah sesuatu yang logis dan masuk akal. Mereka bekerja sangat keras dan ulet. Tahan penghinaan dan tahan deraan hidup susah. Itulah yang membuat mereka kaya. Bukan ras. Yang masih hidup susah dan berjuang juga sangat banyak.

Baca:

Jadi yang cemburu kenapa “banyak Cina kaya” tirulah etos kerja keras mereka. Lihat proses juangnya dan bukan hasil akhirnya.

Aku pun jadi penulis produktif karena kuserap hal positif dari cara kerja mereka. Gak cengeng. Gak gampang ngeluh. Disiplin.

#by Alberthiene Endah Baru

(gerpol)