Menolak Dialog, Anis-Sandi Bakal Ditinggalkan Pemilih

1000271
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Punggawa Jakartanistan

JAKARTA-Ketidakhadiran pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam forum debat kandidat calon pemimpin DKI Jakarta yang digelar Kompas TV Minggu (2/4) malam, sangat merugikan pasangan nomor urut 3 ini. Pasalnya, pasangan ini telah menyia-nyiakan kesempatan gratis yang disediakan TV tersebut.

Baca:

Lebih parahnya lagi, Anis -Sandi bisa dinilai sebagai pasangan yang takut berdebat, tidak punya program yang jelas, takut ketauan programnya tidak realistis dan menawarkan angin.

“Penilaian seperti ini tidak terhindarkan, lantaran mereka mengurungkan niatnya di saat terakhir dan justru menawar bentuk acara yang berbeda bukan debat,” ujar pengamat politik Sebastian Salang di Jakarta, Senin (3/4).

Menurut Bastian, adu gagasan, menguji visi dan menawarkan program yang terukur adalah ciri utama dalam sebuah kontestasi politik demokratis. Sebab pemenang kontestasi politik dalam masyarakat yang rasional adalah mereka yang memiliki gagasan, visi dan program yang nyata, kreatif tetapi terukur.

“Sebaliknya, jika visi mengawang-awang dan program mengambang pasti diabaikan pemilih cerdas,” teranngnya.
Karena itu ujarnya siapapun kandidat pasti berkepentingan menggunakan semua chanel untuk menyosialisasi gagasan, visi dan programnya ke Pemilih.

Dalam rangka itu pula, penyelenggara pemilu atau Pilkada menyediakan waktu kampanye termasuk dialog-dialog atau debat di televisi.

“Saya kira, ketidakhadiran pasangan Anis-Sandi sangat merugikan dirinya. Mereka telah menyia-nyiakan kesempatan gratis yang disediakan TV tersebut,” ujar Direktur Forum Pemantau Parlemen Indonesia (Formappi) ini.

Lebih parahnya lagi, ujar Bastian Anis -Sandi bisa dinilai sebagai pasangan yang takut berdebat. Ketakutan ini disebabkan programnya tidak realistis dan menawarkan angin. “Penilaian seperti ini tidak terhindarkan, lantaran mereka mengurungkan niatnya di saat terakhir dan justru menawar bentuk acara yang berbeda bukan debat,” ulasnya.

Meskipun Anis – Sandi memiliki alasan untuk membatalkan kehadiran dalam debat tersebut, tetapi publik pasti punya penilaian sendiri. Dampaknya bisa menurunkan elektabilitas Anis-Sandi secara drastis. Sebab lebih dari 75% pemilih Jakarta adalah kaum terdidik .
Secara teori, kelompok ini memilih berdasarkan pertimbangan rasional, yakni visi dan program calon. Semakin banyak debat semakin mempengaruhi penilaian dan keputusan mereka utk memilih.
Selain itu, 22% Golput pada putaran pertama juga adalah kaum terdidik yang belum mampu diyakinkan oleh calon pada putaran pertama.

Sebab itu, Anis telah membuang kesempatan berharga itu untuk meyakinkan pemilih. “Dan sangat aneh buat pasangan ini. Sebab Anis seorang intelektual mestinya sangat mendukung jika dialog atau debat sering dilakukan, apalagi hal ini diselenggarakan oleh televisi yang ditonton begitu banyak orang, tidak hanya Jakarta tapi seluruh Indonesia.

Jadi efek psikologisnya sangat tinggi bagi masyarakat,” imbuhnya.
Sebaliknya, bagi pasangan Ahok – Djarot, acara semalam itu merupakan kesempatan emas yang dimanfaatkan secara maksimal untuk menyampaikan secara detail dan gamblang programnya serta mengklarifikasi berbagai isu sesat di masyarakat.

Program Kompas TV itu menjadi kampanye gratis bagi Ahok-Djarot. Bisa jadi dengan penjelasan yang panjang lebar pasangan ini tentang pengembangan program mereka kedepan, pemilih mengambang jadi punya kepastian dalam memilih. Bahkan pemilih Anis-Sandi bisa saja kecewa karena jagonya tidak hadir debat dan kecewa lalu beralih ke pasangan nomor dua. “Akhirnya, kita serahkan pada pemilih Jakarta untuk menentukan pilihannya. Dari kampanye dan pemaparan program selama ini, pemilih dapat menilai mana yang lebih pantas menjadi pemimpin Jakarta untuk membawa Jakarta lebih baik,” pungkasnya.

(gerpol)