Pendukung Khilafah di belakang Anies
Wacana pendirian Khilafah di Indonesia sudah lama dihembuskan oleh kelompok-kelompok Islam radikal. Baik terang-terangan seperti HTI sampai yang banyak ngeles macam FPI dengan mengaburkannya menjadi NKRI bersyariah. Agenda mereka adalah pendirian Khilafah dan Anies adalah batu loncatannya.
Sedikitnya ada tiga kelompok “jihadis” negara Islam di Suriah yang terafiliasi dengan kelompok-kelompok radikal di Indonesia. Selama ini pergerakan mereka lebih banyak di daerah-daerah seperti Jawa Barat terutama Bogor. Bogor menjadi subur oleh para pemuja Khilafah karena lokasinya yang strategi, dekat dengan Jakarta. Salah satu PTN terkemuka di Bogor sudah dikuasai, kini menjadi basis pergerakan mereka. Dan saat ini mereka bertujuan menguasai Jakarta. Jika Jakarta dikuasai maka menguasai Indonesia tinggal selangkah lagi.
Mereka berhasil melemahkan NU dan Muhammadiyah dengan mendiskreditkan para pemimpin NU. Entah berapa banyak fitnah terhadap KH. Said Aqil, Prof Quraish Shihab, Buya Syafi’i, dan banyak lagi. Mereka tuduh ulama-ulama pro Pancasila sebagai kafir, munafik, liberal dan segudang cap lainnya. Tujuannya supaya banyak pengikut ulama-ulama tersebut berpaling.
Mereka juga berhasil mempengaruhi banyak umat Islam dengan ketakutan-ketakutan. Mereka sebarkan bahwa Islam sedang ditindas dan akan dimusnahkan oleh pemerintah. Lalu semuanya mereka timpahkan pada Jokowi, mereka membuat Jokowi sebagai musuh Islam, padahal Jokowi adalah seorang muslim taat. Fitnah begitu deras mengalir kepada Jokowi dan jajarannya dalam pemerintahan. Mereka sebarkan bahwa Jokowi itu musuh yang harus dilawan, orang yang ingin menghancurkan Islam. Tidak heran jika di media sosial saat ini banyak hinaan hingga ancaman pembunuhan terhadap Presiden kita. Mereka adalah korban informasi sesat dari kelompok-kelompok radikal ini.
PKI dengan cantik mereka gunakan untuk kamuflase, membuat orang bingung mana musuh sebenarnya. Mereka ngeles dengan membuat isu bahwa jika menyerang mereka artinya si penyerang sama dengan PKI yang ingin menggantikan Pancasila. Padahal mereka lah yang benci setengah mati pada Pancasila dan ingin menggantikannya. Mereka juga tidak malu bermuka dua, didepan publik berkata cinta NKRI dibelakang mereka hina Pancasila. Tidak mungkin mendirikan NKRI Bersyariah tanpa menghancurkan fondasi-fondasi NKRI.
Mereka berhasil menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Sejak Pilpres 2014 mereka terus menerus menghembuskan kebencian terhadap pemerintah. Pendukung Prabowo menjadi sasaran empuk karena kebencian pada Jokowi yang begitu tinggi menyebabkan kelompok-kelompok radikal mudah memanfaatkannya. Kini dengan mudah mereka membuat isu ulama dikriminalisasi dan dipercaya oleh sebagian publik menyebabkan ulama seperti kebal hukum. Padahal ulama juga manusia yang bisa salah dan jika memang bersalah harus dihukum. Padahal jika mereka berhasil mendirikan negara Islam, justru ulama-ulama yang berseberangan yang akan pertama kali mereka singkirkan.
Kini semua sudah sesuai rencana mereka. Ulama pro NKRI dan Pancasila telah dimandulkan, kepercayaan terhadap pemerintah telah diturunkan. Kota-kota disekitar Jakarta telah berhasil mereka kuasai. Lihat saja peserta demo-demo kemarin itu, sebagian besar berasal dari daerah sekitar Jakarta. Demo mereka selalu diusahakan mengarah pada Jokowi. Jika Jakarta berhasil dikuasai maka pengaruh mereka akan semakin kuat. Selain itu mereka juga akan memiliki sumber dana baru yang besar, APBD yang lebih dari 70 Triliun siap mereka sedot. Caranya bisa dengan bantuan ini itu, proyek, dan lain-lain. Kelak demo mereka tidak butuh lagi dana dari Cikeas, mereka bisa menggerakkan orang-orangnya sendiri. Ini sangat berbahaya sekali.
Untuk mendirikan Khilafah dibutuhkan dana yang cukup besar. Dana datang dari luar dan dalam negri. Dari luar seperti Arab namun setelah beberapa tahun FPI yang dianggap gagal, dananya mulai terhenti. Dana lain diantaranya datang dari para pentolan-pentolan mereka yang duduk di pemerintahan dengan cara korupsi. Mereka menganggap ini sebuah perjuangan dan dalam perjuangan segala cara itu halal. Itu mengapa mereka sanggup memfitnah, menyebarkan berita bohong, dan cara busuk lainnya yang bertentangan dengan Islam tapi teriak paling Islami. Itu kenapa kelompok mereka tidak melihat korupsi sebagai tindakan kriminal, semua demi perjuangan pendirian Khilafah. Lihat saja banyak pejabat dari partai Islam yang tertangkap korupsi. Mereka harus setor untuk perjuangan mendirikan Khilafah yang mereka cita-citakan. Itu juga yang membuat mereka selalu pro korupsi. Garang pada penista agama yang hanya keseleo lidah (khusus Ahok karena yang lain didiamkan) tapi pura-pura tidak tahu jika ada pejabat dari partai Islam yang korupsi padahal disumpah menggunakan Qur’an.
Baca Juga:
- Membongkar Kebusukan Anies Baswedan Saat Menjabat Mendikbud
- Timses Anies Bantah Anies: DP Rumah Tetap Ada
- Curhat Warga Bukit Duri yang Ditertawakan Anies Saat Kebanjiran
- Bank Indonesia Membongkar Dusta Anies Sandi
- Bank Indonesia: Program KPR dengan DP 0% Anies-Sandi Itu Pelanggaran
- Terungkap Cara Licik Anies Mencuri Suara AHY
- Kakak Kelas Anies Bongkar Kemunafikan dan Ambisi Anies
- Anies Fasis Mau Usir Ahok Djarot dan Pendukungnya dari Jakarta
Anies memang bukan bagian dari kaum radikal pecinta Khilafah setidaknya untuk saat ini. Anies haus kekuasaan, itulah kelemahan dia sehingga tidak sadar dimanfaatkan oleh para kelompok radikal ini. Anies ini sosok yang lebih menarik ketimbang Agus. Orang menganggap dia berpengalaman, cerdas, dan tutur katanya mampu menghipnotis pedengarnya yang tidak kritis. Sosok Anies ini sangat cocok untuk segmen kaum radikal pecinta Khilafah yang tidak kritis. Begitu Anies merapat, langsung disambut oleh mereka dengan hangat dan Agus ditinggalkan. Apalagi Anies adalah keturunan Arab, semakin cocok dengan Rizieq dan para pemuja Arab lainnya.
Anies nampaknya tidak sadar bahwa dirinya sedang diperalat oleh kelompok pemuja Khilafah. Kelompok ini tujuannya sudah tentu mendirikan Khilafah, mereka akan menjadi bunglon dalam perebutan kekuasaan. Pokoknya siapapun yang bisa mereka manfaatkan disitu mereka akan eksploitasi dengan menggunakan pengikut fanatiknya. Saat mendukung Agus, mereka bukan mendukung Agus untuk jadi Gubernur karena agenda mereka adalah mendukung siapapun yang bisa mereka manfaatkan untuk tujuannya. Buktinya ketika Agus kurang meyakinkan mereka dengan cepat beralih dari Agus ke Anies.
Tidak seperti relawan yang akan memperjuangkan calon yang didukung hingga akhir. Dalihnya karena keduanya sama-sama muslim padahal kepindahan mereka karena Agus mulai tidak diminati dan SBY yang mereka rasa sudah mulai oleng. Mereka butuh tokoh powerful seperti SBY untuk melindungi mereka kelak. Dan kini mereka melihat Prabowo sebagai tokoh yang bisa melindungi mereka. Jika mereka konsisten mendukung Agus, perolehan suara Agus tidak akan berbeda jauh dengan Anies. Sama saja bagi mereka, namun faktor SBY yang mereka rasa mulai goyang apalagi kasus Antasari mulai terkuak membuat mereka butuh sosok baru yang bisa melindungi pergerakan mereka. Mereka terbiasa lompat-lompat, mengekspolitasi orang lalu meninggalkannya begitu dilihat sudah tidak dibutuhkan lagi. Seperti Buni Yani yang dilupakan oleh mereka.
Jakarta menjadi pertempuran sengit, karena Ahok yang anti bagi-bagi merupakan hambatan bagi mereka. Ada uang lebih dari 70 triliun disana yang bisa disedot untuk membantu pendirian Khilafah. Tapi Anies berbeda, mereka bisa memanfaatkan Anies, menyanderanya lalu memerasnya sama seperti ketika SBY memimpin.
Mereka juga akan memanfaatkan Anies untuk memaksakan warga Jakarta mengikuti peraturan mereka. Tentu peraturan yang menekan minoritas atau yang menguntungkan kelompoknya. Peraturan tersebut bisa juga dikeluarkan dalam bentuk Peraturan Gubernur atau fatwa MUI Jakarta lalu GNPF akan memaksakan peraturan tersebut dengan menggunakan kekuatan massa dari FPI. Dan tidak ada yang bisa mencegahnya karena kekuatan mereka pulih kembali. Mereka memiliki sokongan politik dan dukungan suara Anies. Pendirian rumah ibadah agama lain akan dihambat. Ritual-ritual ibadah agama lain akan dihentikan.
Coba ingat-ingat kapan FPI sangat berjaya? Jaman rezim SBY. Meskipun mereka sempat bersitegang tapi saat itulah FPI sangat berkuasa. Tidak ada satupun yang sanggup menekan apalagi membubarkan FPI, bahkan Presiden sekalipun. Kenapa? Karena SBY tidak mampu mengkontrol orang-orang partai Islam seperti PKS. Saat itu PKS mulai bersinar, dana-dana mengalir dari para tokoh-tokoh yang duduk dalam pemerintahan SBY. Tapi mereka tidak sepenuhnya patuh pada SBY, mereka lebih patuh pada partainya karena tujuan mereka adalah pendirian Khilafah.
Sejak Jokowi menggantikan SBY, perlahan PKS mulai dilemahkan karena Jokowi tau agenda terselubung PKS. Dana-dana ormas radikal dihentikan. partai yang memiliki agenda Khilafah dijauhkan dari ladang korupsi dan proyek-proyek. Jokowi ingin membuat mereka hidup segan mati tak mau dengan mengunci aliran dananya. Hasilnya sejak era Jokowi perlahan-lahan aksi mereka berkurang, perkembangannya terhambat. Selain itu gencarnya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi serta berbagai bidang lainnya yang pesat akan menghambat penyebaran paham-paham anti Pancasila. Jika rakyat sejahtera mereka tidak memiliki lagi alasan untuk mengganti Pancasila dnegan yang lainnya. Itu mengapa mereka benci setengah mati kepada Jokowi dan Ahok, berbagai isu dihembuskan Jokowi yang muslim pun disulap menjadi anti Islam. Apalagi Ahok yang minoritas ganda.
Melalui kasus penistaan agama mereka mempunyai momentumnya. Mempersatukan kelompok-kelompok pemuja Khilafah dibawah FPI dengan membentuk GNPF. Selain itu mereka juga berhasil menarik banyak simpatisan hingga bisa menggelar demo begitu besar. Para politisi yang sedang berebut kekuasaan dimanfaatkan oleh mereka. Sama persis ketika mereka mencoba memanfaatkan Prabowo. Anies yang haus kekuasaan nampaknya tidak menyadari ini. Mungkin ditambah ada rasa dendam terhadap Jokowi yang telah memecatnya. Anies dengan sukarela merapat ke kelompok anti Pancasila, ia merobek tenun kebhinekaan didepan muka pendukungnya dan tanpa sadar menggantinya dengan bendera hitam.
Kelebihan kelompok radikal ini seperti FPI adalah militansinya. Mereka begitu semangat dan pintar membentuk opini-opini di masyarakat yang miskin akses informasi. Mereka punya pasukan yang terorganisir dengan baik untuk menyebarkan fitnah dan kebohongan baik di dunia nyata maupun dunia maya. Ini yang dibutuhkan Anies untuk memenangkan Pilkada DKI. Bahkan dalam Pilkada kali ini HTI penyokong Khilafah paling vokal ikut mencoblos paslon 3, padahal mereka selama ini mengharamkan demokrasi. Kelompok-kelompok anti Pancasila ini telah bersatu dibawah komando FPI. Itu mengapa mereka mengangkat Rizieq Shihab sebagai Imam Besar Umat Islam. Ini semakin berbahaya, mereka akhirnya berhasil meleburkan diri menjadi satu kekuatan dan satu pemimpin. Jika dulu mereka sedikit terhambat karena tidak memilki figur pemimpin yang mampu mempersatukan mereka. Kini mereka telah mengangkat seorang pemimpin yang telah mereka persiapkan untuk menjadi pemimpin Khilafah mereka.
Jika Anies sampai terpilih, tentu tidak gratis. Jangan heran jika nanti Jakarta banjir lagi, proyek-proyek terhambat, MRT mungkin tidak rampung dan sebagainya. Jakarta mandeg, tidak ada pembangunan, tidak ada lagi normalisasi, tidak ada lagi pasukan orange. Semua karena dananya diserap kelompok yang dulu mendukung Anies untuk diam-diam membangun pesantren-pesantren radikal. Membangun mesin pencetak generasi pemuja pemuja Khilafah. Mempersiapkan diri menunggu kesempatan untuk kembali mencoba men-Suriahkan Indonesia.
Gusti Yusuf