Miskin Program, Anies-Sandi Memainkan isu SARA untuk Menjatuhan Ahok-Djarot

998779
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Faizal, warga Pondok Labu

Warga menyebut Anies-Sandi hanya menjelek-jelekkan Ahok-Djarot untuk memperoleh dukungan masyarakat, termasuk memainkan isu SARA dan memobilisasi massa Islam radikal. Menurut salah satu warga Jakarta Faizal, model kampanye seperti itu tidak bagus dalam kontek bernegara, terutama bagi generasi mendatang.

“Jadi selama ini apa yang sudah dilakukan oleh anies-sandi merupakan cara-cara kotor, kata Faizal saat ditemui di rumahnya, Pondok labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Senin, 27 Maret 2017.

Lanjut Faizal, hal itu dilakukan oleh Anies-Sandi karena minimnya program yang mau ditawarkan ke masyarakat sehingga mereka menghalalkan segala cara untuk meraik dukungan warga DKI Jakarta untuk memenangkan pilkada pada putaran kedua, termasuk menuduh Ahok-Djarot nyontek program miliknya Anies-Sandi.

“Kembali ke soal program tadi ya, saya katakan bahwa anies-sandi itu tidak punya program yang nyata, yang dia tawarkan hanya gagasan-gagasan kosong, hanya mencontoh-contoh saja program yang sudah dijalankan oleh Ahok-Djarot”, ujarnya.

Bahkan menurut Faizal, kalau Ahok-Djarot tidak lagi memimpin Jakarta, sangat mungkin program-program yang sudah dijalankannya itu akan dihentikan, sehingga masyarakat kembali lagi ke masa-masa sebelumnya yaitu korupsi merajalela dan masyarakat jadi korban.

“Ingat ya, kalau Ahok nanti tidak menjabat lagi sebagai gubernur bisa jadi program-program bagus tidak dilanjutkan. secara persentase Anies-Sandi ini hanya mendapat dukungan dari dua partai saja yaitu Gerindra dan PKS, dan di DPRD mendapat dukungan tidak terlalu besar, bisa jadi kalau Anies-Sandi benar-benar jadi (tapi saya berharap mudah-mudahan tidak jadi ya) bisa terkoptasi oleh kepentingan-kepentingan yang mendukungnya, yaitu kepentingan islam radikal seperti FPI, FUI, HTI”, imbuhnya.

Hal itu terlihat kalau melihat sosok Anies yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa, sehingga boleh jadi kebijakan-kebijakannya tersandra oleh kekuatan ormas-ormas Islam radikal seperti FPI.

“Apalagi Anies itu kan bukan orang kaya, selama ini yang banyak mengeluarkan uang itu kan Sandi, saya tidak membayangkan jadinya pemerintahan itu seandainya Anies-Sandi mimpin Jakarta, selain Anies ini tidak punya siapa-siapa, bukan orang Partai, modal kapital juga tidak punya, maka saya yakin Anies itu nanti akan diatur oleh kepentingan-kepentingan radikal, termasuk akan diatur oleh FPI”, tegasnya.

Belakangan di media sosial santer kabar disejumlah pemberitaan terkait kontrak politik dengan sejumlah ormas-ormas Islam radikal, seperti FPU, FUI, dan HTI terkait soal 100 hari program kerja untuk menerapkan syariat.

“Apalagi belakangan santer kabar bahwa Anies-Sandi sudah tanda tangan kontrak politik untuk menerapkan perda syari’ah, waduh ini tidak kebayang ya nantinya seperti apa, ini Jakarta loh , ini sangat berbahaya, ini sudah tidak mengakomodir keanekaragaman keyakinan yang ada di DKI Jakarta, itu sudah mau mencampakkan perbedaan , ini bahaya, menurutku ini sangat berbahaya ya, kalau agama nanti diterapkan dalam bentuk perda-perda ini sangat berbahaya, karena ini akan memuncukan konflik kepentingan di dalamnya”, tutup Faizal.

Sumber: Wawancara Gerilyawan di rumah warga

(gerpol)