Pencitraan Anies Baswedan dan Buruknya Birokrasi Kemendiknas

1400911
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Anies melawan Quran karena memuji Firaun

Jakarta– Minggu yang lalu beredar secara luas di berbagai media sosial, tulisan Anis Baswedan, menteri Kemendikbud yang menceritakan soal seorang ibu Mei seorang guru TK bèrusia 59 tahun dari Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang yang mengurus sendiri administrasi ke pegawaiannya karena takut tahun depan tidak mendapat pensiun.

Ibu Mei yang ditemani putrinya akhirnya gagal menemui pejabat yang bertanggung jawab untuk mengurusinya dan pulang ke Magelang tanpa hasil. Pada hari Jumat saat hal itu terjadi ada sekitar 200an orang tenaga guru dari daerah-daerah yang mengurus soal administrasi kepegawaiannya di kantor Kemendiknas.

Anis Baswedan yang ayahnya seorang guru di Yogyakarta kemudian menceritakan pengalaman pahit keluarganya pada waktu ayahnya mengurus ke pangkatannya berkali-kali dan sering bolak-balik ke Jakarta tanpa hasil.

Kebiasaan Anies menulis untuk mengangkat citra dirinya memang sudah banyak diketahui masyarakat, walaupun sebagian masyarakat juga terbawa dengan tulisan tersebut. Dalam tulisannya itu seolah dia seorang yang penuh simpati kepada kesulitan-kesulitan para guru dalam urusan kepangkatannya.

Namun apabila diperhatikan dengan seksama, maka tulisan tersebut bahkan telah mengungkap kelemahan Anies sendiri dalam menjabat sebagai menteri Diknas dan kebudayaan.Mengapa tulisan tersebut justru ditulis setelah Anies menjabat sebagai menteri selama lebih dari 1,5 tahun ? Dimana selama itu , sebagai menteri , kekuasaan tertinggi dilingkungan Kementerian Pendidikan Nasional berada ditangannya ? Dimana selama itu pula Anies juga bisa mengarahkan,mengkondisikan, memonitor,mengendalikan dan bahkan bisa membongkar birokrasi, mengganti pejabat2nya yang tidak kooperatif dan segaris dengan kebijakannya, atau yang nakal, yang korup dan sebagainya.

Apalagi Anies mempunyai pengalaman pahit dikeluarganya ketika ayahnya mengurus administrasi kepangkatannya ke Jakarta ,bolak-balik ,bertahun-tahun yang berkesan sangat mendalam didalam dirinya.

Mengapa bukan pada saat minggu-minggu pertama Anies menjabat sebagai menteri langsung menertibkan birokrasi Kemendiknas untuk hal ini?. Bila Anies serius membenahi birokrasi ini maka hanya dalam tempo 9 bulan atau selambat-lambatnya 1 tahun persoalan ini akan bisa dibereskan. Itu waktu yang sangat cukup bahkan lebih dari cukup untuk penertiban.

Baca juga:

Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Persoalan kacaunya birokrasi urusan kepangkatan di Kemendiknas dibiarkan saja oleh Anies selama lebih dari 1,5 tahun kemudian setelah kebetulan menemukan ibu Mei guru TK dari Magelang terus dijadikan bahan tulisan untuk mengangkat citra dirinya, seolah-olah bersimpati kepada nasib para guru. Padahal didalam tulisannya itupun tidak ada janji yang tegas untuk perbaikan birokrasinya itu dan tenggat waktunya . Yang ada hanya himbauàn-himbauan dan retorika-retorika.

Kekacauan birokrasi soal kepangkatan guru ini tentu menimbulkan kerugian yang besar bagi para guru, apalagi bila dihitung ada 200 orang guru tiap hari bolak balik dari daerah-daerah yang datang ke Kemendiknas selama lebih dari 1,5 tahun setelah Anies menjabat menteri,berapa biayanya ? Bukan hanya itu saja, kekacauan birokrasi ini juga merupakan sumber korupsi di Kemendiknas yang berpuluh-puluh tahun termasuk Kementerian yang paling tinggi korupsinya.

Anis Baswedan memang pandai menulis, berkata-kata, berwawancara, tampil di TV dan sebagainya. Namun bila dilihat prestasinya selama menjabat sebagai menteri Diknas ternyata tidak mampu melaksanakan kata-katanya menjadi kenyataan, tidak mampu membersihkan kementeriannya sebagai institusi yang bersih dari korupsi dan menciptakan birokrasi yang efektif dan efisien yang antara lain harus mendukung dan melayani kepentingan para guru agar bisa fokus mengabdi kepada pendidikan secara penuh . Kementerian Pendidikan mendapat anggaran tertinggi dibandingkan kementerian yang lain. Karena itu harus dipimpin oleh menteri pendidikan nasional yang jauh lebih mampu bekerja dari pada hanya bermain kata kata seperti Anis Baswedan.
Semoga pendidikan di Indonesia bisa lebih baik lagi,Aamiin.

(kicaunews/gerpol)